[ 4 ] Warm

1.5K 213 63
                                    




"Eomma."

Jinhwan maupun wanita paruh baya yang baru muncul itu menoleh ke arah Hanbin. Seketika pria mungil itu melebarkan mata dan dengan cepat kembali menoleh ke arah wanita yang merupakan ibu Hanbin itu. Dia membungkuk hingga 90 derajat dengan cepat ke arahnya.

"A-annyeonghaseyo, Ny. Kim." Sapanya gugup lalu kembali menegakan tubuh dan menatap wanita yang masih menatapnya penuh selidik itu. Dan jangan ditanya lagi seberapa cepatnya jantung Jinhwan berpacu saat ini mendapat tatapan intimidasi seperti itu.

'Apakah dia tidak akan menyukaiku? Karena aku miskin?'

"Kau siapa?" Tanya wanita itu dingin.

"Dia Kim Jinhwan, eomma." Hanbinlah yang menyahut dari belakang dan segera berjalan ke arah ibunya itu.

Kedua mata sipit wanita ber make up tebal itu melebar. "Kim Jinhwan yang itu?"

Jinhwan mengernyit mendengar ucapan ibu Hanbin yang seolah-olah sudah mendengar namanya sebelumnya.

Hanbin mengangguk seraya tersenyum lalu memeluk tubuh ibunya saat mereka sudah berhadapan. "Apa kabar eomma?"

Ibu Hanbin tersenyum seraya menepuk punggung puteranya. "Kabar eomma baik, nak. Maaf eomma baru mengunjungimu." Ucapnya seraya melepas pelukan puteranya.

"Seharusnya aku yang mengunjungi eomma. Maaf aku masih belum sempat pulang ke rumah."

Wanita itu mengelus pipi puteranya. "Tidak apa, nak. Eomma tahu kau sangat sibuk." Senyum masih terukir di wajah cantiknya, lalu Hanbin pun menarik ibunya itu untuk masuk dan duduk di ruang depan. Hingga saat wanita itu mendudukan diri di sofa empuk ruangan utama apartemen, matanya kembali tertuju pada Jinhwan yang sedari tadi hanya bisa memandangi interaksi antara ibu dan anak itu.

"Kim Jinhwan."

Jinhwan mengangkat alis lalu membungkuk pelan. "Y-ya, nyonya?"

"Kabarmu baik?"

Pria mungil itu mengerjap dengan pertanyaan yang didapatkannya. "Kabarku sangat baik, Ny. Kim." Sahut Jinhwan tanpa bisa menghilangkan rasa gugupnya.

'Dia sungguh bertanya soal kabarku? Woah...'

Lalu tiba-tiba wanita cantik itu tertawa tanpa ada hal lucu yang dilontarkan salah satu dari ketiganya. Membuat Hanbin maupun Jinhwan menatap heran ke arahnya yang saat ini tengah menyeka air mata yang menggenang di pelupuk matanya karena terlalu kencang tertawa.

"Kemarilah, Jinhwan. Kenapa kau terlihat takut saat kutatap, hm? Apa aku terlalu mengerikan untuk dilihat?"

Jinhwan gelagapan dan dengan cepat menggeleng. "B-bukan seperti itu, Ny. Kim. Aku-"

"Kemarilah, nak. Duduklah disini." Potong ibu Hanbin cepat seraya menepuk bagian kosong pada sofa di sampingnya. Sementara Jinhwan masih mencerna keadaan yang terjadi saat ini.

"Aah~ Dan, lebih baik panggil saja aku Ny. Lee karena namaku Lee Chaerin. Tidak perlu membawa-bawa nama suamiku." Senyuman manis terukir di wajah cantiknya. Membuat hati Jinhwan menghangat mendapat perlakuan baik dari si nyonya besar.

Dan penilaian negatifnya soal Ny. Kim atau Ny. Lee itu kini menguap entah kemana setelah wanita paruh baya itu memperlakukannya dengan ramah. Sangat ramah untuk ukuran seorang konglomerat, apalagi terhadap pria miskin sepertinya.

Rich Man And Poor Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang