Happy Reading
***
Kia berjalan seorang diri menuju ke minimarket yang ada di depan kompleks perumahannya. Biasanya dia akan mengganggu Dafan untuk mengantarnya. Tapi, setelah kejadian di rooftop tadi membuat dia enggan menemui Dafan. Entahlah, Kia hanya sedikit malas.
Kia mendorong pintu minimarket dan masuk ke dalamnya. Mengambil satu keranjang untuk membawa barang belanjaannya.
Kia berjalan ke bagian cemilan. Dia hanya ingin membeli cemilan untuk menemani dirinya movie marathon malam ini. Mumpung besok weekend.Setelah selesai membeli cemilan yang diinginkan, Kia berjalan menuju kasir untuk membayar lantas pergi dari minimarket itu.
Ditengah perjalanan Kia merasa ada seseorang yang mengikuti dirinya di belakang. Kia mengedikkan bahu berusaha tidak peduli.
Puk.
Ada yang menepuk bahunya refleks membuat Kia menoleh dan langsung mendapati wajah Dafan yang tersenyum bodoh ke arahnya
"Sendirian aja lo."
Kia memandang datar ke arah Dafan, "Terserah gue."
Kia langsung melangkah meninggalkan Dafan.Dafan tak tinggal diam. Dia kembali berjalan beriringan dengan Kia.
"Gue daritadi ngikutin lho. Tadinya mau main kerumah lo eh gue lihat lo jalan keluar rumah yaudah gue ikutin."
Kia sedikit tertegun mendengar pernyataan Dafan bahwa dia sedari tadi mengikuti dirinya. Tapi, Kia berusaha mengendalikan ekspresinya
"Lah, emang gue peduli."Dafan mencekal tangan Kia membuat langkahnya terhenti dan menoleh ke arah Dafan, "Apaan sih?" Kia berusaha melepaskan genggaman tangan itu tapi tenaga Dafan lebih kuat darinya.
"Berhenti dulu bentaran. Gue mau ngomong."
Kia menghela napas kasar, "Apa?"
"Gue minta maaf soal kejadian dirooftop."Kening Kia mengerut. Memang apa salah Dafan? Semua bukan salahnya, Kia saja yang terlalu berharap. Bahkan, Kia sudah memutuskan untuk perlahan melupakan perasaannya kepada Dafan. Dia tidak mau karena sebuah rasa maka hubungannya akan hancur bersama Dafan. Lebih baik melupakan rasa daripada saling kehilangan, benar?
"Udah. Nggak usah dibahas. Tangan gue juga nggak papa kok." Kia tau bukan masalah tangan nya yang dibicarakan oleh Dafan tapi perkataannya. Kia hanya mengalihkan pembicaraan.
"Eh bu--"
"Lo mau pulang atau disini?" Kia mulai melangkah meninggalkan Dafan yang masih terdiam bingung.
"Tunggu!"***
Hari sudah pagi. Tapi gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. Kia baru saja tidur pukul 03.00 WIB karena movie marathon yang dilakukannya. Mumpung hari ini weekend dan tidak ada kegiatan dia memutuskan untuk tidur hingga siang.
"Woi bangun!"
Namun, sepertinya rencana itu akan gagal ketika sebuah suara mengusik ketenangan tidurnya.
"Engh.." Kia hanya mengubah posisi tidur nya tanpa membuka mata. Dia malah menarik lagi selimutnya ke atas untuk menutupi wajahnya.
"Bangun elah, udah pagi." lelaki itu terus menerus membangunkan Kia tapi tak mendapat respon apapun.
"Berisik ah! Gue ngantuk. Hush!" Kia mengibaskan tangannya untuk mengusir orang yang telah mengganggu aktivitas tidurnya.
"Buset, kebo." lelaki itu memikirkan rencana untuk membangunkan Kia. Sebuah rencana dia dapatkan. Dia akan membangunkan Kia dengan cara yang sama seperti saat dirumahnya waktu itu.
Dia berjalan ke arah toilet yang ada di kamar Kia lalu mengambil satu gayung berisi sedikit air. Dan...byurrr!
"Astagfirullah banjir!!!" Kia langsung bangkit dari duduknya dan bersiap lari keluar kamar.
Tapi, pandangannya menangkap sosok yang sedang menertawai dirinya.
"DAFAN LAKNAT LO!"Kia langsung melemparkan sandal tidurnya yang bergambar hello kitty ke arah Dafan.
"Lagian lo tidur kayak orang mati." ucap Dafan sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa.Kia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur, "Gue baru tidur jam 3 dan sekarang---" Kia menjeda ucapannya untuk melihat jam di meja samping tempat tidur
"HA?! JAM SETENGAH ENAM?! LO GILA?! gue bahkan belum tidur sampai empat jam." Kia terus memukuli Dafan yang sudah berada di samping nya entah sejak kapan."Bacod deh! Udah lo siap-siap kita jogging lagi hari ini."
Kia tidak menghiraukan ucapan Dafan tapi dia malah menarik bantal untuk menutupi wajahnya, "Peduli setan ah! Gue mau tidur."Dafan merebut bantal Kia dan menarik kedua tangannya agar mau bangun, "Anak gadis nggak boleh bangun siang! Buruan atau gue panggil tante Dinda buat bangunin lo."
"Nyebelin lo!"Walau terus menggerutu tapi Kia tetap berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Tapi belum lama Kia masuk kamar mandi, dia menyembulkan kepalanya keluar
"Keluar lo! Dilarang mesum disini."
"Kagak nafsu gue! Rata lo!" setelah mengucapkan itu Dafan langsung berlari keluar dari kamar Kia sebelum Kia mengamuk."GUE BACOK LO, DAF!"
***
"Lelet amat sih lo!" Dafan terus menggeret tangan Kia karena berjalan dengan malas-malasan.
"Gue ngantuk." rengek Kia.
"Biar sehat, yuk!" Dafan terus menggeret tangan Kia yang menyebabkan Kia mau tak mau ikut berlari.Setelah hampir lima belas menit berlari kecil, mereka memutuskan untuk istirahat di bangku taman itu.
"Gue beli minum ya?" pamit Dafan dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Kia.Dafan berlalu untuk pergi membeli minum. Sedangkan Kia berusaha untuk tetap menjaga kesadarannya. Jujur, dia saat ini sangat mengantuk. Kia baru tidur dua setengah jam dan langsung diganggu oleh Dafan untuk mengajak jogging. Dafan memang gila, pikir Kia.
"Nih." Dafan menyerahkan satu botol air mineral dingin untuk Kia dan langsung di ambil lalu di minumnya hingga tersisa setengah.
Kia terus menguap. Dafan yang melihat itu merasa kasihan.
"Sini tidur. Bahu gue kosong kok."Entah, sadar atau tidak Kia langsung menyenderkan kepalanya di bahu Dafan. Dafan memegang pelan kepala Kia lalu dia menyandarkan punggung nya sendiri ke bangku itu agar posisinya lebih nyaman.
Hal seperti inilah yang di tunggu oleh Dafan. Dimana dia bisa melihat wajah damai Kia saat tertidur. Tidak berselang lama terdengar dengkuran halus dari Kia. Kia sudah tertidur pulas.
Tangan Dafan satunya terulur merapikan anak rambut Kia yang menjuntai kedepan menutupi wajahnya.
"Ki, gue sayang lo." bisik Dafan yang sayangnya tidak dapat terdengar oleh Kia.
***
to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love
Novela Juvenil[JADWAL UPDATE TIDAK MENENTU] ketika sebuah rasa tidak mendapatkan balasannya. Ketika kamu merasa jatuh cinta sendirian dengan sahabat mu. Bagaimana? Apa yang akan kamu pilih? Tetap dengan perasaan itu. Atau Menghilangkan rasa itu. Pilihan yang s...