Saat aku keluar, aku langsung mencari si perempuan yang dulu pernah ku tolong. Aku menyusuri setiap tempat, dan akhirnya aku menemukannya di sebuah gang kecil, aku melihat ia tengah makan roti. Aku pun menghampirinya.
"Maaf"kataku
"Iya?? Ohh kamu yang waktu itu, ada apa kamu kemari"Jawabnya dengan riang
"Aku sebenarnya baru disini, anu.... ma-maukah kamu mem-membawaku berkeliling?" jawabku sembari ragu ragu
"Hahaha kenapa kamu gugup begitu, aku mau kok, yasudah ayo"menarik tanganku
"I-iya"Aku pun dibawanya berkeliling tempat itu, disana tempatnya seperti dunia biasa, namun mata uang yang dipergunakan beda dengan mata uang yang biasanya, dan makanan makanan yang dijual pun lumayan beda. Setelah berkeliling cukup lama, aku dan dia beristirahat di sebuah taman.
"Ini adalah taman yang paling Kusuka"katanya
"Oh iya.. anu... a-apa aku boleh ta-tau namamu?"tanyaku sembari ragu ragu dan gugup
"Oh namaku? Namaku Putri"jawabnya
"Putri apa?"
"Hah Putri apa, oh iya kamu kan baru disini, disini itu namanya hanya menggunakan 1 kata saja tidak seperti di tempat lain yang menggunakan 2 kata atau lebih"
"Oh begitu"
"Iya"
"Eh kamu mau jadi temanku?"
"Mau mau"jawabnya dengan semangat
"Terima kasih yaa"
"Iya"Setelah beristirahat cukup lama, kami pun kembali menyusuri beberapa tempat yang belum didatangi, setelah itu Putri pun pulang ke rumahnya.
"Anu.... putri aku boleh ikut ke rumahmu?? Aku tidak punya tempat tinggal"kataku
"Iya boleh, ayo"jawabnya
"Iya"jawabku senangKami berdua pun pergi ke rumahnya Putri,saat aku mau kerumahnya tiba tiba aku mendengar suara dari perut Putri yang kelaparan
"Kruyukkkkk...."
"Eh put kamu lapar?"
"Eh iya hehe"
"Aku punya beberapa makanan di dalam tasku"
Aku membuka tasku dan aku memberikan roti isi daging kepadanya.
"Nih makanlah"kataku sambil menyodorkan roti
"Oh iya terima kasih"
"Iya
Kami pun melanjutkan pergi ke rumah Putri. Ditengah jalan tiba tiba Putri berhenti dan memanggilku
"Eh put put"katanya
"Iya ada apa?"
"Ini apa di dalam roti?"
"Oh itu daging"
"Woahhh"matanya berbinar binar
"Kenapa?"
"Bagaimana kau membuatnya?"
"Eh.. aku membawanya dari rumahku"
"Oh, put kamu masih punya roti seperti ini?"
"Eh? Punya, kenapa memangnya?
"Ayo kita jualan"
"Jualan apa?"
"Ya roti ini lah"
"Hah emang bakal laku?"
"Ya pasti laku, disini itu tidak ada roti yang seperti ini"
"Oh yasudah ayo"
"Ayooo!!"jawabnya semangat
"Kita jualan dulu?"
"Iya"
"Tapi kan ini sudah sore"
"Justru sore lah orang orang banyak pergi ke pasar"
"Oh iya"
Kami pun pergi ke pasar untuk menjual roti.
"Eh rotinya aku jual 5 fir ya"
"Fir apa?"
"Uang"
"Oh iya, eh 1 fir kira kira bisa buat apa saja?"
"Kira kira bisa buat makan di restoran, beli roti, beli mainan, dll"
"Woahh aku kira 1 fir itu kecil, ternyata setingkatan sama 10 ribu"pikirku
"Eh kita menjualnya 5 fir?"
"Iya"
"Apa ga kemahalan?"
"Engga, kan ini belom ada di dunia ini"
Kami pun akhirnya berkeliling pasar sambil berteriak"roti baru roti baru, dijual dijual"
Tiba tiba baru sebentar saja kita berkeliling, ada seorang bapa bapa yang menghampiri
"Eh itu apa?" Tanyanya
"Ini roti yang baru, nih kalo mau liat silahkan"jawab putru
"Kayaknya sama seperti roti biasa"
"Coba belah roti itu jadi 2"
"Oke"membelah roti menjadi 2
"Woahhhhhh apa ini"
"Itu daging hehe"
"Berapa harga roti ini, 8 fir?"
"Hah 8 fir? Oh iya 8 fir"
"Aku beli 1 ya"
"Iya ini silahkan"
Bapa itu pergi sambil membawa roti
"Eh put bukannya ini 5 fir?"
"Biarin lah lumayan naik 3 fir"
"Ah yasudah"
Kami pun kembali berkeliling, roti kami tersisa 3 lagi, satu roti telah dibagi 2Saat kami berkeliling, ada seorang ibu ibu menghampiri kami
"Eh De itu apa"tanyanya
"Roti Bu, nih kalau mau liat contoh rotinya"
"Woahh apa itu, roti ini berapa harganya?"
"8 fir Bu"
"Aku beli 2"
"Iya bu ini silahkan"
Ibu itu pun pergi"Woahhhhhh kita dapet 24 fir,kita ke restoran dulu aja yu"kata putri
"Iya"jawabkuKami pun pergi ke restoran, namun saat akan masuk ke dalam restoran, Putri.....
.
.
.
Bersambung:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Pararel
FantasyKisah seorang pemuda yang memasuki dunia lain(dunia paralel) dan mendapatkan berbagai pengalaman yang sangat berharga