Ibu,
Kau mengandungku selama 9 bulan lamanya. Lelahmu sama sekali tak kau hiraukan. Teriknya sang surya tak menyurutkan semangatmu untuk giat bekerja demi membantu keluarga tercinta.
Ibu,
Rahimu yang menjadi topangan untukku berlindung sekaligus tempatku bermain sebelum aku terlahir di dunia. Tendanganku yang keras, sama sekali tak mengusikmu. Kau malah asik berbincang kepada bapak dan mengatakan. "Aduh Pak! Anak kita pintar ya?"
Ibu,
Wajahmu yang kesakitan menjadi bukti kasih dan sayangmu yang tulus. Sampai saat aku terlahir di dunia. Tangisku, kau sambut dengan wajah ceria. Bapak menggendong aku dengan penuh suka cita.Ibu adalah malaikat tanpa sayap bagi hidupku . aku menyayangi ibuku lebih dari apapun . ibu adalah teman curhat dan sahabatku . ibu lah sumber motivasi ku di kala aku sedih maupun senang . tanpa ibu aku mungkin tidak ada di dunia ini . sewaktu kecil aku begitu dimanja oleh ibuku karena aku anak bungsu pada jaman itu tapi sekarang aku mempunyai adik kecil yang cantik tapi adikku sangat bandel . setiap pagi sebelum ayahku bekerja ibuku selalu memasak nasi goreng dan teh hangat untuk ayahku . ibuku adalah guru kelas 3 di sd negeri 31 rambang dangku , sd ku dulu . sampai sekarang ibuku masih mengajar di sd 31 dan tidak pernah pindah . Ibuku orangnya sangat cantik dan sangat penyabar . sewaktu aku masih duduk di kelas 1 sd aku dimarahin oleh ibuku . Aku hobinya cuma main. Kata ibuku aku terlalu banyak main. Uh,bukankah wajar kalau aku bermain. Aku kan masih kecil. Kalau aku disuruh belajar terus, kan capek.
Aku memang tidak suka belajar. Aku lebih suka bermain. Karena itu hampir setiap saat mama menasihatiku agar belajar dan beribadah.
"Aku sebenarnya sudah pintar kan? Kenapa harus belajar?" begitu batinku dalam hati setiap dinasihati. Aku memang selalu mendapat peringkat atau ranking yang bagus. Tetapi kata ibu aku tidak boleh berpuas diri, apalagi sombong. Harus tetap belajar. Uh.... Sungguh menyebalkan.
Suatu hari guruku memberi tahu bahwa akan ada ulangan harian. Aku langsung berpikir bahwa pasti ulangan itu akan mudah kuselesaikan. Jadi untuk apa harus belajar? Tapi saat sampai di rumah ibu langsung mencecarku dengan pertanyaan.
"Bagaimana sekolahmu? tanya ibu. Kalimat tanya itu selalu kudengar setiap aku pulang sekolah.
"Tidak ada apa-apa, hanya ada ulangan biasa besok," jawabku ogah-ogahan.
"Ayo nanti belajar ya, biar mendapat hasil yang memuaskan."
Ah, nasihat itu lagi. Ingin sekali aku tak mendengarnya.
Sorenya saat aku sedang asyik bermain kelereng mama menyuruhku untuk mengaji
aku menurut ibuku pergi mengaji. Setelah pulang aku diingatkan agar belajar untuk ulangan besok. Tapi aku ogah. Aku bermain keluar rumah bersama teman-temanku. Hari menjelang petang saat aku pulang. Saat itu kembali ibuku mengingatkanku agar tidak lupa belajar. Tapi, ... aku merasa capek. Aku pun tertidur pulas sebelum sempat belajar.
Keesokan harinya, aku berangkat dengan rasa cemas. Aku merasa belum siap mengikuti ulangan. Saat bel masuk berbunyi, aku semakin cemas. Tibalah saatnya guruku membagikan soal ulangan. Betapa terkejutnya aku, ternyata soal ulangan kali ini jauh lebih sulit dari yang kubayangkan. Aku menyesal tidak belajar semalam. Aku lalu mengerjakannya sebisa mungkin. Waktu ulangan pun selesai. Dengan cemas aku menuggu hasil ulanganku. Betapa jelek nilaiku. Aku hanya mendapat nilai 50. Sementara temanku ada yang memperoleh nilai 100. Saat bel pulang berbunyi, aku pulang dengan muka lesu.
"Bagaimana ini, kalau sampai ibu tahu aku dapat 50 . Lebih baik kusembunyikan saja," batinku di sepanjang perjalanan pulang.
Benar saja, begitu aku tiba di rumah, ibu langsung bertanya, "Bagaimana sekolahmu, ada kejadian apa?"
"Tidak ada apa-apa kok, bu," jawabku.
Malamnya aku merasa capek sekali. Tapi ibu meminta tolong kepadaku untuk membelikan obat nyamuk.
"ibu, aku capek, ibu saja ya..."
"Tolong, ibu ya. Nanti ibu beri hadiah."
"Berapa, ibu?"
"Lima ribu mau nggak?"
Akhirnya dengan berat hati aku menerimanya.
"Janji ya, bu. Lima ribu," kataku sebelum ibu berlalu.
aku pergi ke warung untuk membeli obat nyamuk.
setelah 5 menit kemudian aku sampai dirumah
"aku memberikan obat nyamuk ke ibuku. Akupun lantas tidur dengan pulasnya.
Esok harinya aku kembali melakukan kegiatan rutinku, berangkat sekolah. Hari ini jam berputar begitu cepatnya. Tak terasa sudah saatnya aku harus pulang. Sesampai di rumah, seperti biasa ibu menanyakan kabarku. Akupun menjawab seperti biasa pula. Ternyata ibu tahu kalau aku mendapatkan nilai jelek. Aku sudah mulai kacau. Tapi ternyata ibu tidak marah. ibu ingin agar aku belajar dan tumbuh menjadi dewasa. Apa yang ibu lakukan kepadaku dan juga adik-adikku adalah semata-mata karena ibu sayang kepada ku. ibu ingin aku menjadi orang yang tegar, beriman, dan sukses.
Ternyata, apa pun keadaan aku, bagaimanapun hasil ulanganku . ibu tetap sayang dan selalu mendukung aku untuk maju. Selama ini ayah dan ibuku berjuang keras mencari nafkah dan mengasuh ku karena rasa sayang mereka yang begitu besar. Maafkan aku, ibu. Aku tidak akan nakal dan menyakiti hati ibu lagi. Aku sayang, IBU.