Embun pagi telah membasahi dedaunan, hawa dingin telah menusuk pori-pori kulit. "kring-kriing-kring" suara Alarm berbunyi.
seorang wanita berusia tak muda lagi. membangunkan seorang wanita yang tertidur pulas diatas ranjangnya." dian, ayok bangun. udah pagi ni nak, waktunya kamu sekolah." teriak ibu sambil menepuk halus pundak dian.
dian pun terbangun dengan mata memerah. dia hanya mengangguk paham kepada ibunya.
jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. sekolah Dian masuk pada pukul 06.30.
dian terlihat santai berjalan menuju sekolahnya. bell sudah terdengar keras dari kejauhan namun dian masih berjalan dengan damai.
Setelah lama berjalan menyusuri jalan Dian pun tiba di dalam kelasnya. Guru kiler menatapnya dengan tatapan datar. seolah dian sudah terbiasa melakukan kesalahan. sehingga membuat guru killer merasa bosan untuk menghukumnya.
" segera kamu duduk. biarpun kamu saya hukum kamu, tidak berguna. kamu sudah kebal dengan hukuman. cukup dengan nilai sikap kamu yang akan saya beri nilau C." cetus guru killer.
seperti biasanya Dian dengan sikap biasa. membalikkan badan lalu duduk ditempat duduknya.
Dian adalah satu-satunya murid yang tidak mentaati peraturan sekolah Namun kecerdasan dan kepandaian Dian membuat para guru mempertahankan untuk tetap mencari ilmu di sekolah ini.
Di sekolah Cukup besar dan memiliki Siswa-Siswi Cukup banyak ini. Dian tak mau berbaur ataupun hanya sekedar bertegur sapa. yang dia dilakukan hanya diam dan sendiri! iya, itu dia hobi dia selama ini "menyendiri".*istirahat*
berada di bawah rindangnya pohon, berbagai macam bunga terletak disana. Angin yang melintas membuat Rambut panjang Dian menari-nari. Dian duduk termenung, sambil memegang buku kecil dan sebuah pena. dia melakukan kebiasaannya, menulis isi hatinya.
seorang wanita datang dari belakang dan mencoba memperkenalkan diri kepada wanita yang terkenal berhati dingin ini.
" hai Dian, kenalkan namaku okta. Aku anak kelas Ipa2 yang barusan pindah ke kelas mu 11 IPA1." ujar okta sambil menjulurkan tangannya.
Dian pun menjabat tangan Okta lalu mengangguk. sikap dinginnya terlihat jelas.
" Dian sampai kapan kamu seperti ini, diam membisu seperti Angin. dingin seperti es, dan seolah kamu ingin menjauh dari dunia. apa untungnya kamu melakukan ini. aku tau hati kamu baik, hati kamu tulus. hanya saja kamu tak ingin mengenal dunia, walau aku tau dunia itu cukup kejam." tanya Okta dengan menatap Dian yang seolah tak memperhatikan.
Dian pun menoleh dan sedikit tersenyum. "karena bagiku Diam adalah kedamaian yang nyata bagiku."
" mencari kedamaian bukan berarti menjauh dari semua makhluk. itu membuatmu tidak akan bisa nyaman." jelas okta.
" dan itu menurutmu bukan menurut aku." jelas Dian sambil meranjakkan kaki untuk menjauh.
" baiklah Kalau itu menurutmu. Aku akan membuktikan pada seluruh dunia jika dian seorang wanita yang baik dan tidak memiliki hati yang begitu dingin, seperti saat ini." kata okta meyakinkan Dian.
"bagiku itu semua mustahil dan menurutku akan lenyap dalam sekejap." ujar Dian lalu meninggalkan okta begitu saja.
Dian pun kembali ke kelas dengan menekuk wajah. dia duduk sendiri. dia lebih nyaman sendiri. tiba-tiba, seseorang meletakkan sebuah tas di sebelah dian. Dian pun terkejut ternyata okta sudah berada disampingnya.
Dian menatap terkejut dan memalingkan wajah seolah tak erduli.
"aku tau kamu pasti terkejut aku disini. dan aku tau kamu pasti tidak suka, karena kamu terlalu nyama dengan kesendirianmu." jelas Okta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika hujan menjadi bagian cerita {COMPLETE}
RomantikHujan adalah bagian dari warna-warni kehidupan bagi diri Dian..yang awalnya kehidupannya tak memiliki Arti dan tak berwarna... semenjak kedatangan seorang Fian kehidupannya menjadi banyak warna dan memiliki Arti..bahkan kehidupannya layaknya seperti...