Famous Play(boy)

6 1 0
                                    

"Hah? sumpah elu putus dari Kak Aldo?" Tanya Trisa, teman sekelasku.
"Iye" jawabku singkat, ah kenapa berita putusku dengan Aldo malah viral sih, padahal udah muak banget ketemu ataupun bahas soal Aldo, eh maksudnya Kak Aldo.
"Siapa yang mutusin? Dia ya?" tebak salah satu teman sekelasku lagi, eh maksudnya 'penggemar setia' Kak Aldo, Yana namanya.
"Eh eh.. apaan sih? Kok pada ribut-ribut?" tanya Fria, ratu kecantikan SMA Angkasa.
"Ini nih, Sandra putus sama Kak Aldo" jawab Yana dengan melirikku, dan tentu kubalas dengan lirikan tajam. Ah! Aku menyesal masuk sekolah hari ini, benar-benar membuat mood ku hancur.
"Pantes elu diputusin San, orang Kak Aldo nya tadi pagi jemput gue sekolah" jawab Fria yang membuat mataku langsung melihatnya dengan tajam.
"Oh" dengan santai kujawab pernyataan sang ratu kecantikan itu, aku berusaha keras meredam amarahku.
"Udah ada Bu Hesti tuh" kata seseorang yang suaranya sangat kukenal, Keke. Sahabat karibku yang kedatangannya sudah kutunggu dari tadi, pelindungku dikelas.
"Keke..." teriakku menyambut kehadirannya.
"Eh San, beneran putus? Kenapa? Bukannya lagi baik-baik aja?" tanya Keke dengan pelan, takut jika salah satu dari penggemar raja playboy itu mendengarkan percakapan kami.
"Iya Ke, ternyata selama ini dia selingkuh sama Kak Resa, kakak seniorku di ekskul" jawabku dengan lirih, mencoba menyembunyikan rasa kecewa yang masih membekas dalam.
"Hah? serius San?"
"Iya Ke, dia ngaku sendiri kalau udah pacaran sama Kak Resa bahkan udah hampir 2 bulan. Gimana sih Ke rasanya dikhianati? Sakit banget Ke" jawabku dengan menahan air mata yang akhirnya tumpah.
"udah nggak papa, mungkin ini yang terbaik buat kamu" Keke pun mencoba menarikku kepelukannya, hingga airmataku membasahi kerudung putihnya itu.
"Ahhh Kak Ian, tumben kesini kak?" tanya teman-temanku melihat kehadiran Kak Ian. Ah! Benar-benar super duper ALAY kuadrat tingkat dewa.
"Permisi ya dek" jawab Kak Ian dengan sopan, teman-temanku pun mempersilahkan Kak Ian masuk ke kelas kami.
"Kenapa lagi San?" Tanya Kak Ian melihatku menangis dalam pelukan Keke.
"Tadi cerita habis putus gitu Kak" jawab Keke, aku segera mengusap air mataku, karena aku tau apa yang akan terjadi saat ini. Yups! Kak Ian tertawa. Ah! Benar-benar membuatku ingin berteriak "Tuhan.. kenapa hari ini berat??"
"Malah ketawa sih Kak?" Tanyaku dengan kesal.
"Ya iya lah, orang kayak Aldo ngapain ditangisin San? Udah jelas-jelas dia lebih milih Resa daripada kamu, ya udah sih, cuek aja. Cowok kan bukan Cuma dia aja, move on dong"
"Ya tapi nggak segampang itu kalik Kak, Kak Ian tau sendiri kan kalau aku udah pacaran sama dia selama 5 bulan?"
"Dan selama 5 bulan itu, Mama kamu nggak setuju kan? Kak Siska nggak setuju kan?" Tanya Kak Ian menebak.
"Iya sih Kak, dan kalau Kak Roy tau.. nggak kebayang deh gimana nasibku, apalagi kalau Papa sampek tau. Aduh!" jawabku, karena aku tau Kak Roy itu orangnya sangat-sangat adil dan terkadang dia bisa kuanggap sebagai peramal, karena setiap aku membawa seorang temanku kerumah, dia pasti sudah tau bagaimana sifat asli dari temanku tersebut, tapi semenjak Kak Roy dinas di Bandung, dia sudah tidak pernah mengawasi pergaulanku, mungkin karena jarak. Sedangkan jika Papa, ah Papa itu orangnya sangat disiplin, walaupun Papa jarang dirumah karena dinas diberbagai kota, tapi Papa bisa mengawasi keempat anaknya dengan teliti.
"Ya udah, itu kamu tau jawabannya" jawab Kak Ian singkat.
"Em, terus kalau Kak Resa, kenapa sih mau jadi selingkuhan?, padahal dia cantik banget, dia juga punya suara emas, so perfect" pernyataanku yang membuat raut wajah Kak ian berubah bingung, mungkin Kak Ian sudah menduga jika aku sudah tau tentang hubungan masa lalunya bersama Kak Resa. Aku ingin mendengar pendapat Kak Ian tentang Kak Resa langsung darinya.
"Kalau Resa mungkin udah hobby gangguin hubungan orang" jawabnya singkat, dengan diiringi tawa khasnya.
"Eh Kak, btw ngapain pagi-pagi kekelasku? aku kan nggak minta ajarin ekonomi, lagian hari ini free ekonomi"
"Ini, buku paket kamu kemarin kebawa sama aku" jawab Kak Ian dengan menyerahkan buku bersampul merah itu.
"oooo.. makasih kak,"
"Eh Kak bentar, kenapa kemarin ninggal aku sih?" tanyaku pada Kak Ian saat dia baru saja berbalik badan.
"Oh kemarin, kemarin kebelet pipis San, jadi aku pulang deh" Jawab Kak Ian yang disambut tawa oleh Keke, tapi menghasilkan gumaman dariku, "Dasar Alibi"
"Padahal Kak Ian kan bisa bantuin aku kemarin, bisa nganter aku pulang juga, aku kemarin pulang nangis loh, ihhs" sudah bukan hal yang asing dengan kemanjaanku pada Kak Ian. Aku dan kak Ian sangat dekat, melebih kedekatanku dengan Kak Zaki, pacar Kak Iren. Entahlah, yang jelas, aku merasa menjadi diriku sendiri ketika bersama Kak Ian.
"Ah dasar kamu aja yang cengeng" jawab Kak Ian dan segera berlalu meninggalkan kelasku.

----------------------------------------------------------
"Will you be my girl Friend?" kata-kata itu, kaka-kata yang kudengar 5 bulan yang lalu, kata-kata yang sama dan diucapkan oleh orang yang sama, Aldo. Namun bedanya, korbannya sekarang bukanlah diriku, tapi teman sekelasku, Fria. Dan yang tak bisa kupikir, kenapa Aldo memilih mangsa dari teman sekelasku sendiri? Yang duduknya pun tepat dihadapanku, apa dia sengaja?
"Of course, i will be" jawab Fria dengan mantab. Ah! Jawaban yang hampir sama seperti yang kuucapkan pada 5 bulan yang lalu.
"Ih, sosweet banget sih kak Aldo, pakek bawa bunga lagi, bawa coklat juga" kata Yana, yang sampai sekarang belum menjadi target dari Kak Aldo, hahahahah!
"Apa? Bunga? Coklat? Biasa aja sih. Nggak usah alay!" jawabku dengan kesal dan dengan tatapan tajam kearah Yana, sepertinya hari ini Yana adalah korban keganasanku, sudah berapa kali ini dia mendapatkan tatapan tajam dariku karena mulutnya itu.
"Biasa? Lagi pingin dapet bunga lagi? Atau sama coklat juga?" tanya Kak Aldo saat aku hendak pergi meninggalkan kelas.
"Apa??" jawabku heran dengan pertanyaan mantanku itu.
Setega itu dia mempermalukanku didepan teman sekelasku.
"Hellow? Yang kemarin bilang kalau dia lagi pacaran sama Kak Resa itu siapa ya??" alku pun berbalik arah menuju kearah Aldo, Keke mencoba menahan tanganku, tapi aku tak menghiraukan Keke, emosiku sudah memuncak.
"Atau jangan-jangan hari ini, Fria adalah korban keplayboy an Kak Aldo untuk yang kesekian kalinya? Mungkin aja saat ini, Kak Aldo ini belum putus sama Kak Resa. Atau mungkin belum putus juga sama cewek yang lain? Bisa aja kan ya?" tanyaku pada teman-teman sekelasku yang tiba-tiba berbalik mendukungku, mereka mengangguk. Dan kulihat Kak Aldo sudah mulai emosi. Dengan santai aku menanggapi semua celotehnya, sampai akhirnya satu tamparan mendarat dipipiku,itu adalah tamparan pertama yang pernah kudapatkan, aku tak pernah ditampar oleh Mama, Papa atau kakakku. Karena tamparan itu, akhirnya nyaliku untuk melawan Kak Aldo pun luntur. Dan naluri perempuanku pun hadir lagi, aku berlari menuju kamar mandi, dan kulihat pipiku memerah, Keke lagi-lagi membawaku kepelukannya.

AjarikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang