Antara Jeddah Madinah

58 3 2
                                    

Ayana

Aku mencoba memejamkan mata, rasa penat di tubuhku sudah tak terkira. Perjalanan panjangku dari Malang Jakarta sebelumnya kemudian ditambah perjalanan selama 13jam dari Jakarta Jeddah benar-benar membuatku ingin meluruskan punggung meski sejenak. Namun perjalanan panjang ini masih berlanjut, kini aku sedang duduk dalam bus yang akan membawaku menuju kota Madinah.

Aku menghela nafas diam-diam, meski mataku terpejam namun sebenarnya aku masih menyadari keadaan di sekelilingku. Aku sangat tahu jika lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai ustadz Son Haji, sesaat setelah aku tiba di Bandara King Abdul Aziz, menatapku cukup lama. Ada yang berdesir dalam hatiku. Rasa hangat yang lama hilang entah mengapa kini hadir kembali tanpa permisi. Aku kembali menghela nafas. Menenangkan diri sendiri, membujuk hati agar sadar siapa dan apa status diriku saat ini. Getar halus hp di tas kecilku memaksaku untuk membuka mata. Kutatap layar sebelum menyapa seseorang di seberang sana.

"Assalamualaikum sayang? " sapaku lembut
...
"Alhamdulillaah ini masih di bus, masih dalam perjalanan menuju Madinah. Kakak Atta sedang apa?"
...
Aku tertawa kecil mendengar jawaban cerdasnya. Senyum pun mengembang di sudut bibirku. Tanpa sengaja mataku menatap lelaki itu. Entah berapa lama dia memperhatikan aku. Yang jelas saat ini dia tengah menatap dengan penuh keinginan tahuan padaku.
...
"Iya, in syaa Allaah. Kakak juga jaga diri ya, jangan lupa sholat, mengaji, juga jangan malam-malam tidurnya. Biar bangunnya nggak kesiangan, " jawabku kembali menimpali suara di seberang sana
...
"Iya cantik, in syaa Allaah. Kakak lagi sama mimi ya?"
...
"Jangan ganggu mimi kerja, pulang nanti langsung mandi trus sholat asyar lanjut ngaji ya? Jangan lupa adik Ara sama adik Nana ditunggu, jangan ditinggal kasihan,"
...
"In syaa Allaah sayang, wa'alaikumussalam warohmatullaahi wabarokaatuh," ucapku menutup panggilan itu.

Kulihat jam digital di depanku, waktu sudah menunjukkan pukul 14.55 waktu setempat. Berarti di Indonesia sudah pukul 10.55. Tanpa sengaja kembali pandangan mataku bertemu dengan tatapan mata penuh tanya lelaki itu. Aku cuma tersenyum sembari menganggukkan kepala. Kenapa juga aku harus terganggu dengan semua itu, aku meredam rasa yang tiba-tiba berdesir dalam dada. Aku harus bisa berdamai, karena mau tak mau setidaknya selama 10hari ke depan aku akan selalu berinteraksi dengannya.

Aku melihat pemandangan yang terhampar diluar kaca jendela. Sepanjang perjalanan hanya padang pasir dan bukit batu yang terpampang, tampak beberapa ekor unta yang digembalakan.


Aku menghela nafas panjang, mengingat setiap hal. Tanpa terasa air mata menggenang di pelupuk mata. Segera kuhapus, sebelum sempat dia bergulir di pipiku. Rasa bahagia, sedih juga kehilangan bercampur aduk menyesakkan dada. Mencoba mencari cara untuk menunjukkan keberadaannya, sekian lama terpisah ternyata belum mampu menghapus segala tentangnya. 4tahun kulalui perjalanan ini tanpa hadirnya dia di sisiku, beribu tawa dan tangis telah tertumpah untuknya. Kepergiannya meninggalkan luka yang sampai kini masih terasa berdarah.

Aku membuka kembali catatan yang kubuat selama perjalanan ini. Tanpa sadar aku tersenyum, begitu banyak yang sudah kugoreskan di sana. Beribu puisi tentang bahagia, cinta juga luka. Beribu puisi itu semua tentangmu, tentang kita juga tentang mereka. Tawa dan tangis yang pernah kita lalui selama 7tahun kebersamaan kita. Meninggalkan kenangan manis yang belum bisa kulupakan hingga saat ini. Tak mampu mengusir bayang dirimu dari sudut hatiku, meski kau tak pernah lagi hadir dalam tidurku. Terkadang aku menangis, berharap dapat berjumpa lagi meski hanya dalam mimpi. Namun engkau tak pernah hadir, mengapa semua harus berakhir seperti ini. Melepas kepergianmu tanpa pernah memandangmu, menorehkan luka yang teramat dalam.

Terima kasih pernah jadi bagian cerita hidupku
Melukiskan rona pelangi di antara kelamnya langitku
Menghantarkan kehangatan mentari di sela kesunyian hariku
Kini kusadari... Arti hadirmu...
Aku masih berdiri sendiri
Meskipun itu tanpa hadirmu
Aku akan selalu bertahan
Dan terus jalani kisah kehidupan
Akan ada saatnya... Dimana semuanya...
Hanya akan jadi cerita dan kenangan
Yang tak kan usang dimakan waktu...
Karena waktu akan terus berjalan...
Tanpa ada niatan untuk berhenti...
Walau sejenak saja...

One Moment in HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang