Rumah Danen

4.4K 245 15
                                    

Awali bacaan dengan bismillah dan akhiri dengan hamdallah, utamakan Al-Qur'an dalam segala hal.

   Mau bagaimanapun perilaku dan tingkah laku mereka, mereka tetap kusayangi, karena telah merawatku hingga aku besar.

-Muhammad Danen-

   Akupun mengetuk pintunya tiga kali dan keluarlah wanita berpakaian yang sangat seksi dengan bagian atas yang cukup terbuka. Wanita berumur separuh baya itu tetap cantik dengan pakaiannya, ia masih terlihat muda mungkin karena sering perawatan, rasanya aku tak percaya kalau wanita ini adalah mamanya Danen.

"Iya, nyari siapa yah?"

"Danennya ada? "

"Danen ada, kamu temannya Danen?"

"Iya, tante."

  Akupun dipersilakan untuk masuk ke kamar Danen, Danen masih tertidur lemah di kamarnya, wajahnya nampak pucat, aku ikut prihatin melihatnya, namun Danen tiba-tiba mengigau.

"Denia, Denia,"ucap Danen yang mengigau.

   Akupun tak kuasa menahan rasa cemburu dihatiku, aku pergi dan pamit dengan Ibu Danen, Ibu Danen yang kebingungan ingin bertanya padaku tapi aku meminta maaf dan berkata aku harus cepat pergi,ada yang harus kukerjakan.

"Siapa Denia? Secantik apa dia? Apakah karena dia lebih alim? Ah, entahlah, aku lebih baik mundur," ucapku membatin.

~~~

   Paginya aku pun berdoa agar diberikan kelancaran dalam menghadapi UAN. Aku berharap semoga nilaiku baik agar aku bisa melanjutkan SMA negeri.Ketika aku sampai di sekolah aku dihadang oleh Danen, namun, aku berusaha mengelak darinya.

"Kamu kenapa ke rumahku?"ucap Rasyid.

"Aku mengkhawatirkanmu," ucapku dengan pipi memerah.

"Khawatir? Aku sebenarnya tidak sakit."

"Hah tidak sakit?"

   Aku hanya mencari ayahku saat jam 10 untuk membawanya ke kantor polisi, agak susah mencarinya dan saat aku menemukannya ayahku lari, namun aku menemukannya lagi agak susah membujuknya jadi aku pulang jam tiga malam, aku sangat ngantuk saat itu jadi aku bilang kemama bilang saja aku sakit, daripada berita ini menyebar kesemua sekolah.

"Ayahmu buronan?" tanyaku yang agak shock.

"Iya, oh iya kata Ibu aku, kamu baru datang langsung pulang kenapa?"

"Aku cuman ..." Ucapanku terhenti karena bel berbunyi dan Danen pun segera berlari menuju ruangan kelasnya.

    Beberapa hari kemudian, aku pun sudah selesai menghadapi UAN, rasanya puas sudah melaksanakannya, walaupun ada soal yang sulit tapi aku cukup optimis meraih nem diatas 33. Sesampai aku dirumah, aku sudah melihat undangan tersusun rapi diatas mejaku, akupun melihat namanya bertuliskan Azizah dan Reynaldi dan benar pemikiranku kalau ini undangan kakakku dengan calonnya.

"Ingat! Lima hari lagi loh, gimana? Oh iya, aku kasi saran deh kamu mau tinggal di panti asuhan atau rumah tante di Yogyakarta?"

"Emang kakak punya alamatnya?Aku lupa, Kak tempatnya dimana?"

"Jadi kamu milih tinggal di rumah tante?"

"I..iya sih kan tante juga baik."

   Bukannya aku tidak mau memilih panti asuhan, tapi jika aku terus disini, aku akan galau terus karena cintaku yang bertepuk sebelah tangan aku ingin menjauh darinya. Semoga dengan jauhnya diriku dengan dia, hatiku juga jadi menjauh dari pikiran tentang Danen.

"Ah, gampang, nanti aku tinggal telpon tante, terus masalah ongkos, tinggal gue jual aja rumah ini, gampang kan?"

"Yaudah deh terserah kakak aja."

*BERSAMBUNG

Muhasabah cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang