3. Pahit & Manis

91 37 59
                                    

Aroma jeruk menyergap sangat pekat saat kaki-kaki ini menapaki ruangan yang dingin. Sejak insiden sendok melayang tadi di koridor, sampai di ruang BK sekali pun—Leo tetap mengekspresikan dirinya dengan tenang. Tak tau keadaan dalam hatinya itu sedang bagaimana. Khawatirkah? Takutkah? Resahkah? Entahlah.

Di balik meja kebesaran dan tepat di kursi kebesaran, sesosok pria dengan kemeja biru itu memegang bolpoin mewahnya. Beliau menuliskan nama kedua murid yang sedang bermasalah dicatatan buku khusus. Setelah selesai mencatat, pria itu menceramahi Candy dan Leo.

Leo mengangguk kali itu dan Candy yang masih terdiam.

Primus Hartayo, begitu namanya terpampang di papan nama yang terletak di meja kebesaran. Anehnya, beliau tidak dipanggil Pak Primus, melainkan Pak Tayo. Candy jadi teringat serial televisi yang sering ditonton sepupunya yang masih TK.

Hai Tayo, hai Tayo, dia bis kecil ramah. Melaju, melambat Tayo selalu senang~.

Itu lagu yang Candy ingat dari serial anak tersebut. Mungkin kalian juga tau atau bahkan, mengikuti serial Tayo setiap harinya? Siapa yang tau.

"Kita dengar dari Candy, kenapa kalian bisa ribut seperti tadi?" tanya Pak Tayo.

Lama terdiam memikirkan serial Tayo, cewek itu akhirnya membuka suara. "Setelah makan siang saya habis, saya mengambil botol minum saya, pak. Kedua teman saya juga meminta bantuan ke saya, ya sudah saya ambilkan juga." Candy meneguk salivanya. "Lalu saya duduk di tempat saya yang tadi. Kebetulan saya duduk di tengah dan saya memberikan botol minum teman-teman saya dengan cara dilempar. Tapi, sayangnya salah satu dari teman saya tak menangkap lemparan saya, akhirnya malah jatuh ke piring yang ada di pangkuannya. Lebih tepatnya jatuh di bagian sendok sehingga sendok itu terlempar ke arah dia." Jelasnya panjang lebar.

"Benar begitu?" Pak Tayo menanyakan kebenarannya kepada Leo.

Dan Leo mengangguk.

"Kalian ini masih remaja, gak usah ribut-ribut gitu cuma karena sendok. Ya udah, Candy, kamu minta maaf ke Leo."

Candy melirik Leo dengan ekor matanya, melihat wajahnya yang santai seperti itu membuat Candy merasa semakin kesal. Apalagi Pak Tayo menyuruhnya meminta maaf. Gini-gini juga Candy gengsi.

"Candy," panggil Pak Tayo lebih seperti memperingati.

"Eh, iya, pak. Tunggu satu menit." Dengan berbagai macam hal yang sudah ia pertimbangkan, cewek itu menghela napas dan dengan berat hati berkata, "Leo, gue minta maaf."

Leo tak menggubrisnya. Dia diam. Kekesalan Candy semakin merambah karena kelakuan Leo.

"Kalau gitu bapak tetap kasih hukuman biar kalian bisa rukun,"

Hukuman?

Mampus gue!

Candy sebagai cewek yang jarang mendapatkan hukuman, jelas merasa kaget. Ia tak menyangkan akan sampai mendapatkan hukuman hanya karena sendok dan cek-cok sedikit dengan Leo. Namun berbeda dengan Leo, cowok itu justru senang karena ia yakin jika Candy akan merasa tak tahan dengan hukuman ini.

Tanpa berpikir panjang, Candy merangkul Leo seolah-olah mereka berdua adalah teman dekat yang sedang bercanda. "Kita teman kok, pak." ujar Candy sambil cengengesan yang dipaksakan.

Jauh dari pikiran Leo yang mengingikan hukuman, Candy malah ingin menghindari hukuman. Leo terus berusaha melepas rangkulan cewek gila yang sedang berakting di depan Pak Tayo.

Mata mereka bertemu saat Leo berusaha melepas rangkulan Candy yang sangat kuat, Leo menatap Candy lekat-lekat.

"Diem aja lo, gak usah banyak tingkah." hardik Candy membisiki Leo dengan penuh penekanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang