6. Kekuatan Doa

66 5 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Baru saja bibit ini tumbuh, namun harus dicabut. Bagaimana rasanya?

Sakit. Tentu saja. Siapa berkuasa atas hati ini kecuali sang penguasa langit dan bumi. Kita tidak akan mampu mengubah Qodarullah. Kita hanya mampu mengadu lewat seuntai doa. Berharap kebahagiaan akan berpihak pada kenyataan.

~~~

H-1 Hari Raya Idul Fitri. Ummi Maryam dan kak Fatimah selalu kompak dalam hal berbelanja. Mereka selalu saja meninggalkan Kinaya? Karena mereka faham sang mentari tengah bertengger seujung tombak.

"Kak, tahu enggak?" Nadira muncul tiba-tiba dari arah luar pintu kamar spontan Kinaya terkejut.

"Apaan sih kamu dek ngagetin deh. Kalau masuk ketuk pintu dulu." Ucap Kinaya setelah merapikan alat sholatnya.

"Ustad kondang kak, aku baru tahu kalau dia habis diundang sekolah kakak." Nadira mengerucutkan bibirnya sambil beranjak naik ke tempat tidur Kinaya.

"Telat banget si kamu dek." Kinaya tertawa kecil.

"Kakak enggak kasih tahu aku. Sebel ih." Nadira melipat kedua tangannya di depan dada dengan nada kesal.

"Yeh mana tahu kalau kamu ngefans sama ustad Maul." Kinaya mendudukkan tubuhnya di kasur empuknya.

"Oh iya kakak tahu engga?" Nadira menggeser tubuhnya dekat dengan Kinaya.

"Apa?" Jawab Kinaya lembut.

"Ustad kondang itu bakal ada kajian di Masjid Agung." Matanya berbinar saat menginformasikan kajian ustad Maul.

"Oh ya, emang kapan jadwalnya?" Tanya Kinaya sedikit penasaran sambil membenarkan kerudungnya yang sedikit bengkok.

"Satu Minggu setelah lebaran." Kini sorot mata Nadira terlihat sendu. "Tapi aku nggak bisa ikut."

"Tepat hari dimana aku pergi ke pesantren kak." Mata Nadira berkaca-kaca. "Aku masih pengen sekolah disini kak. SMA Negeri 1 Rajawali  juga sudah menerimaku. Abi tega masukin aku ke pesantren padahal kak Fatimah sama kakak nggak masuk pesantren." Ucap Nadira dengan linangan air mata di pipi tembemnya.

"Kamu tetap bisa ikut kajian kok dek. Bisa lihat lewat YouTube." Kinaya mengelus bahu Nadira lembut.


"Kamu nggak boleh bilang kayak gitu tentang Abi. Semua keputusan Abi udah dipikirkan dengan matang-matang. Jadi kamu harus nurut sama perintah Abi ya." Tangis Nadira makin deras tidak terbendung. Kinaya jadi teringat beberapa Minggu yang lalu saat Abi Toha akan menjodohkannya. Kinaya menghembuskan nafas pelan

"Di pesantren itu enak loh dek." Ucap Kinaya lembut.

"Kata siapa kak? Di pesantren itu nggak bisa main hp buka YouTube, jauh dari keluarga. Aku nggak suka." Nadira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menunduk.

Nadira memang belum tahu perihal Kinaya dijodohkan. Lebih berat tanggungannya daripada masuk pesantren. Fikir Kinaya.

💎💎💎

Ya Allah aku hanyalah makhluk yang lemah. Tiada kekuatan selain datang dari-Mu. Tempat bergantung dari segala kerisauan yang tidak berujung.
Ya Allah yang maha mengetahui, perasaan ini harus segera aku hapus. Mampukah aku menghapusnya?

Mampukah aku mencintai seseorang pilihan Abi?

Mampukah aku mencintai seseorang yang sama sekali tidak aku kenal?

Lantas apakah dia-seseorang pilihan Abi mampu mencintaiku?

Bagaimana dengan perasaanku yang kian hari kian mendalam terhadapnya?

~~~

Gemuruh takbir berkumandang di setiap sudut. Membawa setiap insan hanyut dalam rasa syukur yang tiada batas.

Kesedihan karena bulan suci telah pergi. Pergi untuk kita jemput kembali di tahun depan. Dengan persiapan yang lebih baik dari sebelumnya. Kini akan hadir hari kemenangan bagi setiap muslim yang beriman.


"Kenapa kamu melamun nak?" Ucap Ummi Maryam menyadarkan Kinaya yang tengah mengudek teh sampai-sampai tehnya keluar dari tempatnya.

"Eh.. Aduh maafkan Kinaya Ummi." Kinaya buru-buru mengelap air teh yang tumpah. Kinaya malu saat dirinya kepergok tengah mlamun.

"Kamu kenapa sayang?" Ummi Maryam mengelus punggung kinaya dengan lembut memperhatikan raut wajah Kinaya yang terlihat sendu.

"Ummi..." Kinaya malah memeluk Ummi Maryam erat setelah membersihkan teh yang tumpah.

"Jangan jadikan beban sayang. Kamu harus selalu ikhlas, skenario Allah lebih indah dari apa yang kita fikir." Ummi Maryam mengerti arah pikiran Kinaya. Memeluk tidak kalah erat pada Kinaya.

"Maafkan Kinaya Ummi." Kata Kinaya.

"Teruslah berdoa supaya Allah kasih kemudahan diantara bimbangnya perasaanmu nak," Ummi Maryam mengecup pucuk kepala Kinaya.

"Karena kekuatan doa mampu membuka kebaikan." Lanjut Ummi Maryam.

***
Assalamu'alaikum.
Hallo sahabat

Maaf aku baru update nih. Maklum yah sibuk wkwkwk (so sibuk)

Semoga ceritanya masih ingat ya.

Salam syantik...

Jangan lupa sholawat..

Imamku TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang