1. Awal dari sebuah kenal

128 21 4
                                    

Dipermulaan pagi, dasi abu-abu sudah tegak berdiri, akhirnya masuk sekolah kembali. Ah, rasanya upacara pagi ini membuat beberapa siswa dan siswi ingin melepaskan kaki. Jujur saja libur kali ini terasa seperti angin yang berlalu diakhir Juni. Tak kusangka Kepala Sekolah memberi kami kejutan yang tak terduga oleh otak maupun hati, Sekolah akan membaur semua siswa dan siswi.
Kuyakin banyak murid yang tidak suka dengan tragedi hari ini. Tapi yang sudah terjadi tak bisa diubah lagi, dan juga yang berbicara tadi itu Kepala Sekolah. Akhirnya bel pun berbunyi, tanda upacara harus diakhiri, dan kita masuk ke kelas yang tak pernah kita huni.

Saatnya perkenalan murid, banyak murid yang memperkenalkan diri dengan malu-malu, mereka malu-malu karna belum kenal satu sama lain, kalau sudah pasti malu-maluin. Tak lama perempuan disebelahku berdiri, dia berjalan menuju kedepan papan tulis, aura dingin terasa disetiap langkah kakinya, Renan Renandia namanya, banyak yang memuji kecantikannya saat dia memperkenalkan diri, apalagi anak laki-laki, ya termasuk aku juga sih.

Tatapan matanya sangat tajam, memandang seluruh murid yang mengisi kelas seperti serigala yang mengintai buruannya.
Padangan murid kelas terpecah saat bel istirahat berbunyi.
Sudah lama aku tidak ke kantin, rasanya aku rindu nasi gorengnya, ahh rindu ini seperti menuntut ingin bertemu.

Ahh sial, kantin hari ini ramai sekali, mungkin karna baru masuk jadinya ramai seperti ini.
Dengan lesu aku kembali ke kelas duduk di bangku dengan harapan yang telah hilang.

"Renata, Renata" panggilnya,

dia Nada Minanda, ketua kelas yang baru dipilih, entah kampanye seperti apa yang dilakukannya sampai dia yang menjadi ketua kelas, tak penting juga.

"Iya, ada apa ?" jawabku,

"Kamu mau piket hari apa ?" tanya dia sekali lagi,

"Piket ya ?, Selasa juga boleh" jawabku,

"Selasa ya, berarti kamu satu jadwal dengan Renan" katanya dan kemudian pergi meninggalkanku,

"Renan ya" aku berbicara di dalam hati.

Hari pertama sekolah memang melelahkan, walaupun tidak belajar, sepertinya hari-hari sekolah memang melelahkan.
Mandi adalah satu dari ratusan cara mengembalikan kesegaran raga yang seharian berjuang mati-matian di sekolah.
Malam ini terasa panjang, karna tidak ada guru yang memberi tugas, mungkin suasana seperti ini tak berlangsung lebih lama lagi, karna pasti guru akan banyak memberi tugas kepada siswa-siswi, bukannya belajar, kami malah disuruh kerja rodi.

Paginya di sekolah, aku datang lebih awal, ya karna aku bilang piket hari Selasa. Berkat jadwal piket, pagi ini aku sudah berdansa dengan sapu dan teman-temannya. Tak lama Renan datang, karna lantai sudah bersih, dia hanya menghapus papan tulis saja. Tak ada pembicaraan yang terjadi diantara kami, yang ada hanya hening dan sunyi.

Jam pelajaran dimulai, fisika menjadi pelajaran yang menyebalkan, selain sulit, fisika itu sangat rumit. Entah mengapa, guru yang mengajar mapel fisika tak henti-hentinya menyampaikan pidato tentang rumus-rumus yang bahkan aku tak mengerti. Akhirnya pidato tersebut akan berakhir karena jam fisika hampir usai, tapi tak diduga, guru yang mengajar fisika memberikan kami oleh-oleh, yaitu tugas kelompok. Ternyata masih ada cobaan lebih gila lagi, tugasnya dikumpulkan besok, kurasa guru ini memiliki potensi menjadi pelawak dan juga diktator. Aku satu kelompok bersama Renan dan 3 orang lainnya.
Entah mengapa Renan mengusulkan untuk kerja kelompok di rumahnya, aku dan yang lain setuju saja.

Sorenya aku lebih dulu sampai karna langit terlihat mendung,
Dia membuka pintu dan mempersilahkanku masuk, rumahnya terlihat sepi, suasananya sangat hening, mungkin orang tuanya bekerja.
Pantas saja dia mengusulkan kerja kelompok di rumahnya saja, di rumahnya hanya ada dia sendiri. Kami berada di ruang tamu, hanya aku dan dia, kami saling diam-diaman, suasana ini sangat membosankan.

Renata & RenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang