He

7 1 1
                                    

Pemuda itu bangkit. Melesat begitu saja tanpa melepas tatapan mereka sampai ujung gerbang. Rian sangat ingin tahu apa yang ada di otak pemuda itu. Tapi bisa saja pemuda lain juga menatapnya dengan mode menelisik karena Rian sendiri terlihat aneh. Lagi-lagi gadis seperti Rian dibuat terkejut setelah melihat pemuda itu kembali dari gerbang sembari membawa sesuatu di tangannya dengan tetap tidak melepas tatapan matanya dari Rian.

Yah, Rian akui dirinya menang banyak sebab pemuda itu cukup tampan.

Pandangan mata pemuda itu beralih pada pergelangan kakinya yang membiru. Tanpa permisi pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya itu memerban bagian yang membiru pada kakinya—membuat Rian membuka matanya lebar karena perlakuan pemuda itu. Melapisinya dengan lembut tanpa membuat Rian meringis kesakitan.

"Bisa kulihat tiketmu?" tanyanya sopan sembari menengadahkan tangan kanan di depan Rian yang masih terlihat bodoh. Gadis itu lantas mengeluarkan secarik kertas persegi panjang dari sakunya—mengangkatnya ke udara untuk dibaca oleh pemuda tadi. "Tujuan kita sama," pemuda itu tersenyum.

Rian mengubah raut wajahnya—ah tidak, dia hanya berubah semakin bodoh saat pemuda itu tersenyum padanya. Mereka tidak saling mengenal, catat itu. Rian masih memaku pandangan matanya menatap pemuda itu sedangkan yang ditatap justru mengalihkan pandangan pada rel kereta di depan mereka.

Suara mesin yang tak asing masuk ke dalam setiap telinga individu disana menjadi lebih keras. Tak lama setelah mereka diselimuti dalam keheningan, pemuda itu mengulurkan tangannya saat Rian mengambil kruk untuk mulai melangkah. Dirinya lagi-lagi dibuat memasang wajah bodoh di hadapan pemuda itu.

"Kim Taehyung. Aku akan membantumu,"

Rian tersenyum sebelum menerima uluran tangan pemuda itu. Mereka kemudian duduk berdampingan di kursi kereta. Melihat hijaunya sawah dan birunya langit yang sama dari balik jendela. []

PHOEBUS ✔️Where stories live. Discover now