Cogan!

33 12 12
                                    


Lagi lagi berita tentang pembunuhan itu muncul lagi, masih di tempat yang sama dan di gang yang sama. Tidak jauh dari apartemen para gadis cantik itu tempati.

Riana mematikan televisinya dengan kesal. Ia tidak tau harus berkata apa lagi tentang berita tersebut. Ia terlalu gelisah sampai susah untuk berfikir dan berbicara.

"Gila, ini gila" ucapnya tidak percaya.

"Gue heran, kenapa psikopat gila itu sampai sekarang ga ditemuin" Bella mengambil keripik kentang disampingnya dan melahapnya dalam raukkan yang besar.

"Dia licin kaya uler" tambah Windy.

Riana mendesah pelan.

"Gue ada kelas sore ini, apa gue nginep aja di rumah Xiumin ya?" tanya Riana yang langsung dapat pelototan tajam dari teman-temannya.

"Jangan cari mati" ancam Windy. Dasar teman posesif.

"Tapi nanti gimana? Psikopat gila itu masih berkeliaran, lo mau ada berita kalo gue korban selanjutnya?"

"Amit-amit Ri ih!" Bella melempar Riana dengan bungkus keripik kentang yang sudah kosong.

"Dasar psikopat brengsek" umpat Riana kesal.

Riana membaringkan tubuhnya didekat Bella, ntah mengapa kalau membahas soal psikopat brengsek itu selalu membuat dirinya menjadi mendidih. Bagaimana tidak jika kalau setiap ia pulang kuliah selalu dilanda rasa was-was akan psikopat tersebut. Ia belum merasakan yang namanya menikah,sukses,membahagiakan ibu bapak masa sudah dibunuh duluan, tidak lucu namanya.

Suara bel apartemen merekapun berbunyi membuat Riana segera membuka matanya.

"Siapa?" tanya Riana pada Bella.

"Gue pesen pizza tadi. Nih uangnya, Lo ambil gih" suruh Bella yang langsung memberikan dua lembar uang seratus ribu pada Riana.

"Pw. Windy aja ya, gue mage--"

"Ambil" potong Bella. Riana berdecak kesal, rasanya menjadi yang paling muda memang sangat menjengkelkan. Keposesifan kedua sahabatnya serta perlakuannya yang semena-mena membuat Riana kadang sedikit jengkel.

Riana bangkit, ia berjalan kearah pintu dengan wajah ditekuknya.

Dibukanya pintu itu dengan tarikan yang cukup kencang.

"Ini bang uangnya, ambil aja kembaliannya" Riana segera mengambil kotak pizza itu dengan gegabah tanpa melihat siapa si pengirim.

"Maaf, mba..."

Riana membalikan badannya dengan decakan kesal.

"Kenap....." Ucapannya terhenti ketika baru menyadari wajah dari pengantar pizza itu tidak biasa. Ia.... super duper ganteng! mata yang berwarna coklat susu serta rambut yang serupa berhasil membuat Riana menganga tidak percaya akan wajah malaikat yang dimiliki pengantar pizza tersebut.

"Kenapa bang? mau minta nomer telfon ya? Yahh, abang kok telat sih. Saya sudah punya pacar" ucap Riana spontan.

"Bukan mba..." Pengantar pizza itu menggaruk tengkuknya "ongkos kirimnya belum"

"Ha?!"

Bagai disengat petir, Riana sangat mengutuk dirinya sendiri. Dalam hati tidak henti-hentinya ia memaki dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa  begitu kepedean dengan wajahnya pas-pasannya itu.

"Oh gitu hehehe. Emang berapa?"

"Empat belas ribu"

Riana segera merogoh kantung bajunya dan menyerahkan uang yang sangat pas-pasan.

Who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang