Keesokan harinya Jinhwan yang sudah bangun lebih dulu dari sang tuan rumah segera menyiapkan sarapan untuk disantap oleh dirinya dan Hanbin. Meskipun pada akhirnya harus kebingungan karena yang ada di lemari es pria kaya itu hanya ada roti tawar, sosis dan selai dengan dua macam rasa. Selain itu hanya ada air mineral juga beberapa kaleng soft drink. Membuat Jinhwan berpikir betapa menyedihkannya hidup kaya seperti Kim Hanbin. Dia bisa membeli segalanya, namun tak bisa memakan makanan sehat. Jinhwan saja yang hidup pas-pasan selalu bisa memakan makanan sehat buatan sendiri. Dia sama sekali tak pernah menyentuh sesuatu bernama junk food seumur hidupnya. Ya, Jinhwan tahu Hanbin itu terlalu sibuk hingga tak sempat memikirkan soal makanan sehat dalam hidupnya.
Pria mungil nan manis itu segera mengambil beberapa lembar roti untuk dipanggang terlebih dahulu di pemanggang roti. Baru setelah itu dia simpan rotinya di dua piring berbeda dengan dua wadah selai rasa cokelat dan stroberi di tengah meja yang berada di ruang makan. Dengan sangat cekatan Jinhwan menyiapkan sarapan diatas meja makan tanpa menyadari seseorang yang baru tiba memandanginya dari belakang. Hanbin tersenyum penuh arti menatap pria mungil itu. Paginya kini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya yang dia lewati. Kini ada makhluk manis yang dengan senang hati menyiapkan sarapan untuk dirinya. Meskipun dengan bahan seadanya. Jinhwan yang berbalik mendapati Hanbin sedang senyum-senyum sambil menatapnya itu mengernyit heran meskipun sebelumnya sedikit terkejut.
"Selamat pagi, Hanbin-ssi. Kau... Kenapa?" Tatapan penuh tanya dia berikan pada Hanbin yang bersikap aneh itu.
Pria tampan yang ditanya segera membuyarkan lamunan 'masa depan'nya dan tersenyum manis ke arah Jinhwan.
"Pagi, Jinhwan." Kaki jenjangnya dia arahkan ke meja makan.
"Maaf aku lancang di dapurmu. Aku... hanya ingin membuatkanmu sarapan, tapi yaa....seperti inilah hasilnya. Karena- ehm.. Di kulkasmu tak ada bahan makanan lain selain roti dan selai." Ucap Jinhwan canggung seraya mengusap tengkuknya.
Hanbin terkekeh melihat ekspresi Jinhwan yang menurutnya lucu itu. "Tak apa. Seharusnya aku yang meminta maaf karena tak memiliki banyak persediaan makanan." Sahut Hanbin lalu duduk dan mengambil satu lembar roti.
"Karena ini hari libur, bagaimana jika nanti kita berbelanja bahan makanan ke super market?" Hanbin mulai mengolesi rotinya dengan selai cokelat. "Duduklah, Jinhwan. Jangan hanya berdiri disana."
Jinhwan yang sedari tadi hanya berdiri di dekat meja pun mengangguk cepat lalu duduk berseberangan dengan Hanbin. Dia melakukan hal yang sama dengan Hanbin, hanya saja selai yang dia oleskan bukan cokelat, melainkan stroberi.
"Bagaimana?" Hanbin mengulang pertanyaannya.
"Ehmm.. Hanbin-ssi, aku-"
"Jangan formal begitu. Bukankah kita teman?" Pria tampan itu mengunyah pelan sarapannya.
"Eh? Aah.. Iya baiklah, emm- Hanbin-ah."
Hanbin tersenyum melihat wajah canggung Jinhwan di hadapannya. Oh ayolah! Meskipun dulu mereka hanya berbincang sebentar, bisakah mereka disebut teman? Karena Hanbin sangat menginginkan Jinhwan untuk jadi temannya.
"Jangan pernah sungkan terhadapku, oke?! Dan anggap saja apartemen ini juga milikmu. Kau bisa mandi, memasak ataupun mencuci sesukamu dan melakukan hal lainnya. Jadi kau tak perlu meminta izin apapun jika ingin melakukan apapun disini. Kecuali..." Hanbin menggantung ucapannya, membuat Jinhwan menunggu.
"Jika kau ingin ikut mandi bersamaku."
Plak.
Jinhwan melotot seraya menutup mulut setelah memukul lengan Hanbin. Sungguh, dia spontan melakukannya karena omongan Hanbin benar-benar menyebalkan di telinga sucinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/154141204-288-k775398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rich Man And Poor Man
FanficJika kalian menyangka, sosok Kim Hanbin adalah pria kaya yang sombong dan menyebalkan, 100% kalian salah. Dia adalah malaikat dalam wujud seorang manusia. Kebaikan hatinya adalah sesuatu yang membuat banyak orang begitu mencintainya, termasuk seora...