Lidahnya masih kelu untuk berkata-kata pada pria yang tampak menunggu di hadapannya itu, tenggorokannya masih terasa kering sulit untuk sekadar membasahinya.
"Ada apa?" seru pria itu tak sabar.
"Ini gila. Sulit dipercaya." Jelasnya susah payah.
"Tapi kamu percaya kan?" sahut pria itu kemudian sembari mendekatkan wajahnya pada gadis yang hanya mengangguk tipis penuh keraguan itu.
Ade Yoga merasakan sesuatu yang besar tengah disimpan oleh gadis yang secepat kilat menyerahkan beberapa lembar file yang sebenarnya rahasia itu padanya. Keningnya berkerut tak berjeda, semakin dalam ia membaca lembar demi lembarnya ia semakin lebar membelalakan mata dan berakhir dengan usapan wajah berulang-ulang dan gelengan kepala yang juga berulang.
Keduanya tampak memaku pada bayangan yang menari pada benak masing-masing yang sesungguhnya sulit untuk mereka percayai tetapi harus.
"Bagaimana baiknya sekarang?" tanya pria itu lirih setengah putus asa.
"Kita simpan dulu sampai waktunya tiba." Gadis itu menjawab singkat kemudian berlalu lekas dengan kursi rodanya meninggalkan pria yang masih termenung kaku dengan pikirannya itu.
***
"Berapa lama sudah kamu bekerja untuknya?"
"Hmm, sekitaran lima belas tahun lebih mungkin ya."
"Lama."
"Terpaksa."
"Why?"
"Terlalu banyak yang kusimpan."
Kedua sahabat lama itu saling menatap seperti mengisyaratkan sesuatu yang hanya mereka yang pahami.
Tak lama rentetan cerita mengalir pelan dari bibir wanita yang tampaknya berusia sepuluh tahun lebih tua itu, sedikit ragu namun berkali-kali diyakinkan oleh lawan bicaranya untuk tetap melanjutkan.
Gadis di hadapannya memucat, bibirnya terbuka menahan rasa terkejutnya pada beberapa fakta yang bergulir dari bibir menor sahabatnya yang lama tak ia jumpai itu.
"Helena."
"Iya."
"Wanita yang malang."
"Sangat."
Percakapan yang diwarnai dengan kejutan itu membuat pengacara cantik berkursi roda itu semakin yakin pada langkahnya kali ini. Banyak fakta baru yang sudah digenggaman, yang akan membantunya mengungkap kasus lama itu segera.
"Kristal ini akan pecah pada waktu yang lebih cepat dari yang aku duga." Bisiknya pada dirinya sendiri.
Mobil sedan gelap itu meluncur membawanya ke arah Jalan Kapas tempat Sidang pertama Galih Ganjar akan digelar. Dadanya mengeluarkan bunyi-bunyian tipis yang hanya dapat diperdengarkan olehnya, tentang deretan tuntutan yang akan menjerat pria tambun itu dalam hukuman yang tidak ringan.
Kilatan dari putaran kursi roda yang membawa seseorang dengan optimisme tingkat tinggi dan ambisi yang membumbuinya itu menimbulkan bunyi gesekan pada lantai marmer Gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta yang tampak sedikit lengang siang itu.
Putarannya terhenti pada sebuah ruang sidang yang terlihat dipenuhi oleh wartawan yang tak sabar meliput berita besar tersebut. Mata-mata merekapun seperti juga tak sabar mencengkeram dirinya untuk menjawab puluhan pertanyaan yang akan mereka lontarkan padanya. Namun memilih memusatkan pandangannya ke titik utama ruang sidang membuatnya sedikitnya memberi jarak jelas pada para pemburu berita tersebut.
YOU ARE READING
WRONG PLACE
Mystery / ThrillerPerjalanan Dua gadis kembar yang mencari pembunuh ayahnya. Ada cinta dan air mata yang menghiasi perjalanan keduanya. Pembuktian kekuatan ikatan darah kembar yang mampu melumpuhkan ego. Ada cinta, darah, air mata Inget guys, sebelum baca minum air...