.
Mobil berhenti di halaman rumah. Sesaat mereka saling diam, membuat Akira merasakan debar-debar yang semakin mengencang.
Pemuda itu membuka pintu mobil, lalu berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Yuri. Berkelebat di benaknya apa yang akan segera terjadi malam ini. Yiihhaaa ...!
Dengan senyum tertahan Akira menggenggam jemari tangan Yuri erat. Sesaat, gadis itu menatapnya. Lalu membuang pandangan saat mata mereka bertemu.
Di ruang tengah terlihat sang ayah yang sedang memainkan pion catur dengan salah satu asisten di hadapannya. Laki-laki tua itu menoleh.
"Kalian sudah pulang? Kupikir akan menginap di hotel seperti rencanamu," ucapnya sambil lalu.
Ah, jadi ayah mertuanya sudah tahu niat terselubung putranya? Dasar laki-laki! Rutuk Yuri dalam hati.
"Kami memutuskan melakukan itu di rumah saja!" Sahut Akira seadanya.
Yuri yang baru menaiki tangga menoleh cepat ke arahnya. Dengan mata membesar dan pipi merona merah seketika. Akira tersenyum, menyadari istrinya begitu pemalu.
Mereka memasuki kamar.
Setelah mengunci pintu, pemuda bertubuh tinggi itu melangkah menuju ranjang. Dimana Yuri sudah berbaring. Ah, ternyata gadis itu sudah siap.
Jantung Akira berdebar kencang. Setelah sekian lama berpuasa akhirnya hari ini tiba juga masa berbuka. Pelan dan penuh rasa, pemuda itu melangkah mendekati istri kecilnya.
"Kau ingin diiringi musik, Sayang?" Akira menawarkan sambil membuka kancing paling atas kemejanya.
Yuri membuka mata yang tadi dipejamkan. Menoleh ke arah suaminya. Lalu menggeleng tanpa bicara apa-apa. Terlihat wajahnya sedikit gugup saat menyadari Akira mendekat ke arahnya.
"Mau kunyalakan lilin aroma terapi?" Akira menawarkan lagi.
Dia sudah berdiri di tepi ranjang.
Lagi, Yuri menggeleng. Kali ini dia sedikit bergeser menjauh dari jangkauan Akira.
"Hmm, okelah." Akira mengangkat bahu, "rupanya kau lebih suka cara alami."
Akira membuka kemejanya. Yuri beringsut duduk. Mendongak menatap wajah Akira dengan tatapan bertanya-tanya.
"Cara apa?"
Astaga, dia polos sekali...
"Bercinta!"
"Om!" Yuri mendelik.
"Apa?"
Yuri mengerutkan dahi. Membuat Akira ikut mengerutkan dahi. Lalu menyadari ada yang salah dengan sikap sang istri.
"Kau tadi sudah setuju kan?"
"Setuju apa?"
"Tadi aku menciummu dan kau diam saja. Bukannya itu artinya kau sudah setuju kita akan melakukannya malam ini?"
"Tunggu!"
"Apa lagi?"
"Siapa yang ciuman?"
"Kita!"
"Kita?"
Mereka saling menatap heran.
Sreet ...! Scene kembali ke tempat kejadian perkara. Ke adegan mereka berciuman seperti dalam ingatan Akira. Tapi kali ini ... adalah fakta lapangannya.
"Hei, Yuri ..."
Gadis itu menoleh. Di bawah sinar pucat bulan pandangan mereka bertemu.
"Kakekmu tidak menjualmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA PERNIKAHAN
ChickLitAkira yang tidak pernah berpikir untuk menikah akhirnya rela mengalah demi sang ayah. Tapi ternyata gadis yang dijodohkan dengannya benar-benar membuat pemuda itu ... sesak napas!