Muhasabah Cinta

5.7K 298 14
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
  
   Aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Bismillah aku berhijrah di jalan-Mu.
                                                              -Cahaya Fauziah Dewi-

   Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan sudah kulalui hariku tanpa seorang ibu, hari ini aku ke pemakaman ibu dan memberi bunga hasil jualan gorengan hari ini, hasilnya lumayan laris.

"Mah, maafkan aku belum bisa memegang amanah dari mama untuk memakai jilbab, entah kenapa aku merasa aneh dan aku merasa aku bukan Cahaya kalau pake jilbab, mungkin kalau nanti SMA insya Allah aku pakai jilbab, Mah," ucapku sambil menaruh bunga.

"Mengapa kamu mengatur dirimu? Sedangkan ajaran agama sudah diatur," ucap Muhammad Danendra di sampingku.

"Danen? Kok kamu ada disini?"ucap ku sangat terkejut.

"Aku ke makam nenek aku," ucap Danen sambil menunjuk makam neneknya.

"Tadi barusan kamu bilang apa?"

"Aku bilang mengapa kamu mengatur dirimu tidak berlandaskan agama sedangkan agama telah mengaturmu?"

"Jadi menurut kamu aku harus pake jilbab gitu besok? Yah, gak mungkinlah nanti orang-orang bilang apa besok, ngeciein gue kan gak lucu preman SMP tobat."

"Ya, why not? Kamu lihatkan mama kamu, meninggal sebelum melihat nilai kamu, kamu mau Allah ambil nyawa kamu sebelum kamu pakai jilbab? Allah bisa ambil nyawa kita kapan aja Ya, tinggal tunggu giliran ada yang urutan paling depan ada juga yang paling belakang."

     Lagi, aku selalu kalah soal berdebat, dia sangat pintar dan bijaksana, tiap perkataaannya itu selalu bermanfaat, disitulah aku berpikir andai dia lah masa depanku pasti kita akan sama-sama membangun surga di dalam rumah itu, ah pemikiranku terlalu jauh lagipula aku ini masih kelas 3 SMP tidak baik berpikiran terlalu jauh.

"Mm, Danen. Aku nanya sesuatu boleh?"

"Boleh."

"Maksud aku orang yang paling penting yang pengen kamu temui itu siapa?"

"Gini, pas aku masih 8 tahun ada bapak-bapak yang akrab banget sama aku, pokoknya beliau udah anggap aku kayak anaknya sendiri dan aku sudah menganggapnya kayak bapak aku sendiri."

"Namanya Pak Saipullah bukan?"

"Kamu tau dari mana?"

"Itu almarhum ayah aku."

"Jadi, beliau udah meninggal, makamnya di tempat tadi kan? Kita kembali kesana yah?"

"Iya."

     Terjawab sudah pertanyaan dibenakku, dia benar-benar Muhammad Danendra yang dianggap ayahku seperti anaknya sendiri, kami pun sudah sampai dimakam ayahku yang ada di samping makam mamaku.

"Jadi ayah kamu pernah cerita tentang aku?" ucapnya agak sedih.

"Iya, aku juga berusaha untuk nyari si Danen itu dan ternyata kita sekelas, dan pas kamu bilang kamu itu terlambat masuk sekolah 2 tahun gue udah yakin kalo kamu itu memang orang yang paling berjasa buat papa gue, makasih yah."

"Om, makasih udah pernah bikin ayah aku mau salat fardhu tapi sekarang ayah gak pernah salat, dan kerjanya mabuk-mabukan.

"Jadi ini alasan kamu gak mau jawab, pas aku bilang kamu seperti ini karena didikan hasil orang tua kamu.

Muhasabah cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang