5. Rencana Perjodohan (2)

55 4 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Ketentuan Allah selalu berujung baik. Meski kita terkadang lalai akan panggilannya.

Namun tidak heran jika disetiap jalan selalu ada ombak bergulung, jurang yang curam, tanjakan yang terjal karena semuanya adalah bentuk ujian yang Allah berikan yang harus kita terima dengan ikhlas.

~~~

Semilir angin berhembus kencang menelusup melalui celah udara sebuah ruangan dengan aksen dominan putih kala perempuan dengan alis melengkung tengah membaca sebuah buku.

Tok... Tok... Tok...

"Kinaya, Ummi boleh masuk?" Ucap Ummi Maryam disebrang pintu.

"Silahkan Ummi." Kinaya membenarkan posisi duduknya yang semula menyandarkan punggungnya di ranjang dengan memanjangkan kakinya kini menyilakan kaki mempersilakan sang Ummi duduk.

"Ada apa Mi?" Tanya Kinaya saat Ummi Maryam sudah duduk di depan Kinaya.

"Abi manggil kamu. Tolong kamu jangan bantah perintah Abi." Ummi menggenggam punggung tangan Kinaya.

"Maafkan Kinaya Mi." Kinaya menunduk.

"Surgamu ada pada kedua orangtuamu. Laksanakan apa pun perintah kami. Ummi dan Abi seperti ini karena sayang sama kamu Kinaya." Ucap Ummi Maryam sambil mengelus pipi Kinaya.

"Insya Allah Ummi. Kinaya ikhlas menerima keputusan akhir dari Abi." Kinaya melengkungkan senyum yang begitu cantik.

"Terimakasih sayang. Kamu putri Ummi yang sangat Ummi sayangi." Ummi Maryam memeluk Kinaya dengan penuh kehangatan seorang ibu.

💎💎💎

Di ruang keluarga Abi Toha tengah menunggu Kinaya sambil menatap layar laptopnya. Sesekali menekan keyboard dengan lihainya.

Dua cangkir berisi teh menjadi pemanis meja di depan Abi Toha.

"Abi udah lama nunggu Kinaya?" Abi Toha mendongak sambil tersenyum pada Kinaya.

"Sini duduk nak." Abi Toha menggeser tubuhnya sedikit ke kanan memberi ruang pada Kinaya untuk duduk.

"Iya Bi." Kinaya memonitor kegiatan sang Abi, "Abi lagi banyak kerjaan ya?" Lanjutnya.

"Enggak sayang, Abi sedang membaca artikel saja. Oh ya Abi tadi dapat informasi tentang penyelenggaraan MTQ tahun depan." Jelas Abi.

"Oh ya Bi? Terus gimana Bi informasinya?" Raut wajah Kinaya berseri-seri saat mendengar ucapan Abi Toha. Matanya menyiratkan keceriaan. Kinaya benar-benar seperti telah mendarah daging dengan tilawah.

Seringkali Kinaya dipanggil untuk membawakan tilawah di sebuah acara pernikahan, bahkan ada orangtua yang menitipkan anaknya untuk diajari tilawah oleh Kinaya.

Kinaya tidak pernah mengharapkan apa pun tapi tidak jarang orangtua anak didiknya memberi lebih. Kinaya selalu ikhlas mengajar untuk menciptakan generasi-generasi muda Qori-Qoriah.

"Nanti Abi ceritakan." Abi Toha tersenyum lembut.

"Iya Bi." Jawab Kinaya.

"Kin." Keduanya menoleh ke arah sumber suara.

"Iya kak." Kinaya tersenyum pada kak Fatimah-putri sulung Abi Toha dan Ummi Maryam.

"Buku biologi kakak masih ada di kamu kan?" Tanya kak Fatimah sambil menghidangkan tahu gejrot.

Tahu gejrot merupakan salah satu makanan khas Cirebon. Kaladama sebutan ini tidak asing bagi wong Cerbon. Selain itu masih banyak lagi makanan khas Cirebon yang tidak kalah enak.

"Iya masih kak. Kakak mau pake ya?" Kinaya hendak melangkah mengambil buku biologi namun dicegah oleh kak Fatimah.

"Enggak kok. Kakak cuma mau mastikan aja. Soalnya di rak buku kakak enggak ada." Jelas kak Fatimah sambil mendudukkan tubuhnya saling berhadapan dengan Kinaya.

Kinaya mengangguk, "Kapan kakak beli tahu gejrot?" Kinaya tidak tahan melihat hidangan yang dibawa sang kakak. Cengek dan bawang merahnya menyegarkan seleranya.

"Tadi saat kalian sholat tarawih." Kak Fatimah kembali beranjak dari duduknya.

"Kakak sedang mendapat tamu bulanan, jadi kakak sendiri di rumah. Kebetulan ada Abang kaladama ya sudah kakak beli." Jelas kak Fatimah saat hendak ke dapur untuk membuat teh.

Kinaya balas mengangguk dan kembali memperhatikan sang Abi.

"Abi memberikan kamu kesempatan buat kuliah." Kalimat itu membuat jantung Kinaya copot.

Sungguh?

Belum sempat Kinaya mengeluarkan suara Abi Toha kembali berbicara, "Tapi ada syaratnya." Suara Abi terdengar begitu tegas namun lembut.

"Apa itu Bi?" Kinaya memperhatikan kalimat apa yang akan keluar dari mulut sang Abi.

"Di semester awal kamu harus bisa mendapat nilai IPK tertinggi." Wajah Abi Toha menyiratkan keseriusan.

Suara Abi Toha begitu terdengar sampai dapur dengan jelas membuat kak Fatimah terlonjak kaget, "Apa? IPK tertinggi?" Kak Fatimah menengok pada Ummi Maryam.

"Ummi apa Fatimah tidak salah dengar?" Kak Fatimah memastikan pada Ummi Maryam.

"Tidak nak." Ummi berucap tenang. Ummi Maryam memang sudah tahu sejak awal. Karena semuanya atas musyawarah dari Abi dan Ummi.

"Ummi tolong jangan menekan Kinaya. Aku takut pada psikisnya." Kak Fatimah merasa cemas. Tidak tega dengan adiknya.

"Ummi percaya sama Kinaya, dia anak yang cerdas. Kinaya bisa menyelesaikan studinya dengan cepat." Ummi Maryam tersenyum tulus pada kak Fatimah, "Ummi dan Abi hanya ingin yang terbaik buat Kinaya." Lanjutnya sambil mengudek teh.

Kinaya masih mendengarkan sang Abi dengan takdim, "Kalau memang nilaimu tidak memuaskan-" Abi Toha memotong kalimatnya.

Kinaya mengerutkan dahinya, "Rencana perjodohan akan berlaku saat itu juga. Artinya secepatnya kamu akan menikah. " Lanjut Abi Toha.

Kinaya sesak, pernafasannya seolah terhambat. Matanya berkaca-kaca, "Iya Bi." Itulah kalimat yang keluar dari bibir tipis Kinaya. Apa pun keputusan Abi Toha Kinaya sudah berjanji akan mematuhinya.

"Tapi kalau kamu berhasil, studi kamu tetap berlanjut sampai akhir. Dan Abi berharap kamu bisa lulus dengan predikat cumlaude." Abi Toha mengelus bahu Kinaya sebelum berlalu meninggalkan Kinaya di ruang keluarga.

💎💎💎

Assalamu'alaikum readers 😊

Maaf baru update lagi😚
Semoga kalian menjadi pembaca yang setia ya 😊😅 (setiap tikungan ada) *eh apa sih

Jangan lupa vote n komen 😉

Jangan lupa senyum 😊
Jangan lupa ngaji 😍

Salam syantik 😻😹

Imamku TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang