Sepatu kets putih miliknya terus mengambil tapak langkah di jalanan kota. Tangan telanjangnya dimasukkan ke dalam saku celana trining setelah merasa cukup dingin karena angin pagi. Langkahnya melambat saat melewati zebra cross pada perempatan jalan—bersenandung senang sebab sejauh ini tak terlihat seorang pun yang berniat menghentikan kegiatannya.
Rian dengan bekal percaya dirinya tetap berjalan. Gadis itu memiliki kebiasaan selalu menundukkan kepalanya saat berjalan—hanya melihat ujung sepatu dan warna abu-abu dari jalanan.
Kepalanya yang sedari tadi menunduk terangkat dan menoleh pada sisi kiri. Ada sekitar belasan orang disana—kebanyakan berdiri dan duduk sedangkan sisanya menyantap sarapan pagi berupa nasi kepal atau sekedar teobeokki instant. Semua individu disana sedang menunggu kedatangan transportasi yang dinilai mampu menghindarkan mereka dari macet dimanapun dan kapanpun.
Setelah berpikir cukup panjang dan terpaku di ujung gerbang, Rian mengambil langkah masuk dengan perlahan sembari mengganti kruknya ke lengan sebelah kiri. Rian menoleh ke kanan dan kiri bergantian sebelum terduduk di atas salah satu kursi kayu tepat di depan rel setelah meletakkan kruknya lebih dulu.
Gadis itu terdiam saat menyadari bahkan dirinya tidak tahu kemanakah kereta api yang akan datang setelah ini membawanya. Rian mulai merasa tidak nyaman. Dirinya merasa terus diawasi sejak seorang pemuda duduk didekatnya. Kepala gadis itu berputar sembilan puluh derajat ke sisi kiri sebelum irisnya menatap lekat pemuda disampingnya. Bodohnya lelaki itu malah membalas tatapan Rian seperti berkata apa? membuat Rian mengangkat alisnya keheranan. []
YOU ARE READING
PHOEBUS ✔️
Fanfiction❝Deep down in my heart i know that maybe i should just let you go❞ Created : Tue, 10/07/18