Jinhwan tiba di sebuah apartemen mewah yang luas, bahkan terlalu luas untuk seorang pria miskin sepertinya. Apartemen yang didominasi warna hitam dan abu itu memiliki dua lantai. Jinhwan mengamati berbagai sudut apartemen dengan wajah melongo. Tidak banyak hiasan apapun, apartemen ini hanya dihiasi dengan foto keluarga yang tertempel di dinding, juga beberapa lukisan absrtak di sisi lainnya. Pemuda mungil itu masih menelusuri berbagai sudut ruangan dengan perasaan kagum dan aneh. Kagum karena apartemen ini begitu luas dan aneh karena seluruh ruangan terkesan kelam juga polos.
"Ayo, Kim Jinhwan kita ke lantai atas. Kau akan tidur di kamar kosong lainnya untuk sementara." Suara berat pria bernama Kim Hanbin itu menghentikan kegiatan Jinhwan.
Pemuda bermata bulan sabit itu pun mengikuti langkah Hanbin yang membantu membawa koper miliknya.
"Hanbin-ssi.. Biar aku saja yang membawa koper itu. Kau tak perlu repot-repot." Jinhwan setengah berlari menaiki anak tangga untuk menyusul langkah besar Hanbin.
"Gwaenchanha. Aku tidak merasa repot." Sahut Hanbin tanpa menoleh ke belakang.
Jinhwan tetap keukeuh mengejar Hanbin. Namun, sayang sekali kaki mungilnya harus tersandung salah satu anak tangga.
"Aww!"
Hanbin menoleh dengan cepat dan mendapati Jinhwan yang tengah berjongkok sambil memijati kaki sebelah kanannya. Pria dengan wajah seperti pangeran itu meletakan koper milik Jinhwan dan bergegas turun menghampiri Jinhwan.
"Gwaenchanha?" Hanbin bertanya dengan nada khawatir. Diceknya kaki Jinhwan yang tersandung itu.
"A-aku masih bisa berjalan, kok. Gwaenchanha, Hanbin-ssi." Jinhwan merasa sedikit tak nyaman dengan sikap Hanbin yang dia rasa sangat berlebihan.
"Benarkah? Aku tidak yakin kau bisa berjalan dengan benar. Letakan tas itu." Hanbin menunjuk tas yang sedang dipegang Jinhwan.
"Ne?"
Tanpa permisi dan sangat tiba-tiba, Hanbin mengangkat tubuh kecil Jinhwan ala bridal style.
"Y-yak Kim Hanbin! A-apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Jinhwan meronta di gendongan Hanbin yang sama sekali tak menggubris permintaannya.
Pria kecil itu makin meronta dan si pangeran tampan tetap tak menurunkannya hingga mereka tiba di sebuah kamar yang bercat putih. Hanbin pun membaringkan tubuh ringkih Jinhwan diatas sebuah ranjang berukuran King. Dilepasnya kaos kaki milik Jinhwan dengan terampil, Hanbin berjongkok di samping ranjang untuk memijat kaki Jinhwan yang sedikit memar karena terantuk anak tangga.
"Aww! Appoo~"
Hanbin terus memijat kaki mungil Jinhwan dalam diam.
"Sebentar, Tuan Kim. Biarkan aku duduk."
Setelah tangan Hanbin berhenti, Jinhwan bangkit dari berbaringnya dan duduk di tepi ranjang. Kakinya sudah menjulur ke bawah dan Hanbin kembali melanjutkan pijatannya tanpa mengatakan hal apapun. Jinhwan mengamati wajah Hanbin yang tetap terlihat tampan dari sisi manapun. Wajah tampan itu semakin tampak sempurna setelah beberapa tahun berlalu. Jinhwan masih menatap pria tampan itu diiringi sekelebat memori di kepalanya. Kim Hanbin yang tampan itu tetap tak berubah, dia masih baik hati seperti dulu.
.
.
5 tahun yang lalu...
Pemuda tampan dengan badan tegap itu tengah berjongkok di depan sepasang kaki mungil yang menjulur dari atas bangku. Pemuda yang tengah duduk di bangku itu tengah meringis kesakitan karena pijatan di kaki sebelah kirinya oleh seorang idola sekolah, Kim Hanbin. Pangeran idaman para gadis yang terkenal kaya tapi sangat baik hati. Dia hanya tak menyangka, ternyata masih ada di dunia ini seorang anak konglomerat yang begitu baik hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/154141204-288-k775398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man And Poor Man
FanfictionJika kalian menyangka, sosok Kim Hanbin adalah pria kaya yang sombong dan menyebalkan, 100% kalian salah. Dia adalah malaikat dalam wujud seorang manusia. Kebaikan hatinya adalah sesuatu yang membuat banyak orang begitu mencintainya, termasuk seora...