Penakut

13 7 3
                                    


Semakin hari suasana diapartemen mereka seakan terasa lebih mencekam.Sudah beberapa hari ini Windy,Bella dan Riana seakan sebuah perangko,cap dah amplop yang tidak akan pernah jauh.

"Aduh Riana sanaan dong! sempit tau ga!!" ucap Windy kesal ketika Riana terus saja menempelkan tubuh gendut itu kedirinya yang lumayan kecil "Berenti meluk gue! kaki lo berat!" Windy bangkit dari tidurnya, ia terasa gerah jika harus dipepet oleh Riana sepanjang malam.

"Abisan, kan gue ga mau dipinggir" Riana memanyunkan bibirnya "Gue tengah yaa." lanjutnya lagi sambil menarik ujung piama milik Windy

"Yaudah" Windy menghembuskan nafasnya, ia sudah terlalu muak untuk terus didempet oleh Riana.

Setelah merasa dirinya sudah cukup nyaman, Windy memejamkan matanya. Ia lelah akan tugas kuliah, dosen yang menyebalkan, Nito yang suka menarik ulur perasaannya, psikopat gila yang terus berkeliaran disekitar apartemennya. Semuanya ia benci perasaan tidak nyaman itu.

"Win.." panggilan menyebalkan itu membuat Windy menggeram, dasar wanita menyebalkan itu lagi.

"Hmm?!" jawabnya ketus.

"Gue haus hehe"

"Gausah lebay Ri! didepan masih ada Xiumin. Lo gausah pura-pura lupa. Udah jangan ganggu gue lagi, gue jamin kalo itu terjadi besok gue yang jadi psikopat" damprat Windy akhirnya. Ia tidak mendengar apapun lagi setelah itu, bagusla. Perempuan pengganggu memang harus diperlakukan seperti itu.

Suara pintu yang dibuka membuat Windy tertawa puas didalam hati, ia tau Riana sudah keluar dari kamar. Bagusla jadi untuk malah ini setidaknya ia bisa tidur nyenyak tanpa diganggu oleh gadis semenyebalkan Riana.

***

Riana tersenyum ketika melihat Xiumin yang sedang fokus terhadap laptopnya, ia terlihat serius dan itu malah terlihat sangat tampan Dimata Riana.

"Belum tidur?" Tanya Riana yang sudah duduk disamping Xiumin, membuat pria berumur tiga puluh tahun itu tersentak kaget.

"Yaampun sayang! Kamu ngangetin aku!" Xiumin memegang dadanya dan tampak sangat terkejut. Pria itu kalau sudah fokus pada pekerjaan pasti akan melupakan Riana dengan gampangnya.

"Kamu ga seneng aku disini?" Pertanyaan dari Riana membuat Xiumin tersenyum, ia memeluk tubuh Riana dan mencium aromanya. Sangat manis.

"Seneng dong. Vitamin aku ada disini gimana ga seneng" Jawab Xiumin yang semakin menenggelamkan kepalanya diceruk leher milik Riana.

"Xiuuu" rengekan dari Riana membuat Xiumin dengan terpaksa melepaskan pelukan mereka.

"Kenapa?" Ia mengusap wajah Riana dengan lembut, wajah yang benar-benar nyaman untuk dipandang.

"Anterin aku kekamar mandi yuk"

"Hah?" Xiumin menaikan alisnya, ia heran kenapa kekasihnya ini semakin menjadi penakut. Padahal jarak mereka dan kamar mandi tidak ada sepuluh langkah.

"Kenapa kamu enggak mau?" tanya gadis itu, matanya terlihat sendu. Xiumin menjadi gemas sendiri, ia tidak mungkin menolak permintaan Riana. Kalau bisa iapun dengan senang hati ikut masuk kedalamnya.

"Mau. Kamu masih takut emangnya?"

Riana tersenyum dan langsung menggandeng tangan Xiumin untuk menemaninya kekamar mandi.

"Kamu tunggu didepan pintu. Iyalah aku takut, pembunuhannya kan persis banget disebelah rumah" setelah mengatakan itu Riana langsung masuk untuk melakukan kegiatan alamiahnya.

Xiumin menyandarkan dirinya kedinding sambil melipat tangannya didepan dada, pekerjaannya akhir-akhir ini sangat menumpuk ia terus sibuk dan mengabaikan wanitanya. Ah, Xiumin rasa dia akan berniat membawa gadisnya itu liburan dalam waktu dekat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang