who?

27 10 8
                                    

Riana mempercepat lagi langkahnya. Ia sudah bertekad akan meminta nomer abang pizza itu langsung dari diri mulutnya sendiri. Baginya pria tampan itu segalanya. Titik.

Pria tampan harga mati!

"Abang!! Eh, aduh!!"

Pria itu berhenti mendadak membuat Riana otomatis menabrak punggung seksinya.

Riana mengelus jidatnya yang terasa sakit. Untung saja yang punya punggung ini ganteng.

"Eh? Maaf, lo enggak apa-apa?" suara khawatir milik Abang pizza tersebut membuat Riana segera mengangkat wajahnya.

"Hai!" sapa Riana, membuat Abang pizza tersebut sedikit menarik sudut bibirnya.

"Mbanya yang---"

"Panggil aja Riana! Pinta nomer telfonnya boleh?" todong Riana dengan tidak tau malunya.

"Untuk?"

Riana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Untuk... Hem.. Untuk.. Eh, Abang kenapa ada disini?" Riana mengalihkan pandanggannya menatap Abang pizza dari atas sampai bawah. Celana jeans hitam dan kemeja kotak-kotak serta rambut yang tertata rapi membuat Riana semakin bertekad untuk meminta nomer pria tampan ini.

"Ya kuliah, kebetulan gue lagi off hari ini" penjelasan dari pria itu semakin membuat Riana takjub.

"Kuliah sambil kerja?" tanya Riana lagi yang dijawab anggukan singkat olehnya.

"Kalo gitu saya boleh pinta nomer abangnya? Kan kita sekampus juga" Riana menyodorkan ponselnya, yang langsung diterima oleh pria itu sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Yaudah, gue masuk duluan ya. Kelas lo kapan mulai?" pria itu membenarkan posisi tasnya yang tergantung disebelah pundaknya.

"Sebenarnya sih sekarang. Tapi tadi dapet WA dari grub kalo dosennya ga masuk. Baru ada kelas lagi nanti sore"

Pria itu menganggukan kepalanya.

"Gue Chen, duluan ya. Bye" pria itu berbalik lalu berjalan lagi dengan santai membuat Riana tidak hentinya mengulum senyum puas.

***

Chen menghela nafas panjang, ia terlalu mumet dengan pelajaran barusan.

Mempercepat lagi langkah kakinya, ia ingin pulang dan cepat-cepat tidur dikasur kesayangannya.

"Cilornya masih lama ya pak... Riana laper nih" suara yang tidak asing di telinga Chen membuat ia segera mengalihkan pandangan matanya dari jalan raya ke arah gerobak disampingnya.

Chen tercenang ketika melihat perempuan itu berjongkok sambil memegang perutnya. Dengan cepat Chen pun melangkahkan kakinya untuk menemui gadis itu, melupakan angkot yang ingin ia naiki dan tempat tidurnya.

"Riana? lo gapapa?" Chenpun ikut berjongkok untuk memastikan kondisi Riana.

"Eh?! Hai Abang!!" sapa gadis itu dengan ceria "mau beli cilor juga? tapi abang harus ngantri ya" gadis itu mencibikan bibirnya.

"Pak.. Kaki saya sampai sakit loh ini, pesenan saya kapan jadinya?" Ucap Riana untuk kesekian kalinya

"Lo pesen dari kapan emang?" tanya Chen, karena wajah perempuan didepannya ini sungguh minta dikasihani.

"Emmmm....lupa. Hehe" jawabnya dengan tawa yang garing.

"Makan yuk"

"Ha?!" tanya perempuan itu dengan mendadak, membuat Chen sedikit tersentak

Who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang