Selasa,15 Mei 2016
"Nad, serius lo mau lanjut sekolah di STM?" Tanya Jingga Anastasya kepada lawan bicaranya, setelah mendengar penjelasan bahwa sahabatnya yang satu ini akan melanjutkan sekolah jenjang kejuruan di STM.
"Serius lah Ga." Ujar lawan bicara Jingga yang biasa di panggil Nad atau Nada oleh orang-orang di sekitarnya itu.
"Kenapa harus ke STM sih Nad? Sekolah lain kan banyak." Ucap Jingga, Jingga merasa tidak rela jika sahabatnya melanjutkan sekolah di STM yang identik dengan murid 'nakal'.
"Ya trus dimana lagi Ga? Nilai ujian gue rendah kalau mau lanjut di SMA kaya lo udah pasti ga diterima. Kalaupun mau sekolah di swasta juga biaya nya lebih mahal Ga, orang tua gue pasti ga mampu buat biayain." Ujar Nada memberikan penjelasan kepada Jingga, sahabat terbaiknya itu.
"Iya, gue tau Nad. Tapi ya jangan di sekolah yang deket pertigaan rumah lo juga kali, cari aja yang lain yang lebih baik dari itu." Ucap Jingga kepada Nada.
"Gapapa lah Ga itukan deket jadi gue ga bakal was-was kalau misalkan datang di waktu yang mepet banget, lagian juga kalau nyari yang lebih baik dari itu pasti gue bakalan ketolak juga kan." Ucap Nada memberikan penjelasan kepada Jingga, sahabatnya.
"Yaudah deh Nad terserah lo aja yang penting bisa jaga diri." Ucap Jingga.
"Kalau itu sih udah pasti Ga." Ucap Nada dengan menatap wajah jingga disertai senyuman manisnya.
Jingga mengangguk percaya menanggapi ucapan dari Nada sahabatnya sejak berada di Taman kanak-kanak. Nada dan Jingga sudah seperti kakak adik, karena Jingga menganggap Nada sebagai kakaknya sendiri.
***
Sabtu,28 Juli 2017
Yah itulah sedikit cuplikan pembicaraan ku dengan Jingga Anastasya sahabat terbaik yang selama ini ku miliki, pembicaraan itu terjadi sekitar 1tahun yang lalu saat aku baru saja lulus pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Dan sebelumnya perlenalkan nama ku Raynada Maurizkia Violin, panggil saja aku Nada. Aku di lahirkan pada keluarga yang mampu pada saat itu karena ayahku dulunya bekerja di salah satu perusahaan manufactur yang sangat terkenal di Indonesia, namun kini semua itu telah berbeda.
Sekitar 2 tahun yang lalu ayahku di PHK dari kerja nya dan tanpa di beri uang pesangon oleh perusahaannya, dan seminggu kemudian ibu ku orang yang amat ku sayangi meninggal akibat serangan jantung secara mendadak.
Dan sekarang ekonomi di keluargaku tergolong lumayan sulit, ayah ku hanya bekerja sebagai kuli panggul di salah satu toko dekat rumah ku yang gaji nya tak seberapa.
Aku sengaja melanjutkan sekolahku di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), namun yang ku pilih bukanlah SMK yang menyediakan jurusan bismen atau pariwisata yang biasanya diminati oleh para gadis-gadis yang baru saja lulus SMP.
Tetapi aku memilih untuk sekolah di SMK yang menyediakan jurusan khusus teknik atau orang-orang biasa menyebutnya dengan STM (Sekolah Teknik Menengah), kenapa aku melanjutkan disini? Ya sesuai penjelasanku pada Jingga tadi, karena lokasi yang sangat dekat dengan rumahku.
Selain itu alasan lain aku melanjutkan sekolah di STM karena nilai ujian nasionalku yang sangat rendah. Berapa? Pasti kalian bertanya-tanya, ah sudahlah tak usah ku sebutkan bikin malu saja. Betapa bodohnya aku saat itu, dan aku benar-benar menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
STM In Love
JugendliteraturApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata-kata 'STM' ? Pasti yang kalian fikirkan adalah sekolahan yang berisi banyak murid laki-laki, murid yang rusuh,tidak punya aturan, dan pastinya jago sekali tawuran. Namun bagaimana jika seorang perem...