4- Saudara

35.4K 1.2K 15
                                    

Seperti biasa loh ...
VOTE SEBELUM MEMBACA yaa..

Selamat membacaa...^^

Author POV
Marcel merasa canggung setelah kejadian tadi. Wajahnya tampak malu namun ia tetap memasang raut angkuh. Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia berpikir, bagaimana bisa resleting celananya rusak?. Lalu, apakah seisi kantor melihatnya dalam keadaan memalukan seperti itu??.

Marcel berjalan mondar-mandir, resah. Sedangkan, Dyana hanya duduk di meja kerjanya sambil menatap layar komputer dan sesekali melirik bos-nya itu. Ia pun merasa canggung dengan situasi ini.

Dyana berusaha memulai obrolan dan memberanikan diri untuk mencairkan suasana.

"Hmm.. pak.. maaf atas kejadian barusan. Saya tidak sengaja.... mmm... melirik...." ucapnya gugup.

Marcel mengusap wajahnya. Ia berusaha merenggangkan otot-otot wajahnya yang tegang.
"Tidak perlu meminta maaf..... "

Suasana kembali canggung. Dyana pun mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh.. iya pak, anda ada rapat hari ini dengan para pemegang saham di ruang audit."

"Astaga.. saya lupa. Ya sudah. Saya segera ke ruang auditorium." ucap Marcel lalu meninggalkan Dyana di ruangannya.

Dyana hanya menatap bosnya yang berjalan keluar. Ruangan berdinding kaca tersebut masih menampakkan punggung Marcel yang berjalan menjauh.

Seketika semangatnya menurun. Padahal, ia baru saja bekerja di perusahaan ternama ini. Namun, kejadian hari ini sudah membuatnya hilang semangat. Ingin rasanya ia membantu. Tetapi, ada hal yang ia tidak ketahui dari Marcel. Yaitu masa lalunya. Mungkin seseorang memiliki dendam terhadapnya dan berusaha menghancurkan Marcel secara sengaja.

Di ruang Auditorium.

Para pemegang saham sudah berkumpul. Ruangan tersebut terdengar riuh. Marcel memasuki ruang auditorium. Namun, baru saja beberapa langkah menuju podium, laki-laki yang tadi menghadangnya di pintu utama menghampirinya dan melayangkan pukulan tepat di wajah Marcel.

Marcel memegang bekas pukulan yang terasa berdenyut dipipinya. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut, mulai menghentikan lelaki tersebut. Seorang pria paruh baya dengan pakaian sangat sederhana tengah melototinya.

"Hey pak !! Saya beli saham kamu pakai uang! Kamu tidak tau.. saya bersusah payah menabung dan membeli sahammu supaya saya memiliki jaminan. Mungkin saham saya tidak banyak. Tetapi, saya sangat bergantung pada saham itu." Teriak pria tersebut dengan lantangnya.

Marcel hanya menatap pria tersebut dan mengusap pipinya yang lebam. Saking kuatnya pukulan itu, rahangnya terasa goyang.

Tiba-tiba seorang pria berkemeja kotak-kotak usianya sekitar 23 tahun berdiri.
"Kamu tidak malu hah ?? Di saat seperti ini, kamu masih saja sombong!! Rendahkanlah sedikit angkuhmu, bapak CEO !!. Wajahmu itu hanya membuat kami tambah marah !!!" Teriak pria berkemeja kotak-kotak tersebut sambil menunjuk-nunjuk Marcel.

Marcel mengambil mic dan mulai angkat bicara.
"Maafkan saya bapak dan ibu sekalian. Kejadian ini di luar kendali saya. Saya berjanji, akan memulihkan harga saham di pasaran. Saya mohon.. maafkan kesalahan yang terjadi saat ini. Permisi." Ucap Marcel lalu beranjak dari podium.

Suasana semakin riuh saat Marcel meninggalkan ruang Auditorium.

Dyana POV
Aku melihat pak Marcel berjalan menuju ke sini. Tetapi, keadaannya terlihat tidak baik-baik saja. Raut wajahnya tidak karuan, rasa cemas dan takutnya tampak jelas disana. Aku terkejut melihat pipinya yang lebam.

Killing The Billionaire Man [Pindah Ke Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang