(1) Just Meet Up

66 20 17
                                    

Kembali pada suasana kelas yang ricuh seperti pasar, di meja dekat pintu terdapat beberapa anak perempuan sedang sibuk dengan ponselnya yang selalu update di instastorynya, lanjut lagi di pojok kelas paling belakang terdapat segerombolan anak laki-laki sedang menonton film yang tidak seharusnya di tonton, di depan meja guru terdapat beberapa anak alim dan rajin yang sedang belajar dikarenakan takut adanya ulangan dadakan, di tengah-tengah kelas terdapat bundaran meja yang berisi para kaum hawa yang sedang meng-gossipkan para pelakor-pelakor yang sedang trending topic saat ini.

Karena tidak kuat akan hal ini Jevelly memilih untuk meninggalkan kelasnya dan pergi berlalu ke kantin. Ia mengangkat bokongnya dari tempat duduknya dan kakinya mulai melangkah keluar dari kelasnya. Tangannya meraba saku bajunya  lalu mengambil ponsel miliknya dan mulai memasang headset di kedua telinganya sembari memutar lagu kesukaannya.

brukkkkk..........

"Kalau jalan liat-liat dong!, punya mata gak sih!" geram Jevelly kesal. Pasalnya, baru saja ada seseorang yang menabrak bahu cantik milik Jevelly.

"Lo nggak punya mulut ya buat minta maaf gitu?" sinis Jevelly masih dengan raut wajah kesal.

Hanya tundukan kepala dan beberapa patah kata maaf yang bisa dilakukan cowok itu di hadapan Jevelly. "Iya Mbak maaf ya." ucap cowok itu masih dengan kepala tertunduknya.

Lagi-lagi ulah cowok itu berhasil membuat tawa Jevelly pecah. "Apa? apa?, mbak? gue nggak salah denger kan?"

"Iya mbak." jawab cowok itu dengan muka polosnya.

"Kenapa harus mbak sih? emang gue mbak-mbak apa!" cibir Jevelly dengan raut wajah kesal. "Kayaknya lo junior disini ya?" tanya Jevelly dengan raut wajah penasaran.

"Iya mbak, saya junior disini." jawab cowok itu penuh keberanian. "Oh iya mbak, kenalin nama saya Azriel Alfiro, panggil aja Alfi." ucap cowok itu sambil memberi tangan kanannya seraya ingin bersalaman kepada Jevelly.

Jevelly yang melihat tingkah aneh cowok di hadapannya ini, tidak memperdulikannya, ia tidak menyalami balik tangan cowok itu, ya walaupun Jevelly tau yang dilakukan dirinya memang tidak baik dan tidak patut di contoh. Ya tapi mau bagaimana lagi, Jevelly sudah terlanjur il feel dengan sikap cowok di hadapannya itu.

Melihat respon dari Jevelly yang tidak menyalami balik tangan cowok itu, ia dengan cepat langsung menarik tangan kanannya lagi. Ia hanya tersenyum dan tersipu malu, lagi-lagi hanya itu yang bisa dilakukan cowok itu ketika berhadapan dengan Jevelly. "Ya sudah mbak, saya mau ke kelas dulu ya, maaf udah nabrak bahu mbak ini dengan gak sengaja. Maaf ya mbak, saya duluan ya masuk kelasnya, takut dimarahin guru nantinya." cowok itu langsung pergi berlalu meninggalkan Jevelly di lorong lantai dua.

Jevelly tidak menghiraukan kepergian cowok itu, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kantin sekolahnya. "Jevelly?, itu bener Jevelly kan?" cowok itu mengucak matanya berkali-kali memastikan bahwa sosok perempuan di sebrangnya itu benar Jevelly atau bukan. "Jevelly." panggil cowok itu dengan tangan melambai-lambai di atas udara.

Sontak langkah Jevelly terhenti dan kepalanya refleks langsung mencari darimana sumber suara itu bersuara. "Ananta?" ucap Jevelly terkejut.

"Lo sekolah disini?" tanya Ananta menghampiri Jevelly.

"Gue udah tiga tahun disini dan bulan depan gue udah mau lulus woy!" jawab Jevelly dengan nada khasnya.

"Gila Jev, gue kangen lo." ucap Ananta menatap kedua bola mata Jevelly yang cantik.

"I miss you too."

"And now what are we plan?" tanya Ananta sembari merangkul Jevelly.

Jevelly mengedipkan matanya ke arah Ananta begitu juga yang dilakukan Ananta kepada Jevelly. "Holiday?" Ucap mereka serentak. "Holiday after exam, it's the best plan!" lontar Jevelly menambahkan akan rencana mereka berdua untuk liburan nanti.

"Oh iya Ta, gue mau ke kantin dulu, lo kalo mau ke kelas duluan aja." ucap Jevelly dengan nada lembutnya. Ananta langsung menolehkan kepalanya ke arah Jevelly seraya menaikkan satu alis tebalnya. "Gue temenin ya?" tawar Ananta penuh dengan keberanian pada dirinya.

"Loh?, nggak apa-apa emangnya Ta?" tanya Jevelly tersipu malu. "Why not?" jawab Ananta sambil menggandeng tangan lembut milik Jevelly.

"Yaudah, temenin gue duduk di deket kolam samping kantin aja yuk." ajak Jevelly sedikit menarik tangan milik Ananta.

"Pelan-pelan dong Jev sakit tau, gue juga manusia kali." protes Ananta pada Jevelly karena perlakuan Jevelly yang melukai tangan Ananta beberapa detik yang lalu.

"Iya iya maaf Ta nggak sengaja juga tau." balas Jevelly yang langsung melepaskan tangan Ananta dari genggamannya.

Jevelly dan Ananta berjalan menuju kolam samping kantin dengan langkah yang cantik di iringi juga dengan candaan-candaan receh mereka.

"Oh iya Jev, nyokap lo apakabar?" tanya Ananta setelah beberapa menit mereka berdiaman karena sudah tidak ada lagi topik pembicaraan mereka.

Mendengar pertanyaan itu Jevelly langsung menekuk mukanya menjadi sangat malas, bahkan ia tidak menjawab pertanyaan Ananta itu.

"Oh sorry gue salah ya Jev?, maaf gue nggak bermaksud kok." ucap Ananta menundukkan kepalanya.

Angin terus berhembus membuat rambut curly-nya Jevelly berantakan seperti habis diterpa badai kencang. Jevelly mengangkat kepalanya keatas, melihat langit yang semakin lama semakin gelap dengan hiasan awan hitamnya, itu tandanya sebentar lagi akan turun hujan. Tangan Jevelly mulai memeluk badannya sendiri, saat ini ia merasakan kedinginan yang tidak biasanya.

Ananta yang mengamati gerak-gerik Jevelly sedari tadi, langsung mengambil tindakan yang sangat tepat. "Nih pake jaket gue." ucap Ananta sambil memberikan boomber jacket bewarna navy kehadapan Jevelly.

Raut wajah Jevelly yang tadinya kedinginan berubah menjadi orang bingung yang bertanya-tanya. "Loh?, apaan sih emang gue kedinginan apa." elak Jevelly membela dirinya.

"Udah lah, lo pikir lo bisa bohongin gue?. Udah nih pake aja." Ananta kembali mengasih boomber jacket miliknya itu.

Namun Jevelly tetap pada pendiriannya ia tetap menolak tawaran dari Ananta dan tidak mengambil boomber jacket milik Ananta. "Gue nggak kedinginan Ta!, udah ya cukup gue ngomong sekali aja!" kali ini Jevelly menaikkan nada bicaranya karena Ananta masih kekeh terhadap keinginannya yaitu mengasih boomber jacketnya kepada Jevelly.

Ananta sangat paham dengan Jevelly, Ananta paham dengan sikap Jevelly yang kadang seperti kanak-kanak atau kadang yang seperti sok kedewasaan, dan kali ini Ananta paham apa yang dimaksud oleh Jevelly. Ananta masih kekeh ingin mengasih boomber jascketnya kepada Jevelly tanpa berfikir lama, Ananta langsung menyelimuti badan Jevelly menggunakan boomber jacket miliknya yang ia pegang sedari tadi. "Plis, kali ini jangan protes." mohon Ananta agar Jevelly menerima perlakuannya.

Entah rasa apa yang menghantui Jevelly sekarang, ia menyukai saat-saat seperti ini, saat-saat dimana Jevelly dan Ananta berduaan dengan suasana hujan yang sudah tidak sabar ingin membasahi langit-langit bumi. Bagi Jevelly, Ananta adalah segalanya dari semua hidupnya, tetapi hanya satu yang bukan segalanya dari Ananta.

***

doneeeee, part 1 is done. menurut kalian Ananta bakal sama Jevelly gak ya? haha, stay tune aja ya! jangan lupa baca part berikutnya dan ikutin Jevelly dan Ananta terus ya!

Jakarta, 28 Desember 2017

Surat Kaleng Untuk 'Mama'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang