Pendirian

1.7K 38 0
                                    

Kau tau tidak? Terkadang kita butuh kerikil kerikil itu. Untuk apa? Untuk kita merasakan bagaimana sakitnya jatuh dan tergores. (syabila Alifia)

*Syabila POV*
Menjelang dhuhur aku sampai di asrama pesantren. Semua badan terasa pegal. Aku hanya menikmati semua rasa yang Allah hadirkan. Rasa lelah akan menjadi berkah jika di niatkan lillah.
Aku teringat perkataan Manda sebelum aku pulang. Aku juga tidak tau apa dia hanya bercanda atau memang serius dengan ucapannya.
(Flashback on)

"La.. kamu tuh ya jangan terlalu serius banget sih. Kamu nggak tau apa kalo dosen kita yang ganteng itu suka sama kamu?" Keluhnya. Aku bingung dengan apa yang dia bicarakan. Dosen ganteng? Suka sama aku? Seorang Syabila Alifia? Nggak salah dengar aku. Aku hanya ber-oh ria. Segera aku menepis semua anganku. Ya siapa si yang nggak mau sama dia? Dosen ganteng, masih muda, dan agamanya itu yang buat aku tambah mengaguminya. "Nggak usah buat kabar yang enggak-enggak deh Man." Kataku sambil berlalu. Sebenarnya aku ingin menetralkan jantungku yang berdetak lebih cepat.

(Flashback off)
Setelah dirasa cukup untuk istirahat, aku bangkit menuju kamar mandi untuk berwudhu. Saat ingin memasuki masjid ada adek tingkat yang memanggilku.
" Kak Ila.." teriaknya sambil berlari. Aku memandangnya bingung.
" Aisya.. jangan lari, nanti kamu jatuh." Teriakku mengingatkan. Aisya hanya cengar-cengir saja. Aku menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya.
"Kak.. ada tamu di ruang tamu putri asrama... Katanya dia dosen kakak, karena speaker mati, ya udah Aisya yang nyari kakak. Kebetulan Aisya jaga hari ini." Terangnya panjang lebar. Tunggu!! Dosen? Diruang tamu?
Astaghfirullah mana mungkin pak Fahri? Batinku. Aisya masih di tempat menunggu reaksiku. Aku tersenyum.
"Makasih ya dek, kalo boleh tau namanya siapa ya?" Tanyaku kepo. Aisya tersenyum. "Temui saja sendiri. Aku nggak nanya siapa namanya. Permisi kakak cantik" katanya sambil berlalu.
Oke tak masalah, nanti juga ketemu. Batinku.
"Dek bilang aku sholat dhuhur dulu..." Teriakku pada Aisya. Aisya hanya menunjukkan jempolnya. Aku tersenyum padanya. Lalu ku memasuki masjid dan melaksanakan shalat dhuhur.
Setelah sholat aku langsung menuju ruang tamu asrama untuk menemui tamu yang di maksud Aisya. Aku hanya tidak mau saja, ada seseorang yang menungguku terlalu lama. Sampai di depan pintu, aku menghela nafas. Bismillah. Dan perlahan aku membuka pintu. Dan...
Segera ku tundukkan pandanganku agar tak terjadi kontak mata. Aku masih sempat melihatnya tersenyum. Ya Allah manis sekali senyumnya, indah sekali perangainya. Begitu indahnya ciptaanMu ya Rabb.. batinku. Aku segera masuk ke ruang tamu yang juga ada beberapa tamu dari santriwati. Mereka menyapaku, dan ku balas sapaan mereka.
"Assalamualaikum Ila.." sapanya. Pak Fahri emang ramah. Duh dek.. kenapa jantungku berdetak lebih cepat gini ya. Astaghfirullah segera ku tepis perasaan ini.
"Wa'alaikum salam pak Fahri." Jawabku masih dengan menunduk. Aku meliriknya sekilas. Ternyata dia tersenyum ke arahku. Ya Allah netralkan jantung hamba.. batinku.
"La, jangan nunduk gitu sih. Ehm anggap saja saya bukan dosen seperti di kampus." Katanya. Aku semakin gugup. Jujur ini pertama kalinya ada laki-laki yang menemuiku di asrama setelah sekian lama aku nyantri. Ya Allah teguhkan lah hati hamba atas agamaMu. Doaku dalam hati. Jujur aku takut kalo imanku goyah hanya hal ini. Terlihat sepele, namun berakibat fatal untuk keimanan. Perlahan aku mencoba untuk menetralkan jantungku dan mengangkat wajahku. Dan... Ku lihat ia tengah tersenyum ke arahku.
"Ehm.. ada apa ya pak? Nggak biasanya kan bapak ke asrama santriwati. Apa ada tugas yang belum saya selesaikan, Pak?" Tanyaku sedikit panjang. Aku ingin segera pertemuan ini selesai. Dia bukan mahramku.
"Apa saya tidak boleh menemui mahasiswi saya ?" Tanyanya. Aku terdiam. Kenapa harus aku Ya Allah? Batinku.
" Ya bukannya nggak boleh pak. Hanya saja..." Bicaraku di potong oleh nya.
"Bagaimana kabarmu Ila? Sehat bukan?" Tanyanya. Jantungku tidak sehat karena bapak. Jawabku dalam hati.
" Alhamdulillah saya sehat, Pak. Bapak sendiri sehat, bukan?" Aku bertanya balik. Dia tersenyum.
" Alhamdulillah saya juga sehat Ila. Oh iya La.. kamu udah semester akhir, setelahnya mau lanjut kemana? Kalo nikah jangan lupa undang saya ya." Katanya sambil terkekeh.
Aku? Menikah? Yang benar saja. Calon saja belum ada. Kenapa menyebalkan sekali si bapak. Batinku.
"Hehehe maaf bapak, saya masih belum tau. Menikah? Saya rasa, belum waktunya, Pak. Calon saja saya belum ada pak. Kalo ada yang mengkhitbah saya, insya Allah saya terima, tinggal bagaimana nanti dia yang datang." Kataku. Aku semakin tidak mengerti kenapa mulut ini gampang sekali ngomongnya. Astaghfirullah. Maafkan aku. Pak Fahri terlihat tersenyum.
" Oh iya ini sedikit oleh-oleh dari dinas saya kemaren. Dimakan ya, saya pamit dulu. Saya ada rapat." Katanya mengalihkan pembicaraan yang baru saja dibahas. Aku hanya mengangguk. "Terimakasih banyak Pak, malah merepotkan." Kataku. Beliau hanya mengangguk dan salam.
"Assalamualaikum, Ila" salamnya. "Wa'alaikum salam pak." Jawabku. Lalu pak Fahri keluar dari ruang tamu. Aku masih penasaran kenapa tiba-tiba dia datang ke asrama dan hanya menanyakan kabar lalu memberi bingkisan. Alhamdulillah ada jajan, bisa di bagi-bagi ke anak-anak. Batinku.
"Kak Ila..." Teriak seseorang. Yang aku yakini dia adalah Aisya. Dia mengetuk kamarku.
"Iya, Sya? Ayo masuk" ajakku.
Dia mengangguk lalu masuk ke kamarku. Ya aku memang sendiri di kamar. Itu saja Abah dan umi yang langsung sowan ke dalem Abah kyai. Hanya karena aku mahasiswa dan tentunya karena ada sesuatu yang tidak bisa aku ceritakan.
" Cieee.. yang habis di apeli sama dosen" cerocosnya. Aku hanya menggeleng dan tersenyum. Entah kenapa aku sering sekali tersenyum hari ini.
" Kamu ada apa ke kamar kakak, Sya?" Tanyaku dan mengabaikan perkataannya itu.
" Nggak papa si kak, cuma mau main aja. Kak Ila itu pacar kakak?" Tanyanya.
" Kamu itu ngarang banget, itu dosen kakak kamu juga tau kan kalo beliau itu dosen Kakak?" Jawabku.
"Sudah ini di makan, dari pak Fahri, Sya." Tambahku. Dia langsung membuka cemilan yang tadi pak Fahri berikan. Aku juga nggak tau si sebenarnya apa isinya. Biarlah.
Saat sedang asik makan. "Sya.. doain kakak ya biar kakak selalu tetep fokus sama pendirian kakak. Istiqomah sama pendirian kakak. Kakak pingin single sampe halal. Doain ya, Sya." Jelasku panjang lebar. Aisya hanya mengangguk dan nyengir.
Ya Allah semoga engkau selalu mengingatkan aku dalam pendirian yang selama ini sangat susah payah aku jaga, sangat aku pertahankan. Semoga aku bisa menjaga diriku untuk suamiku kelak. Doaku dalam hati.
"Kak, Aisya ngantuk, tidur sini boleh ya kak.." pintanya, terlihat memohon. Aku hanya mengangguk.
❤️❤️❤️
Jam dinding menunjukkan pukul 21.30 WIB. Dan aku belum bisa tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk turun ke bawah menuju kamar mandi, untuk berwudhu. Melaksanakan shalat hajat di kamar. Karena aku yakin masjid masih ramai dengan santriwati yang mengaji reguler.
Setelah sholat aku berdoa apa yang menjadi hajatku. Setelah selesai ku usahakan untuk tidur. Besok aku harus nugas. Dan bekerja karena aku besok free. Tidak ada kelas. Setelah ku baca surat Al-Ikhlas dan surat muawwidzatain juga doa sebelum tidur, akhirnya aku terlelap.
❤️❤️❤️

Ku Pinjam Namamu di Sepertiga Malamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang