Sebuah mobil sedan mewah berhenti disebuah sekolah. Sekolah ini tampak sederhana, tetapi untuk ukurannya di lingkungan ini bangunan ini cukup mewah.
Seorang anak pria berumur sekitar 15 tahun memandang lingkungan barunya dari dalam mobil tersebut.
'tidak buruk ' pikirnya.
Yahh, tidak ada tempat yang buruk baginya, dimana pun sama, akan tetap sama tanpa kedua orang tua dan saudara laki-lakinya.
Ayah dan ibunya baru saja meninggal dalam kecelakaan saat bertugas.
' Bertugas? ', kadang pria muda ini bertanya pada dirinya sendiri, apa arti dari bertugas dan mempertaruhkan nyawa sebagai imbalannya. Bukankah kedua orang tuanya sudah kaya?
Sebuah Rumah sakit terbesar telah didirikan, yayasan kesehatan, dan beberapa apartemen mewah? Bukankah cukup sudah?
Lalu untuk apa lagi? Jika hanya titel 'Dokter' dari nama mereka yang mewajibkan mereka untuk bertugas dan mempertaruhkan nyawa?
"Tuan muda, saya pikir ini waktunya kita masuk kedalam ". Sapa seorang setengah baya dari bagian depan mobil.
Pria muda itu mengangguk, dan membuka pintu mobilnya, perlahan memandang sekitar, lingkungan barunya. Ia pun dengan pasti melangkah kedalam sekolah tersebut.
^^^DANNY'S SIDE ~~~
Kringggg...
Suara Dering Handphone membangunkan Danny dari lamunannya.
'Barry ', sebuah nama tertera pada layar handphone. Danny meraih dan menekan tombol hijau.
"ya, kak... " sapanya sedikit malas.
" aku tidak pulang malam ini, ada beberapa pasien yang harus segera ditangani ".
" ya, aku tahu " jawabnya.
" jadi aku minta tolong, bisakah kau keluar bersama Airin untuk makan malam? Aku yakin tadi pagi dia pasti memasak untuknya sendiri ".
Haa ~~~ Danny sedikit menghela nafas. Bisakah kakaknya tidak menyuruhnya untuk mendekati Airin?
Andai saja Kak Barry tahu apa yang ia perbuat dengan Airin pagi tadi. Tidak. Bahkan bukan hanya pagi ini, tapi jauh sebelumnya, jauh sebelum ingatan Airin hilang. Andai saja Kak Barry tahu, mungkin ia akan sangat kecewa, padanya, dan pada kekasihnya.
"Danny " panggil Barry dari teleponnya.
" hmmm... "
" Hei, ayolah... Kenapa sikapmu ogah ogahan begitu sih?? Bukannya Airin itu temanmu? "
Teman? Yah, itulah Image yang selalu kami tampilkan didepan orang - orang. Tapi pada kenyataannya apakah masih bisa disebut sebagai teman?
" ok, kak... Nanti aku ajak dia ke restoran mewah dan mengenyangkan perutnya, karena memang makanan yang ia buat tadi pagi sangat sangat menyiksa ".
Barry terdengar tertawa mendengar ocehan Danny.
Ya, memang Airin, cantik, modis, pintar dalam segala hal tapi selalu gagal dalam memasak. Danny sudah hafal itu, satu satunya hal yang selalu gagal oleh gadis itu.
" baik lah, aku percayakan padamu, bye ". Saluran telepon terputus.
Percayakan padaku? Kak, kau seharusnya tidak percaya padaku.
^^^
'Sekolah ini tidak terlalu buruk 'pikirnya. Pria muda itu kini tengah berdiri didepan sebuah kelas, berhadapan dengan sekitar 30 murid didepannya.
Hanya saja, kenapa perempuan disini terlalu memperhatikannya?
Dan, tunggu, mereka berdandan? Bukankah mereka seumuran denganku? Hei, kita masih pelajar menengah pertama. Ia sedikit tersenyum, lucu, pikirnya.
Mereka yang berada dihadapannya hanya diam, memperhatikan, kagum atau bahkan penasaran dengan dirinya. Tapi hanya ada satu orang yang tidak ikut-ikutan seperti yang lain, dan tidak berdandan seperti yang lain. Ia cantik, pikirnya. Dan itu alami, ya, dia memang cantik.
Pria muda itu berjalan mencari bangku yg kosong untuk duduk, semua menatapnya, kecuali gadis itu. Gadis itu hanya tertarik pada buku yg tengah ia baca, tanpa melihat bahwa pria muda tersebut duduk tepat dibelakangnya.

YOU ARE READING
AMNESIA
RomanceAirin yang kehilangan ingatannya karena sebuah kecelakaan, tinggal di sebuah rumah bersama dua dokter muda yang tampan. ia berusaha mengingat tentang masa lalunya, keluarganya, dan dari mana ia berasal. ditengah usahanya untuk mengingat, ia malah ha...