"The brain sees what it wants to see."
____________________________________________________
Special for NaruHina Tragedy Day Event
Enjoy the story :)
____________________________________________________
(NARUTO POV)
Aku melihat pintu bercat putih, terdapat kaca transparan yang memanjang vertikal, namun tak terlihat apapun didalam sana. Aku mencoba bergerak tapi seolah tubuhku membeku, bahkan aku tak bisa melihat anggota tubuhku yang lain, seolah aku hanya sepasang mata tanpa tubuh. Samar-samar aku mendengar suara 'bip' yang berulang-ulang, aku coba mengedarkan pandanganku namun nihil, hanya pintu itu yang terlihat dan sisanya hanya warna putih.
Dan tiba-tiba tercium bau bunga yang sangat menyengat.
Sekali lagi aku mencoba menggerakkan anggota badanku, dan sentakan kaki yang kurasakan seketika membuatku terbangun.
Aku amati ruangan berwarna ungu pastel ini, mengedarkan pandangannku pada seisi ruangan yang berdekorasi feminim ini. Saat mataku menangkap figura foto sepasang manusia dengan warna rambut yang kontras, tertulis nama 'Naruto & Hinata' di sisi bawah foto itu. Itu aku dan Hinata?
Hinata?
Ah ya, Hyuuga Hinata. Putri sulung keluarga Hyuuga yang baru saja berganti nama belakang menjadi Uzumaki. Sekarang aku mulai sadar jika aku berada di kamar Hinata.
Ternyata aku tertidur, fisik dan pikiranku terlalu lelah melewati serangkaian acara pernikahanku dengan Hinata yang berlangsung selama 3 hari. Setelah runtutan acara yang sangat menguras waktu dan tenaga, kami memutuskan untuk menginap selama 2 hari di rumah keluarga Hyuuga sebelum pindah ke rumah kami di Prefektur Gunma.
Aku kembali merebahkan tubuhku di atas ranjang queen size milik Hinata, suara gemericik air dari arah kamar mandi secara tidak langsung memberitahu dimana gadis yang baru resmi menjadi istriku itu berada.
Gadis? Ya tentu saja aku belum menyentuhnya. Beruntung Hinata memiliki keluarga yang sangat menjunjung tinggi tradisi kolot tentang hubungan intim sepasang kekasih.
"Naruto-kun." Suaranya lembut mengalun indah, aku mengubah posisiku menjadi duduk, menghadap sang pemilik suara. "Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat," lanjutnya.
"Aku ingin mandi bersamamu."
Lihat pipi meronanya yang sangat menggemaskan, aku selalu menikmati momen menggoda Hinata.
"Berhenti menggodaku, Naruto-kun."
Oh sayang, betapa munafiknya dirimu. Kau tak ingin kugoda? Tapi lihatlah penampilanmu yang membangkitkan nafsu buas ini untuk menyerangmu sekarang juga. Rambut indigo basahnya dibalut dengan handuk dan digulung, memperlihatkan leher jenjang mulus yang ingin sekali kutandai dengan kecupan-kecupan manis. Bathrobe minim itu hanya menutupi seperempat pahanya, memperlihatkan dengan jelas kulit seputih susu dan kujamin sangat halus berkat perawatan diri sang gadis. Tak sabar ingin menjadikannya wanita.
____________________________________________________
Bangun tidur aku tidak mendapati Hinata di sampingku, aku putuskan untuk keluar dan mencarinya. Saat melewati ruang keluarga Hyuuga, samar-samar aku dengar suara televisi menyala. Mungkin Hinata disana, namun ternyata nihil. Aku hanya melihat televisi yang sedang menampilkan kilas berita.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOSS | NARUHINA [END]
FanfictionNaruto dan Hinata baru saja menikah, mereka memutuskan untuk pindah dari Tokyo dan memulai kehidupan baru di kota Numata, Gunma. Namun semenjak kedatangan mereka, terjadi serangkaian kasus pembunuhan di kota kecil itu. Mampukah mereka bertahan? NARU...