Bab 5 lelaki misterius?

23 2 0
                                    

dian Sungguh menyayangi Tiara. Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Dian sadar jika tidak perlu membenci seseorang karena kesalahan orang lain.

di malam hari tempatnya di meja belajar. Dian memikirkan Lelaki misterius yang dua hari lalu menjadi pahlawannya. Dia mengingat siapa lelaki yang membantunya mencari peri kecil. dian terus berpiki.

"ah iya dia lelaki yang sama membantuku waktu lalu. Ya Tuhan aku sangat ceroboh sekali, belum sempat ku berterima kasih kepadanya. seharusnya kemaren adalah waktu yang tepat menyampaikan terimakasihku. Bodohnya Aku!. semoga Allah mempertemukan kembali denganku." gerutu Dian di keheningan malam

•••

hari libur adalah hari paling menyenagkan untuk anak sekolah seperti dian. di hari libur dian mengajak Tiara berkenalan dengan sahabat dekatnya okta.

"peri kecil kamu udah siap belum." teriak Dian.

" sebentar kak, rambut ara masih di ikat. biar cantik seperti kakak." teriak ara dengan nada sedikit tertawa.

" masih kecil udah pinter nge gombal deh." balas Dian

**

di taman Dian menggandeng tiara yang sendang memakan es cream. terlihat dibawah pohon yang rindang seorang wanita melambaikan tangannya. dia adalah Okta, Dian pun membalasbya dengan lambaian tangan juga.

" Hy okta, sudah lama menunggu ya?" tanya Dian sembari duduk disebelah Okta.

"barusan kok an, eh ini adek kamu yang kamu ceritakan itukan?. dia manis." kata Okta sambilemegang dagu tiara.

" halo kakak. kenalin aku ara." kata peri kecil dengan polosnya sambil mengulurkan tangannya.

"unch, pinter banget adeknya kak Dian ini. Kenalin nama kakak okta, panggil aja kak okta." kata okta dengan menggunakan logat tiara.

"namanya pendek. pendek sekali kak." kata Okta sambil memakan es cream yang dibawahnya.

dian dan Okta un tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Tiara.

"Benar kamu ta, dia manusia yang sangat berharga bagiku. dia tidak mengerti apa-apa. dia benar-benar tidak bersalah. ini semua adalah kesalahan aku. aku terlalu egois, dia sungguh menyayangiku dengan tulus. walau aku dengan dia satu rumah masih belum lama. dia sudah menganggapku sebagai kakak kandungnya. betapa malunya aku. dia saja bisa memiliki pemikiran jauh lebih bijak dari pada aku yang seharusnya lebih mengerti dia." jelas Dian dengan senyum di wajahnya.

" setidaknya kau menyesal dengan kesalahan yang kau buat dulu dian, dari pada tidak sama sekali. iya kan?" jelas Okta.

dian pun cukup tersenyum dan menganggukkan kepala.
dian menatap ke tempat duduk taman dia mengingat akan sevuah kejadian bersama lelaki misterius.

"Andaikan dia datang kemari. kan ku ucapkan terima kasih untukknya." gerutu Dian dalam hati.

" eh kamu kenapa?, gak baik siang-siang ngelamun kayak gini." tanya Okta membuyarkan lamunan Dian.

"hehehe, endak kok. cuma lihat suasana aja." jawab Dian terbata-bata.

"idih jago ngeles kamu an." ejek Okta sambil menggadeng tangan tiara.

Suasana semakin panas Dian pun berpamitan pulang kepada Okta.

"okta, suasananya semakin panas kasian peri kecil ku. aku pamit pulang dulu ya. sampai jumpa di sekolah nanti eh jangan lupa besok awal semester dua ya ta. dan inget ini adalah liburan terakhir untuk kita." ejek dian.

"iya iya, aku udah tau kok yaudah cepet pulang. kasian adek kepanasan." jawab Okta.

dian pun melangkahkan kakinya untuk pulang.

ketika hujan menjadi bagian cerita {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang