Bagian 2

122 4 6
                                    



Pada suatu malam,langit hitam pekat. Bintang di langit tak bersinar lagi. Mendung hitam mengitari pantai utara. Orang-orang pantai tak berani pergi ke laut,meskipun musim musim ikan tiba. Wati menjahit baju-baju ayahnya yang robek. Dengan jari-jarinya yang halus Wati menambal lubang-lubang celana ayahnya yang robek. Dengan disinari pelita kecil, Wati dengan rajin menjahitnya.

Tiba-tiba jarum yang dipegangnya menusuk ibu jarinya. Terkejut dia. Ibu jari yang tertusuk dipijat-pijatnya. Dikeluarkan darahnya. Beberapa tetes darah itu pun keluar.

Sementara itu, ayahnya memperhatikannya. Ayahnya melihat gerak-gerik Wati. Wati meringis kesakitan. Rupanya,jarum yang menusuk itu cukup dalam. Dibantunya Wati mengeluarkan darah itu. Ayahnya menghisap ibu jari Wati. Dihisapnya ibu jari Wati dengan kuat- kuat. Kemudian dikeluarkan ludah dari mulut ayahnya. Setetes darah bercampur dengan ludah. Tapi,lukanya tidak parah. Wati ingin melanjutkan menambal pakaian kerja ayahnya. Namun,ayahnya melarang.

"Jangan lanjutkan lagi,Wati!"
"Ini sudah robek semua,Pak!"
"Sudahlah. Esok masih ada hari"
"Tapi,esok pagi Wati kan ke sekolah"
"Oh,Wati" desah ayahnya, "lanjutkan nanti kalau kau punya waktu. Tanganmu sekarang masih sakit. Sekarang istirahatlah"
Wati pun menurut nasihat ayahnya. Ia tiduran di dekat ayahnya. Sambil memijat-mijat ibu jarinya yang luka kecil, tiba-tiba Wati rindu ibunya.Ia ingin tahu,siapa sebenarnya ibunya.
"Pak!" panggil Wati pada ayahnya. "Ibu jariku agak sakit."
"Apa?" Ayahnya terkejut.Ayah tidak begitu mendengar kata Wati.Ia hanya mendengar keras kata ibu dari mulut anaknya.
Ayah Wati benar-benar tidak mendengarkan kata Wati.
"Jangan tanya tentang ibumu,Wati," sahut ayahnya, "ibumu sudah telah lama tiada."

Ayahnya agak ragu-ragu dalam mengatakan kata-kata itu. Seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan. Pikir Wati,telah berhasil aku memancing ayah untuk bercerita.
"Kenapa ayah?" sahut Wati. "Apakah ibu tidak mempunyai asal-usul,pak?" Apakah ibu dilahirkan tanpa orang tua? Apakah ibu hilang tanpa berita?"

Wati mendesak ayahnya agar dapat menjelaskan perihal ibunya. Mukanya agak pucat. Tapi,karena lampu yang menyinari tidak begitu terang, perubahan wajah ayahnya tidak terlihat olehnya.Ayahnya berusaha mencari jawaban yang tepat.
"Tidak Wati. Ibumu dilahirkan oleh orang tuanya. Dia dilahirkan di muka bumi atas kehendak Tuhan. Tapi jangan menanyakan tentang ibumu, Nak.Belum waktunnya ayah menceritakan perihal ibumu. Pada suatu saat nanti, bapak pasti akan menjelaskannya."
"Wati sekarang sudah kelas lima, pak" sahut Wati untuk memojokkan ayahnya. Apa masih belum cukup umur untuk mendengarkannya?"
"Ya.kau masih terlalu hijau. Kau belum mengerti,Wati. Tidurlah sekarang! jangan memikirkan yang aneh-aneh"
  "Apa pertanyaan Wati itu aneh, pak?"
  "Sudah, sekarang kita tidur saja!" jawab ayahnya dengan sabar. Ayah dan anak itu pun menuju tempat tidur yang tanpa kasur. Dengan tikar dan bantal keduanya dapat tidur nyenyak.

####


HAI GUYS.........JANGAN LUPA KASIH SUARANYA Y...

GADIS PANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang