Rembulan menemburatkan sinarnya, membuat angkasa malam bersinar cerah, ditaburi bintang-bintang berkelap kelip. Angin berhembus pelan membelai rambut hitam legam milik ali yang tengah duduk diatas rerumputan halaman rumah pak Khalik badhar syah sang kepala suku desanya.
"Al tolong kasih ini pada ayahmu!" ujar rahman salah satu dari tujuh anak sang kepala suku.
"Terima kasih amang" rahman hanya tersenyum begitu juga dengan ali.
"Kalau begitu amang kedalam dulu, kasian nara cuacanya terlalu dingin, Assalamualaikum" salam rahman seraya tangannya yang terus meninang-nimang putri kecilnya yang sedang menangis dalam gendongannya.
"Waalaikumsalam"
Ali kembali mendongak menatap jendela di atas sana. "Apa dia sudah tudur??" tanya ali membatin. Detik berikutnya Ali melangkahkan kakinya pergi dari sana.
******
Didalam kamarnya aisyah termangu menatap rembulan di atas angkasa. Makanan, pakaian, kamar, dan semua fasilitas yang ia perlukan sudah tersedia, Namun mengapa rasanya ia tak bahagia.
Aisyah berangan-angan, suatu saat nanti tentang kemerdekaan, kenikmatan, keleluasaan, keadilan yang sebenarnya, kepuasan, serta kebahagiaan suatu saat nanti.
Kapan suatu saat nanti itu tiba?
Rasanya ia sudah terlalu lelah menunggu suatu saat itu tiba...
Ia sudah tak kuat menunggu lebih lama lagi.Aisyah tergelonjak kaget saat decitan pintu kamarnya terdengar mengilukan. Wajahnya pias seketika melihat wajah kakeknya berkacak pinggang diambang pintu kamarnya.
"Kenapa belum tidur?" hanya pertanyaan bernada datar dari kakeknya saja mampu membuat sekujur tubuhnya berkeringat dingin.
"Aa-ais"
"Siapa yang nyuruh kamu menjawab kai?berani membangkang sekarang" aisyah hanya menunduk dalam diam, jangankan untuk membela diri bahkan dengan helaan nafasnya saja mampu membuat kakeknya naik pitam "Sekali lagi kai tanya, kenapa belum tidur?" kali ini suara kakeknya lebih lembut. Namun aisyah masih menunduk takut.
"Sekarang tidurlah!! Kai tidak mau hal seperti ini terulang kembali, apa kau MENGERTI??"
Dengan ragu aisyah mengganggukan kepalanya, lalu kembali menunduk. hingga decitan pertanda pintunya sudah kembali tertutup membuatnya bernafas legaaa.Apa salahnya dirinya yang ingin melihat indahnya bulan?
Apa salahnya ingin merasakan belaian angin malam di wajahnya?
Apa salanya ingin melihat kunang-kunang yang bersembunyi dibalik ilalang?
Mengapa kakeknya selalu mengukungnya?begitu pula ayahnya.
Jangan malam hari, siang pun ia hanya bisa keluar dari rumah ini saat bersekolah selepas pulang pasti akan kembali terkurung dikamarnya.
Kenapa ini terjadi padanya?
Mengapa disaat remaja seusianya bisa berjalan dan tertawa lepas di luar sana?
Tapi kenapa dia tak bisa?
Dan masih banyak lagi pertanyaan di benak aisyah yang hingga kini tidak ada titik terangnya.
--------------------------------------------
Maklum ini cerita pertama aku jadi maaf klo gak bagus..Mohon saran sama vote :p
Salam manis
Elina sari
-------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah-ali
Teen FictionRintihan aisyah merobek-robek angkasa malam, pekikannya bagai halilintar membelah langit malam. Cinta dan kerinduannya kepada ali sedemikian mendalam. Inilah kisah cinta seorang ali yang terus berjuang agar pantas menjadi imam terbaik bagi aisyah...