5

45 4 0
                                    

Kulihat sosok dengan paras cantik terpantul dicermin. ya itulah diriku. Dengan baju Berwarna Merah menyala hingga ke paha dan gelang berwarna merah yang kupakai ditangan kananku, aku terlihat pas dengan sifatku, Licik. Lain denga teman Sedistrikku Merci, dengan baju jas yang kekecilan berwarna sama denganku, tetapi bercelana hitam, sangat tidak cocok untuknya. Tapi dia tidak perduli. Membiarkan Penata busananya terus mendandaninya dengan setumpuk alat make up.

“Kau Cocok dengan baju itu” katanya

“Yaa terimakasih, mungkin factor umurku, kau terlalu tua untuk menggunakannya.” jawabku.

“aku akan mencari sekutu” katanya dingin.

dan Merci pergi meninggalkanku, pergi menghampiri para tribute untuk mencari sekutu. Padahal dia berjanji padaku untuk tidak mencari sekutu.

Akupun  ikut pergi ke para tribute, seorang pria, berbadan hitam besar menghampiriku. Brutus, distrik 2.

“Kau perserta termuda di hunger games kali ini, kau tak takut? sementara lawanmu sangat mematikan dibandingkan lawan pada tahun kemenanganmu?” Tanya Brutus

“Tidak,” jawabku, tanpa memperdulikan wajah hitam Brutus.

“Kurasa kau mengantungkan dirimu ke pria sedistrik mu kan?” tanyanya lagi

“Tidak.” jawabku

“Dan kuharap temanmu cukup bisa melindungi mu tetap hidup.” lanjutnya

“Kau tau, aku tak peduli dengan ini semua, dan aku takkan membiarkan diriku terbunuh secepat itu, dan jika kau berpikir aku mengantungkan diriku ke dia, kau salah, aku sama sekali tidak ingin bersekutu, jadi pergilah dari sini, sebelum aku membunuhmu saat Cornucopia berbunyi” kataku, mulai memanas, menghadapi pria setengah umur ini.

“Ohh, sang tikus ingin termakan oleh kata-katanya sendiri rupanya.” katanya mengejek. dan Brutus pun pergi menjauh.

“Awas suatu saat kau akan melihat, tikus mu ini, berubah menjadi macan.” umpatku setengah pada diriku sendiri, setengah pada Brutus.

Dan akhirnya setelah kutunggu sendirian, piñata busanaku berserta Henry dan Eggie pun memanggilku dan Merci, mengatakan bahwa sebentar lagi akan dimulai dan kami diharuskan naik ke kereta kuda distrik 10.

Setelah semuanya siap, kereta kuda yang mengangkut aku dan Mercipun, berada di urutan ke 10. Kulihat Katniss dan Peeta berada dibelakangku, sesuai dengan urutan distrik di Panem. dan kereta kuda distirk 1 pun bergerak, dan kurasakan kereta kudaku dan Mercipun ikut bergerak.

Pintu besar Capitolpun terbuka, dan segera tepuk tangan penduduk Capitol terdengar kemana mana. akupun terus menatap kedepan, seolah tak mendengar apapun walau sekelilinku berisik akibat tepuk tangan penduduk Capitol.

Mercipun mengengam tanganku. Hangat. Merci sudah lama aku anggap sebagai kakakku sendiri, walau sifat dinginya membuat dirinya terlihat kaku dan kejam. aku tau, dibalik sifat nya itu, dia masih mempunyai sifat lain yang belum diperlihatkan ke public. Merci mengangkat tangannya bersama tangan ku yang digengam dengannya, menandakan kami siap menghadapi game ini.

Kulihat beribu-ribu penduduk Capitol, tapi satu orang yang menarik perhatianku.Dia berdiri tegak dipodium menunggu kereta kuda sudah terkumpul. Snow. Dia yang menyebabkanku sedikit gila karenanya. dia yang menghanguskan rumahku hanya untuk kepentingan pangan. dan terutama lagi, dia membunuh keluargaku.

Kutatap wajah Snow. KEKEJAMAN terpantul dimatanya. dengan tajam, aku mengikuti mata Snow.  

Dan semuanya berlalu. akupun berada di kamarku. seseorang mengetuk pintu kamarku. Henry.

“apa?” tanyaku

“Penampilan bagus, Besok latihan hari pertama , lebih baik kau bersiap siap.” katanya

“Yaa,”

“Kau harus berusaha mendekati salah satu dari mereka. entahlah terserah kamu.” lanjut Henry

“tidak” kataku

“Tidak ada pilihan, kau harus memilih itu” kata Henry seraya pergi meninggalkan diriku.

In 3rd Quarter QuellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang