Terjigal Cinta [4]

1.2K 66 15
                                    

"Ya, anak-anak demikian acara pembekalan ini saya sampaikan dan saya tutup mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan saya ucapkan kata maaf sekali lagi. Kalian bisa meninggalkan lingkungan sekolah saat ini juga dan selamat serta sukses untuk kegiatan yang akan kalian laksanakan nanti. Terimakasih!" Guru kepala Pokja Prakerin menutup acara pembekalan kegiatan prakerin yang akan dilaksanakan para siswa siswi kelas XI esok hari.

Para siswa berbondong bondong keluar dari ruang RPS SMKN45 untuk pulang ke rumah mereka masing-masing karena pagi ini siswa siswi kelas XI yang akan melaksanakan kegiatan prakerin di pulangkan lebih awal untuk persiapan.

"Nad, pulang bareng gue yuk." Jojo mengsejajarkan langkahnya di samping Nada.

"Gausah Jo lo duluan aja."

"Panas nih cuacanya, gue anterin Nad lo kan masih sakit ga baik kena panas lama-lama kan kalo gue anterin ntar cepet sampe rumahnya." ucap Jojo berharap kepada Nada.

"Gapapa Jo gue udah baikan kok." Nada meyakinkan dirinya.

"Ga baik Nad nolak tawaran, rezeki loh."

"Udah ah Jo gausah maksa gue duluan ya, Bye!" Nada berjalan cepat menuju gerbang dengan gerakan tangan yang sibuk melambai lambai ke arah Jojo.

Jojo hanya menganggukkan kepalanya ringan dan mendengus pasrah karena tawarannya tertolak oleh Nada

***

Nada melangkahkan kaki jenjangnya menelusuri jalanan yang menghantarkannya menuju istana sederhana milik keluarganya, sesekali tangan Nada mengusap keringat yang menetes pada pelipisnya. Memang benar apa yang Jojo bilang cuaca hari ini memang panas padahal jam masih menunjukkan pukul 10.00 WIB tapi sudah terasa seperti pukul 12.00 WIB saja.

'BUG..'

Nada terjatuh ke depan saat sebuah kaki seseorang dengan sengaja menjigal kaki nya, dan Nada tidak menyadari jika ada seseorang yang menjahilinya.

"Aw.." Nada meringis kesakitan dirinya berdiri dengan memegangi lututnya yang terasa perih sepertinya terluka.

"Kenapa? Sakit ya.." tanya seseorang dengan gaya angkuhnya, tangannya bersedekap dan bibirnya tersenyum miring bagai senyuman iblis.

Nada menolehkan kepalanya ke sumber suara. 'Kak Helga.' Batin Nada berucap saat melihat orang yang berdiri dengan gaya angkuhnya itu.

"Kenapa cuma diem."

"Apa maksud kakak ngejigal kaki saya?" tanya Nada dengan beraninya.

"Siapa yang ngejigal lo, lo nya aja yang jalan ga liat-liat." Helga menyesap rokoknya yang tinggal satu sesapan itu lalu membuangnya secara kasar di depan Nada.

Nada memutar bola matanya, benar juga apa yang di bilang Helga.

"Kakak ngapain disini bukannya kelas 12 masih ada jam pelajaran ya."

"Apa urusannya sama lo?" Tangan Helga bergerak merogoh saku celananya mengambil bungkus rokok yang masih tersegel belum terbuka.

"Kok kakak ngerokok disini sih ini kan area umum banyak orang lewat apa lagi kalo liat kakak pake seragam sekolah dan ngerokok di pinggir jalan gini apa kata mereka nanti, malu maluin sekolahan kita kak." Nada menasehati Helga namun Helga menghiraukan ucapan Nada dan menyalakan korek api untuk rokoknya yang kedua.

"Gausah banyak omong deh lo."

"Terserah kakak deh yang penting Nada udah ngingetin." Nada meneruskan langkahnya dengan perasaan yang sedikit kesal.

Helga menatap punggung Nada yang terlihat menjauh dari tempatnya berdiri menghadap dirinya tadi.

Helga memiliki sebuah ide brilian saat ini. Perlahan senyumannya pun mulai terukir.

___

Nada mengobrak abrik isi tasnya mencari suatu benda penting yang dia rasa telah tiada dari jangkauannya.

"Aduh.. dimana sih kunci nya, perasaan tadi gue masukin di tas deh." Nada menuangkan isi tasnya di lantai teras rumahnya dirinya terus mencari benda penting yang berupa kunci itu.

"Kok ga ada sih." Nada semakin dibuat frustasi oleh kunci.

"Lo nyariin apa?" Dengan tiba-tiba sekali seseorang bertanya kepada Nada yang membuat Nada dengan cepat menoleh ke sumber suara.

"Kok kakak ada disini?" Nada dibuat terkejut oleh seseorang yang berdiri di depan rumahnya yang tak lain adalah Helga.

"Bukannya jawab malah ngasih pertanyaan." Helga mengsedekapkan tangannya.

"Kakak ngikutin Nada ya?" Tanya Nada penasaran.

"Kalo gue jawab iya kenapa?" Ucap Helga dengan angkuh.

"Buat apa ngikutin kesini."

"Terserah gue kalo gue mau kenapa engga." Helga berjalan mendekati Nada.

Nada bingung harus bagaimana menanggapi ucapan Helga, dirinya melanjutkan kegiatan mencari kunci rumahnya yang hilang.

"Lo nyari apa sih?" Helga berjongkok di depan Nada yang masih sibuk mencari kunci.

"Bukan urusan kakak."

"Ya.. siapa tau gue bisa bantu kan."

Batin Nada mulai berucap, benar juga sebenarnya siapa tau Helga bisa membantu Nada mencari kuncinya yang hilang. Coba bayangkan jika tidak ketemu pasti ayahnya akan memarahi Nada hari ini karena sudah teledor.

"Nyari kunci rumah, hilang." Ucap Nada tanpa menatap Helga.

"Oh, sini gue bantuin tadi dimana naruhnya?"

"Di tas tapi kok ga ada ya."

Helga mulai membantu Nada mencari kunci, tangannya bergerak membuka resleting kecil yang berada di salah satu bagian tas sekolah Nada dan menjungkalkan tasnya.

'Klunting.'

kunci pintu dengan bandul karakter animasi berbentuk bis kecil sebut saja Tayo jatuh tepat di depan Nada dan Helga.

"Ah ini kuncinya." Nada terlihat bergembira melihatnya, tangannya mulai bergerak meraih kunci.

'Hap.'

Sebuah tangan lebih dulu menyentuh kunci itu yang membuat tangan Nada yang tadinya ingin mengambil kunci malah menggenggam sebuah tangan yang diketahui milik Helga.

Nada nampak kaget, dirinya menatap Helga yang juga kebetulan menatapnya dan terjadilah adegan saling menatap diantara mereka. Mirip sekali dengan adegan sinetron dan adegan-adegan yang sering terjadi pada sebuah novel.

"Maaf." Nada menjadi salah tingkah dirinya malu saat ini.

Namun disisi lain juga Nada merasakan sesuatu yang aneh muncul dalam benaknya.

"Nih kuncinya, buka tuh pintu." Helga menyerahkan kunci itu kepada Nada dan bergerak berdiri dari posisi jongkok yang membuatnya pegal sesaat itu.

"Mmm--ma..makasih kak." Suara Nada terdengar terputus-putus di telinga Helga.

"Gausah grogi gitu ngomongnya biasa aja, baru tatap tatapan sama nyentuh tangan gue aja udah baper." Helga berucap dengan angkuhnya.

'What?? Apa-apaan ini pd sekali dia.' batin Nada berucap.

Dengan gerakan cepat Nada berdiri dari posisi duduknya, ia mulai membuka pintu rumahnya.

'Ceklek.'

Pintu berhasil terbuka oleh Nada, Nada merasa lega untung saja kuncinya tak hilang. Ia hanya lupa saja dimana tempatnya menyimpan tadi.

Nada melangkahkan kakinya kedalam rumah, namun belum sampai jangkahan kakinya menyentuh lantai suara Helga terdengar di telinganya.

"Gue ga disuruh masuk gitu?" Tanya Helga.

"Masuk??"

Bersambung ~

Helga dibolehin masuk ga yah... (?)

-Emaazhrrr

STM In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang