Doamu dan Doaku Akankah Bertemu

8 0 0
                                    

Makkah, 01.09 waktu setempat

(Ayana)
Aku menangis, menghadapkan wajah penuh pengharapan di sini. Berjuta doa hanya mampu tertuang lewat tangis, berjuta kata hanya mampu terucap dalam isak. Di tengah lautan manusia dari segenap penjuru bumi, serasa bagai debu halus diantara hamparan padang pasir. Terasa kecil, tak berarti dan tak terkenal. Lalu bagaimana kesombongan bisa begitu meraja dalam dada? Lantas bagaimana kepongahan begitu merasuki dalam jiwa?

Dalam iringan langkah thawaf, hanya kekerdilan yang terasa. Bahwa betapa kita tak pernah punya daya, betapa kita lemah tanpa pernah bisa melawan. Karena sesungguhnya Dialah yang Maha segalanya. Berpasrah dalam riuhnya suara takbir dan tahmid, berlindung dalam gempitanya suara tasbih dan istighfar. Merunduk dalam doa pengampunan atas setiap salah dan khilaf, menengadahkan tangan meminta segala pengharapan terbaik.

Di sela langkah kaki yang tergesa, wajahmu tetiba menjelma begitu nyata. Menghadirkan setiap kebersamaan yang pernah terlewati, menggambarkan setiap adegan kehidupan yang pernah terajut dalam bingkai sakinah. Betapa aku sangat merindu, betapa aku begitu mencinta, dan betapa aku berharap sebuah keajaiban. Aku tergugu dalam isak tanpa suara, aku membisu dalam dekapan kerinduan yang begitu menghujam.

Sampaikanlah...
Tunaikanlah...
Dan sempurnakahlah...
Perjalanan ini
Berharap ridhoMu
Senantiasa menaungi langkah ini
Aku ingin menjadi debu yang berarti...

(Son Haji)
Dia begitu tegar, dalam isak yang dicoba untuk disembunyikannya. Merangkai doa yang dilantunkannya dalam kebisuan. Sorot mata penuh kerinduan, tatap mata penuh sayang yang teramat dalam. Betapa rasa iri mendera ke setiap relung hatiku. Betapa cemburu mengalir di setiap denyut nadiku. Sungguh, aku ingin menjadi alasan itu. Namun siapa aku? Pantaskah aku?

Mendengar kisahnya membuatku ragu, bisakah aku? Pantaskah diri ini mengharap lebih? Bolehkah kupinta dia dalam sujudku? Bolehkah kurebut hatinya di sepertiga malam terakhirku? Karena dia sudah menawanku dalam pesonanya. Karena dia sudah memenjarakan aku dalam kesahajaannya. Karena dia sudah mengurungku dalam kesederhanaan perangainya.

Untukmu...
Yang ketika menangis tak lagi keluar airmata
Allaah memilihmu
Karena kau bisa tegar menghadapinya
Selama engkau masih bersama Allaah
Selalu jujur kepadaNya
Ikhlas dan khusyu dalam menaatiNya
Maka tak perlu risau
Pada segenap yang hilang dan pergi dari hidupmu
Melainkan Allaah telah menyiapkan
Ganti yang terbaik
Meskipun engkau tidak pernah memintanya

One Moment in HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang