1

892 103 17
                                    

"Aku tak tahu jika kau sangat mencintaiku, Naruto. Hingga menyanyikan lagu itu untukku." Suara bariton yang khas itu membuat langkah kaki Naruto berhenti. Gadis itu berdiri tegak tiga langkah dari pintu lift, sebelum melanjutkan langkah dan menekan tombol menuju basement. Baginya, pemilik suara itu bukanlah seseorang yang layak untuk ditemui, apalagi berbicara.

"Aku tidak pernah menyukaimu, apalagi mencintaimu." Kata-kata itu kembali terngiang di kepala Naruto. Bayangan sosok lelaki dan dua orang gadis yang berdiri dengan wajah congkak kembali mengusiknya. Membuat tatapannya menajam, keningnya berkerut dan pelipisnya berkedut.

"Jadi, jangan pernah berpikir bahwa orang sepertiku, akan jatuh hanya untuk orang sepertimu."

"Dasar tidak tahu malu! Berkacalah sebelum mengaku menjadi kekasih seorang-"

Naruto menutup matanya dan menghela napas panjang, menenangkan detak jantungnya yang mulai bergemuruh mengingat penghinaan yang diterimanya di masa lalu karena sosok dibelakangnya yang tidak punya urat malu. Naruto tidak akan merendahkan dirinya hanya untuk menunjukkan emosi pada orang seperti lelaki brengsek yang sayangnya adalah mantan kekasihnya itu. Sepertinya, dulu ia telah buta karena sempat jatuh hati pada lelaki itu.

Di belakangnya, sang pemilik suara yang merasa terabaikan pun geram. Melangkah cepat untuk menghampiri dan mencengkeram lengan Naruto agar berbalik menatapnya. Sayangnya, yang ia dapati bukanlah wajah yang ia harapkan dengan ekspresi yang ia bayangkan. Sosok dihadapannya seolah adalah orang yang berbeda. Wajah datar tanpa ekspresi itu membuatnya tertegun, hingga baru tersadar saat Naruto melepaskan cekalannya kasar dan berjalan masuk ke dalam lift yang terbuka tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

 Wajah datar tanpa ekspresi itu membuatnya tertegun, hingga baru tersadar saat Naruto melepaskan cekalannya kasar dan berjalan masuk ke dalam lift yang terbuka tanpa mengucapkan sepatah kata pun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau-" suaranya tercekat kala sepasang shappire yang dulu menatapnya lembut, penuh dengan binar bahagia, kini menatapnya tajam, seolah ribuan tombak es menghujamnya dalam dalam sekali tatap.

Lelaki itu, tak bisa berbicara hingga sosok Naruto hilang di telan pintu lift yang tertutup menuju basement.

------------------------------------

"Kau benar-benar akan keluar, Naru?" Yamanaka Ino menatap sahabatnya tak rela, kala melihat gadis yang telah menjadi sahabatnya sejak magang beberapa tahun lalu itu sedang membereskan barang-barangnya, karena akan resign dan memilih membantu usaha perkebunan ibunya.

"Hmm," Naruto mengangguk tanpa mengalihkan atensinya dari memindahkan barang-barangnya ke dalam kardus.

"Naru~" rengek Ino yang tidak rela. For Heaven sake's! Naruto adalah salah satu teman terbaik yang dimilikinya. Ia tidak rela berpisah dengan gadis itu, meski mereka bisa bertemu di hari bebas sebagaimana biasanya. Tapi, terbiasa kemana-mana bersama membuatnya benar-benar merasa tidak rela berpisah dari gadis itu. Mereka adalah rekan yang selalu bersama. Kemana saja mereka ditugaskan untuk meninjau keadaan lahan di luar daerah, mereka selalu berada dalam satu tim yang sama. Dengan keluarnya Naruto, Ino tidak hanya kehilangan teman bicara yang baik, tapi juga rekan kerja yang cakap dan profesional.

Rangkaian KataWhere stories live. Discover now