How long you been smiling?
Is fine for a depressed
Apa kamu pernah merasakan depresi karena kehilangan kepercayaan diri hingga sebuah kehidupan yang kamu miliki tampak seperti sebuah ujian panjang. Membuat kesedihan yang bersemayam di dalam hatimu nyaris saja membekukan hati kecilmu. Air mata mu tidak lagi mau menetes, dan kamu menangis dalam diam-mu.
Perlahan hatimu meredup. Bukan karena kamu tidak menjaganya. Tapi kebahagiaan untuk hidup ini lebih merujuk pada fartamorgana ketimbang apa yang kamu dapati saat ini.
Dunia berlaku kejam terhadap dirimu. Mereka mengkritikmu habis-habisan. Menyudutkanmu dengan ucapan-ucapan mematikan. Menghina tanpa tendeng aling-aling. Tanpa pernah berpikir bahwa ucapan mereka sudah sangat melampaui batasan. Mereka telah membunuhmu secara perlahan dengan kata-kata tajam itu. Menyilet seluruh tubuhmu. Sakit tapi tidak berdarah.
Hingga hidupmu perlahan tampak seperti sebuah nestapa
tanpa makna dan tak berarti apa-apa,
Hari-hari yang berlalu seperti tak membekas di dalam ingatan.
Mungkin kamu, aku dan mereka pun memiliki kesamaan...
Kita pernah mengalami hal serupa..
Dengan berbagai rupa kehilangan yang pernah berwujud ..
Kehilangan kepercayaan diri,
Kehilangan orang yang kita cintai,
Kehilangan ayah dan ibu,
Kehilangan rumah,
Kehilangan kebebasan berpendapat,
Kehilangan martabat dan harga diri,
Kehilangan reputasi,
Pekerjaan dan masih banyak lagi jenis kehilangan-kehilangan yang menghujam diri ini.
Begitu dan seterusnya, hingga polemik kehidupan dan huru hara menjadi agenda harian yang perlu dibereskan sebelum beristirahat di malam hari..
Penggalan demi penggalan kata kata itu tersusun rapi di diarimu Jo.
Air mataku menetes berkali kali membaca kata depresi yang kamu tulis. Bagaimana mungkin Jo, kamu menyembunyikan ini semua sendirian dan tidak membiarkan sahabatmu tahu. Kamu jahat Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Days
De Todo1001 hari adalah waktu yang kubutuhkan untuk membiarkan diriku menerima kepergianmu yang tiba - tiba. Regards, Writer