"Silahkan duduk kak." Nada mempersilakan Helga untuk duduk pada sofa ruang tamunya yang terbilang jauh dari kata empuk itu.
"Gausah lo suruh juga gue udah mau duduk. Buatin gue minum dong, haus." Helga duduk pada sofa ruang tamu Nada dengan kaki yang ditompangkan pada meja dan tangan yang mengelus-elus tenggorokannya karena haus.
"I..iya kak sebentar." Ucap Nada gugup, dengan langkah yang begitu cepat dirinya berjalan menuju dapur.
Helga duduk bersantai pada sofa ruang tamu milik Nada dengan kaki yang ia tompangkan pada meja.
Dan tanpa ragu pula tangannya mengeluarkan sebatang rokok filter dari kotak rokok yang berada pada sakunya serta menyalakannya dan menghisapnya tanpa ragu.
Dirinya tak peduli sedang dirumah siapa ia sekarang ini, yang penting ia merasa nyaman dengan apa yang dilakukannya.
Tak berselang lama Nada datang dan menyerahkan satu gelas teh manis kepada Helga. "Maaf kak, cuma bisa ngasih ini aja silahkan diminum." Nada meletakkan gelas pada meja ruang tamu.
"Ya." Ucap Helga singkat diiringi dengan hembusan asap rokok yang mengepul keluar dari mulutnya.
Nada hanya bisa diam mendengar jawaban dari Helga, matanya menatap Helga yang masih setia dengan posisinya apalagi saat melihat Helga dengan santainya menyesap rokoknya itu Nada sempat berfikiran apa Helga tak merasa malu bertingkah seperti itu dirumah orang lain.
Namun disisi lain Nada juga menyukai Helga yang saat ini terlihat lebih tampan dan cool, namun Nada juga tidak suka melihat Helga memegang rokok di depannya.
Helga mengambil gelas yang Nada letakkan dimeja dan dengan gerakan santai Helga mulai meminum teh yang berada pada gelas tersebut sampai habis sehingga hanya menyisakan gelas yang kosong.
Manis,segar,dan lega itulah yang Helga rasakan saat ini.
"Enak ga kak rasanya? Gulanya pas kan?" Tanya Nada sedikit kawatir jika tehnya kurang manis.
"Enak." Balas Helga singkat yang membuat suasana menjadi canggung.
Nada menghembuskan nafasnya perlahan, untung saja Helga menyukai teh buatannya.
Helga bangun dari duduknya, ia berdiri dan sedikit membenarkan bajunya yang agak berantakan lalu dirinya melangkahkan kakinya keluar dari rumah Nada.
Nada mengernyitkan dahinya. "Kak mau kemana?" Tanya Nada ketika Helga sampai diambang pintu.
"Pulang." Jawab Helga singkat dan melanjutkan langkah kakinya yang tadi sempat berhenti akibat pertanyaan dari Nada.
"Kok pulang?" Nada bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Helga.
Helga membalikkan badannya. "Emangnya kenapa? Lo mau gue lama-lama disini."
"Ya.. nggak juga si kak." Nada menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, menutupi rasa malunya yang tiba-tiba menyelimuti dirinya tanpa ia ketahui akibatnya.
"Lagian gue kerumah lo cuma pengen minta minum aja kok gak lebih, tapi kalo lo mau gue lebih lebihin sih ya gapapa." Helga menampilkan senyuman jahilnya yang terkesan nakal dimata Nada.
"Hah." Pekik Nada sedikit bingung dengan kata-kata terakhir Helga yang terkesan ambigu.
"Biasa aja muka lo." Helga membalikkan badannya dan berjalan keluar dari pekarangan rumah Nada.
Nada masih menatap keprgian Helga dengan tatapan yang tak mudah dijelaskan.
***
"Nih Nad ayah bawa nasi goreng kesukaan kamu." Ayah Nada menyerahkan sebungkus nasi goreng kepada Nada yang sedang fokus dengan buku paketnya.
"Wah.. ayah beliin Nada nasi goreng yah?" Nada menerima nasi goreng itu dengan sorot mata yang berbinar.
"Iya dong, spesial untuk anak kesayangan ayah malam ini." Hardi tersenyum kearah Nada sembari mengusap puncak kepala Nada yang tertutupi rambut hitam legam nan lebat itu.
"Makasih yah.. ngomong-ngomong kok belinya cuma sebungkus, ayah udah makan?" Nada mendongakkan kepalanya, menatap ayahnya yang berdiri disampingnya.
"Gapapa ayah belum makan yang penting anak ayah yang satu ini bisa makan dan kenyang." Hardi tersenyum manis kepada Nada dan mencubit hidung Nada gemas.
"Ih.. ayah kok gitu sih, emang ayah gak laper apa." Nada mengerutkan dahinya bingung.
"Ngelihat kamu kenyang aja ayah juga ikut kenyang kok Nad." Hardi tetap menampilkan senyuman manisnya yang menenangkan bagi Nada saat melihatnya.
"Ayah gaboleh gitu, ayah harus makan biar gak sakit-sakit lagi. Mending nasi gorengnya kita makan berdua aja ya yah, aku ambilin piring sama sendok dulu." Nada mengangkat tubuhnya dari kursi dan berjalan menuju dapur dengan cepat.
Hardi hanya tetap menunjukkan senyumannya, dia sangat bersyukur memiliki anak yang sangat mengerti seperti Nada yang tak pernah mengeluh dengan keadaan walaupun Hardi tak pernah memberikan Nada sesuatu yang mahal.
Nada selalu menerima apapun yang Hardi berikan padanya, menurut Nada apa yang ayahnya berikan adalah sesuatu yang berharga walaupun itu bukan barang mahal sekalipun. Namun Nada tahu akan perjuangan ayahnya yang dengan susah payah berusaha membeli sesuatu untuk Nada walau Nada tak memintanya sekalipun.
Bersambung......

KAMU SEDANG MEMBACA
STM In Love
Teen FictionApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata-kata 'STM' ? Pasti yang kalian fikirkan adalah sekolahan yang berisi banyak murid laki-laki, murid yang rusuh,tidak punya aturan, dan pastinya jago sekali tawuran. Namun bagaimana jika seorang perem...