pilu

3.6K 219 6
                                    

   Awali bacaan dengan basmallah, dan akhiri dengan hamdallah.Utamakan Al-Qur'an dalam segala hal.

Walaupun kami berbeda agama,tetapi kami saling menghargai satu sama lain                                                                         

-Cahaya Fauziah Dewi-
                                                                        
        Di sekolah,aku selalu ngobrol dengan Tere, walaupun kami berbeda agama, tapi kami saling menghargai dan toleransi. Tere keturunan batak, wajahnya berkulit hitam dengan hidung sedang,mata yang besar,dan bibir yang tebal,rambutnya berbentuk ikal lalu diikat satu. Kami berdua duduk sebangku, sehingga kami banyak ngobrol saat istirahat, membicarakan banyak hal, aku bahkan sudah menceritakan padanya tentang aku yang merantau disini.
 
"Kamu tau gak perumahan disamping penjual pulsa?"
 
"Emang kenapa?"

"Itu disamping penjual pulsa ada rumah aku warna kuning.”

 "Oh aku tahu kok, kapan-kapan aku kerumahmu yah.”

 "Gini, nanti malam ada konser geisha gitu, gimana kalau kamu ke rumah aku.”

"Tapi aku cuman punya sepeda, itupun sepeda teman aku.”

"Hah teman? Maksudnya ?"

"Aku tinggal berdua sama dia, sebenarnya aku kesini tidak mempunyai orangtua, kakak aku nikah di Bandung jadi aku pindah kesini."

"Ya ampun, yang sabar yah, aku ikut prihatin sama keadaan kamu.”

"Iya, jadi aku kesana naik sepeda?

"Yah, gak papa sih.”

"Yaudah jam berapa?

"Jam 08.00.”

"Sip."
                                                               ~~~
    Sepulang dari sekolah,untunglah aku bertemu dengan Denia, untunglah Denia pulang cepat, aku juga hari ini harus izin untuk tidak bekerja terlebih dahulu karena ingin pergi bersama Tere menggunakan sepeda Denia.

"Denia, boleh gak nanti malam aku pinjam sepeda kamu.”

"Emang untuk apa?"
           
"Untuk jalan sama teman gue,boleh yah?"

"Iya, tapi jangan lama-lama yah.”
 
"Sip.”
                                                              ~~~
      Aku sudah sampai di rumah Tere, namun ketika aku mengetuk pintu, aku hanya menemukan sosok bapak-bapak yang sering menjemput Tere pulang, ya aku yakin dia ayahnya Tere.
  
"Permisi, Om. Ada Terenya gak,Om?" ucapku.
 
"Oh, jadi kamu yang dia ceritakan gak punya orang tua.”
 
"Iya,Om. Emang ada apa?"

"Pantasan, bisa keluyuran malam-malam, mentang-mentang gak diurus orangtua jadi bisa sembarangan pergi-pergi," ucap bapak Denia tersebut yang terlihat sangat kesal.
  
"Jadi, Denia gak bisa pergi, Om.”
  
"Yah jelaslah, apalagi sama anak yang kayak kamu, yang gak diurus sama orangtua pasti kamu anak yang gak beres.”
  
"Om, saya kesini bukan ngajak ribut, saya disini cuman mau ngajak nonton geisha, tap, kalau gak bisa,gak papa kok,saya permisi om," ucapku sambil menangis.
   
  Sambil mengayuh sepeda aku menangis, masih terngiang ucapan ayah Denia tadi, hatiku rasanya sakit saat dibilang anak yang gak beres karena tidak diurus orangtua. Akupun berhenti di pinggir jalan yang terdapat tempat duduk, tidak ada orang disana, aku hanya menangis kencang.

"Mah, Pah aku merindukanmu, "ucapku sambil menatap langit, menyeka air mataku lalu kembali mengayuh sepedaku.

        
   Di sekolah aku menuju kelasku, setelah sampai di kelasku aku langsung menaruh tasku dibangku, dan kulihat Tere sudah duduk disitu tapi wajahnya sangat marah dan matanya melotot ke arahku. Kulihat wajah kekecewaan disana.

"Kamu tega,Ya," ucap Tere yang kelihatannya kecewa.

"Tega apa sih?"ucapku yang agak terkejut mendengarnya.

"Kamu gak datang kerumah aku."

"Aku datang Tere,cuman.."

"Udah deh gak usah banyak alasan,kata ayah aku kamu gak datang."

      Rasanya hatiku remuk mendengarnya,mengapa ayahnya setega itu denganku? Dia berbohong,dan seakan akulah yang bersalah.

"Tapi kejadiannya gak kayak gitu,"ucapku.

"Ternyata kamu gak sebaik yang aku kira,"ucap Tika yang terlihat kecewa.

"Kamu salah paham Tere, andai kamu tahu yang sebenarnya terjadi, pasti kamu bakalan menyesal sekarang marah sama aku,"ucapku yang sudah pasrah dengan keadaan yang sekarang.

"Aku gak peduli,"ucapnya dengan wajah yang memerah karena kulitnya yang putih dan karena dia sekarang marah.

    Tiba-tiba guru prakarya datang dan memberi tugas.

"Anak-anak, kalian harus membuat taplak meja dengan motif batik,berkelompok 2 orang,dan bahan-bahan sudah ibu siapkan, 1 kelompok Rp.30.000,- jadi 1 orang Rp.15.000,-"

"Aku dengan siapa kali ini?" batinku.

"Sekarang kalian tulis dikertas kelompok kalian, dan kumpulkan ke ibu."

    Ketika aku ingin mencari teman kelompok, mereka malah sudah menulis kelompok mereka, mereka sudah dapat saat Bu Fay bilang berkelompok, sekarang dengan siapa aku berkelompok?

   Tiba-tiba ada anak berkacamata dengan kulit gelap mendekatiku.

"Kita sekelompok yah?"

"Iyah," ucapku pasrah.

    Aku sudah lega mendapat kelompok tapi, aku hanya mendapat gaji Rp 5000,- perhari, itupun untuk makan, aku bingung harus bagaimana.

    Sore harinya aku menceritakan kegelisahanku kepada Denia, semoga Denia dapat membantuku mengatasi solusi ini.

"Denia, aku butuh uang Rp 15.000."

"Gimana yah? Aku aja gak ada uang."

"Aku sih punya ide, tapi kamu jangan marah yah."

"Iya, aku gak akan marah, apa ide kamu?"

"Aku akan kerja sampai jam 06.00,jadi aku gak bisa bantuin kamu ngamen."

"Ya ampun, kamu serius Cahaya? Kamu gak capekkan?"

"Aku serius."
Sesampai di warung aku langsung menghampiri Bu Rahmah.

"Bu,saya boleh gak? Kerja disini sampai jam 06.00 sore, jadi gaji saya Rp10.000."

"Yah, gak bisa gitulah, Neng, kan perjanjiannya Rp.5000,-"

"Saya mohon, Bu. Hari ini aja bu, yah, Bu."

"Yaudah, bener yah hari ini aja,kalau besok ibu gak mau."

"Iya, Bu, hari ini aja."

  Jadi begini rasanya, begini lelahnya ibu saat membuka laundry, dan mengurusi baju, yang hanya dibayar perkgnya beberapa ribu. Ibu rela tangannya kasar dan melepuh demi aku dan kakak bisa makan sesuap nasi,ibu tenang disana yah, aku merindukanmu, Bu.

~~~
   Aku pulang membawa uang Rp.10.000,- Denia langsung memberiku nasi kucing, seperti biasa, kami makan berdua.

"Maaf yah, cuman nasi kucing terus."

"Kok kamu minta maaf sih? Maunya aku yang minta maaf, gak bisa bantuin kamu."

"Kamu tuh baik banget yah, makasih yah, walaupun rumah aku gak ada lampu tapi rumah ini selalu bercahaya."

"Kenapa bercahaya?"

"Iya, karena kamu, di rumah ini selalu ada lantunan bacaan Al-Qur'an, bersujud diatas bumi,jilbab yang aku pakai, itu karena kamu yang membuatnya terang, kamu pantas punya nama Cahaya."

"Ah,iya sama-sama," ucapku senang.

   Setidaknya hari ini ada yang menguatkanku, dia Denia, aku senang kenal dengannya, setidaknya aku bisa mengobati lukaku karena dimarahi oleh Tere tadi.
~~~

BERSAMBUNG














Muhasabah cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang