Tanpa Manda

1.1K 35 1
                                    

Aku mencoba membiarkan, meski aku tau.. dan mencoba baik-baik saja walau sebenarnya rapuh.. (Syabila Alifia)

Setelah beberapa hari tidak melihat Manda masuk kampus, akhirnya Ila tau dimana keberadaan Manda sekarang. Dan ia berniat untuk mendatangi rumah persembunyian Manda petang nanti. Karena izin pesantren telah ia dapat tadi pagi.

Plung...
Tanda notifikasi pesan masuk di ponsel Ila. Dengan malas Ila mengambil ponselnya. Ini jam makan siang, perutnya sudah keroncongan sejak pagi tadi karena belum sarapan. Dan kini saat ia sedang menikmati makan siangnya mengapa harus ada pesan masuk. Gerutunya.
Astaghfirullah.. maafkan hamba-mu ini.
Dibukanya ponsel itu.
"La, maaf aku mungkin bukan teman yang baik buat kamu. Tapi ketahuilah aku mencoba merubah kebiasaan burukku."
Pesan itu dari Manda. Ila sangat cemas, namun ia tak bisa meninggal kan mata kuliah. Apapun yang terjadi. Di balasnya pesan tersebut.
"Kamu teman baik, Man. Kamu apa kabar? Aku rindu.. boleh kan?" Ila cemas dengan keadaan Manda sekarang. Memang ia belum tau bagaimana keadaannya, yang Ila tau hanya tempat Manda menginap beberapa hari ini. Manda juga tidak bercerita pada Ila tentang niatnya melarikan diri dari rumah. Bahkan pesan singkat lewat media WhatsApp pun tak pernah di respon baik oleh Manda. Hanya di read. Terlebih jika di video call. Ila tau, sebenarnya Manda online. Hanya saja vc nya tidak pernah di angkat. Harap-harap cemas, alarm ponsel Ila berbunyi. Menandakan mata kuliah hari ini akan segera di mulai.
***
Mata terasa lelah, tangan pegal-pegal dan kaki terasa tak lagi lelahnya. Ila pulang ke pesantren untuk merebahkan diri sejenak sebelum mencari alamat Manda.
Tiba-tiba saja, ponsel Ila berbunyi.
"Assalamualaikum, La?" Sapa salam seorang di sebrang sana.
"Wa'alaikum salam, gimana pak?" Tanya Ila ramah pada dosen yang beberapa hari lalu mengkhitbahnya.
"Kamu skripsi kapan? Saya mau ngajak kamu keluar. Tapi tenang, saya sudah meminta izin kepada Abi kamu. Dan beliau membolehkan." Katanya panjang lebar. Ila bingung harus menjawab apa. Pasalnya ia tau arah pembicaraan yang sedang berlangsung itu.
"Begini pak, saya sudah mencicil skripsi. Mungkin bulan depan saya sudah selesai itupun kalau tidak banyak revisi. Memang mau keluar kemana pak?" Tanya Ila pada calon suami yang sekaligus dosennya itu.
"Saya ingin mengajak kamu ke rumah nenek saya." Jawabnya. Jujur Ila tidak pernah keluar dengan laki-laki sebelumnya. Ya meskipun pak Fahri adalah calon suami, tapi siapa yang tau?
"Maaf pak, saya tidak bisa sebelum ada kata sah antara saya dan bapak. Apalagi pengkhitbahan kemaren hanya keluarga yang tau. Nanti malah terjadi fitnah."
"Oh iya maaf, Ila. Saya tidak bermaksud seperti itu." Terangnya. Ila tersenyum.
"Iya pak tidak apa. Maaf ya pak. Eh ini Ila masih ada kegiatan, sudah dulu ya pak. Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam, La."
***

Ku Pinjam Namamu di Sepertiga Malamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang