(4) Surprise

14 2 2
                                    

Hari ini hari minggu, tandanya hari yang sangat berharga untuk santai-santai dan bermalas-malasan dirumah, kurang lebih seperti itu pikir Ananta.

Namun rencananya hari ini untuk santai-santai dan bermalas-malasan dirumah hancur seketika, ketika ponsel Ananta berdering dan layarnya yang memancarkan sinar ber-nama 'Alfi'.

"Hfft." Ananta menghela nafas sebentar sebelum memulai untuk mengangkat telfonnya dari Alfi. "Sialan si kunyuk ini, kenapa sih gak bisa liat gue diem sebentar, awas aja kalau telfonnya gak penting!"

Baru saja Ananta memencet tombol call berwarna hijau, sudah sangat terdengar sekali dengan keras kicauan burung beo dari arah ponselnya. "Ta gimana ini udah jam 12, jadi gak sih? jangan bilang lo lagi males-malesan, terus lupa sama rencana lo hari ini?"

Untuk berkali-kalinya Ananta melupakan hal yang sangat berharga untuk dirinya, hari ini fikirannya hanya di penuhi oleh hari libur dan melupakan semua rencananya yang telah ia susun dengan Alfi sejak kemarin.

Ananta menghela nafas perlahan dan mengacak-acak rambutnya penuh frustasi "Oh sori banget Fi, gue lupa parah!"

"Emangnya lo apa yang inget sih? ulang tahun sendiri aja nggak tau!. Yaudah gue tunggu lo di cafe kemaren sekarang!."

tut-tut-tut

Terdengar dengan jelas sambungan telefon yang diputuskan sepihak oleh Alfi.

"Lo kenapa sih Ananta! Gak inget kalau ini tuh hari spesial lo!" Gerutu Ananta mengacak-acak rambut badainya yang terkena serpihan angin topan yang berasal dari ac di kamarnya.

Ananta langsung melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi dengan sigap, setelah itu baru ia bersiap-siap dengan cepat sebelum akhirnya ia mendarat dengan mulus di tempat janjiannya dengan Alfi.

"Kemana aja?" Tanya Alfi yang langsung melontarkan pertanyaan mautnya.

"Iya sih maaf, telat dikit doang alay banget." Geram Ananta.

"Udah lah Ta males deh kalau ujung-ujungnya gue ribut sama lo, mending langsung ke topik awal aja, gue disuruh bantuin lo apaan?" Tanya Alfi yang tidak ingin melanjutkan keributannya dengan Ananta.

"Bantuin gue baik-an sama cewe gue." Jawab Ananta dengan wajah yang sedikit lesuh.

Mendengar jawaban dari sahabat karibnya itu bendung tawa Alfi tak bisa ditahan lagi dan akhirnya meledak begitu saja.

"Apaan sih, kok ketawa? orang ngga ada yang lucu." Tanya Ananta seraya mendengus tak suka dengan kelakuan sahabatnya ini.

"Kita logis aja Ta, lo baru putus dari Cintya masa udah dapet yang baru, gila aja kali lo ya, lo emang nggak mikirin perasaan Cintya apa?" Tutur Alfi dengan ceramah khasnya. Ini lah yang membuat persahabatan mereka makin lama makin merekat. Sikap Alfi yang seperti ini lah yang sangat Ananta sukai, walaupun secara umur lebih tua Ananta, namun secara dewasa lebih dewasa Alfi.

"Tenang aja sih Fi dia baru gebetan gue belom jadi pacar." Balas Ananta dengan wajah datarnya.

"Gue tau Ta lo ganteng, gue akuin paras lo lebih tampan dari gue, tapi ingat satu hal Ta, jangan gunain paras lo buat mempermainkan hati perempuan. Karena, hati perempuan lo dapetin bukan untuk dipermainkan, namun untuk di jaga bagaimana caranya untuk menjadi yang lebih baik lagi, hati perempuan itu bukan untuk dirusak, bukan untuk di patahkan, dan bukan untuk di sakitin dan lo Ta sebagai cowo ganteng lo mulai sekarang harus bisa untuk menjaga hati perempuan jangan dipermainin mulu Ta, ingat belajar dari pengalaman lo." Tutur Alfi panjang lebar seperti orangtua yang sedang memberi nasihat kepada anaknya.

Ananta yang mendengar kata-kata mutiara dari sahabatnya itu memberikan senyum manisnya spesial untuk Alfi. "Iya bang Alfi, makasih ya nasihatnya, gue bakal inget terus kok tenang aja."

Surat Kaleng Untuk 'Mama'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang