Alian
Resa? Dia masih sama seperti beberapa bulan lalu, saat aku sendiri mengetahui sifat aslinya. Tak heran jika hal itu masih dilakukannya sampai sekarang, mungkin saja itu sudah menjadi “Hobby” untuknya. Resa, nama itu membuka lagi beribu kenangan yang sudah tersimpan rapi, rasa pahit akan dikhianati masih membekas. Dia adalah pacar pertamaku, sekaligus pacar terakhirku sampai sekarang, sebelumnya aku tak pernah merasakan apa namanya cinta. Hubunganku dengannya terjalin lebih tepatnya setahun yang lalu, saat aku masih duduk dibangku kelas XI, dan dia masih duduk dibangku kelas X. Hubunganku dengannya berawal dari kegiatan mengisi acara dan lomba. Aku seorang anggota band sekolah sering mengirinya bernyanyi dalam sebuah event. Saking seringnya, sepercik perhatian pun muncul dariku untuknya, dari mulai bertanya jadwal event selanjutnya, sampai akhirnya bertanya tentang hal pribadinya “sudah makan?”, “Have you a nice dream?” pertanyaan-pertanyaan yang mewarnai hari-hariku dengannya selama kurang lebih 4 bulan, sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk menjadikan hubungan ini menjadi hubungan yang dianggap “Pacaran”.
“Res? Jadian yuk?” tanyaku dengan santai disela-sela persiapan suatu event sekolah.
“Hah?” dengan sedikit menjerit, Resa kaget dengan pertanyaanku. Detik berikutnya ia mengangguk dengan senyum yang lebar, membuatku seakan ingin berteriak senang ‘kala itu’. tidak ada satu orang pun yang mengetahui hubunganku dengannya, karena aku dan dia juga merahasiakan ini karena sebuah tuntutan dalam sebuah organisasi, Resa adalah anggota OSIS dan aku adalah ketua Ekskul band yang artinya, aku juga pengawas dari kinerja Resa, begitu juga sebaliknya.. maka dari itu, kami memutuskan untuk merahasiakan hubungan ini.
“Yan, lu pacaran ya?” tanya Iren, cewek judes yang juga sahabatku.
“Iya nih, belakangan ini elu sibuk banget deh, jarang banget ngajak hang out kita” sambung Zaki, pacar abadi Iren. ‘abadi’ karena mereka sudah hampir 5 tahun berpacaran dan berhasil menyembunyikannya dari keluarganya masing-masing.
“Nggak, siapa juga yang pacaran” jawbaku dengan santai.
“Alah, ngaku aja deh” jawab Iren dengan wajah memaksaku untuk mengaku, ah rupanya aku tak bisa merahasiakan apapun dari kedua sahabatku ini.
“pacaran sama siapa cobak?” tanyaku dengan santai, mencoba menyembunyikan kegugupanku soal Resa.
“Resa” jawab mereka serempak yang membuatku langsung membungkam mulut mereka.
“Ya kan bener kan?” tanya Iren sedikit menebak apakah tebakannya itu benar.
“Iya” jawabku singkat yang sukses membuat kedua pasangan abadi itu tertawa.
“Kenapa ketawa sih?”
“Akhirnya.. ada yang mau juga sama elu” Goda Iren yang membuatku berlari mengejarnya, hal itu sudah wajar terjadi padaku dan Iren, Zaki pun sama sekali tak keberatan dengan itu.Hanya dua orang itu yang tau tentang hubunganku dengan Iren, mereka pun berjanji untuk merahasiakan ini dari semuanya. Dan aku percaya bahwa rahasiaku akan aman. 6 bulan berjalan, total 10 bulan sudah aku bersamanya. 6 bulan dengan status, dan 4 bulannya tanpa status. Aku sudah sangat percaya dengan Resa, dengan hubungan ini, aku menjadi semakin semangat mengikuti lomba-lomba band dan hasilnya kami selalu menyumbangkan piala untuk sekolah kami. namun, kepercaanku kepadanya luntur ketika aku mempergokinya bersama Rio disebuah mall, Rio adalah adik ekskulku, dia anggota band ku juga, memang selama ini sepertinya Rio dekat dengan Resa, tapi kupikir itu adalah hal yang wajar, karena mereka satu angkatan, tapi? Rupanya tebakanku salah.
“Kemarin dari mall ya?” tanyaku dengan santai saat jeda latihan.
“Em iya, kok tau Kak?” tanyanya dengan sedikit bingung atau mungkin gugup.
“Iya tau, aku juga dari sana kemarin” jawabku dengan singkat. Rupanya dia menyadari keberubahan sikapku, jarang sekali aku berbicara dengannya tanpa menghiraukan kehadirannya.
“Oh. Sama siapa kak?” tanyanya sambil duduk disampingku.
“Sama Iren” jawabku dengan sedikit memancing kemarahannya. Dia seidikit sensitif ketika aku hanya jalan berdua dengan cewek lain, atau bahkan sekedar belajar berdua pun dia sering posesif. Tapi? Dia sama sekali tidak berkaca terhadap perilakunya sendiri.
“Loh, gimana sih Kak? Kan aku udah pernah bilang jangan cuman jalan berdua sama cewek. Kakak gimana sih? Aku kecewa sama Kakak” jawabnya dengan beranjak dari duduknya.
“Terus ini apa?” tanyaku sambil menyodorkan fotonya bersama Rio saat makan berdua. Untung saja studio latihan musik saat itu sepi, andai saja banyak anggota yang lain, pasti mereka curiga terhadapku.
“Itu. ah itu aku cuman kebetulan Kak” jawabnya dengan memegang tanganku.
“Kebetulan? Terus kalau kebetulan harus pakek pegangan tangan gini?” tanyaku dengan menyodorkan foto kedua, yaitu fotonya saat dirinya berjalan dengan bergandeng tangan dengan Rio.
“Kamu ngelarang aku belajar bareng sama temen-temen cewekku, padahal ini buat OSN atau buat lomba-lomba lain. Kamu juga ngelarang aku jalan sam Iren, padahal kamu tau kalau disitu ada Iren, pasti disitu ada Zaki, pacarnya, kamu juga tau kalau kita bertiga sahabatan dari SMP. Tapi kamu masih posesif. Tapi, kelakuan kamu sendiri ini gimana? Kamu jalan berdua sama cowok lain, dan aku kenal siapa dia. Aku kecewa sama kamu Res. Udah jangan diterusin Res, kita putus. Jalanin kehidupan masing-maisng, nggak perlu back street lagi, nggak perlu rahasia-rahasiaan lagi. Udah cukup ya Res” penjelasanku dengan panjang lebar dan Resa hanya menunduk, kukira dia menyadari kesalahnnya waktu itu, tapi ternyata dia mengulanginya lagi hari ini, dan itu terjadi pada adik Iren, Sandra.
Aku tau bagaimana perasaan Sandra saat ini, aku pernah merasakannya setahun yang lalu, dia pasti sangat kecewa dengan Aldo yang sekarang mungkin sudah menjadi mantan pacarnya. Sejak saat aku memutuskan Resa, hubunganku dengannya sedikit bermasalah, walaupun di band kami mencoba untuk profesional, tapi tetap saja aku tidak bisa terus bersabar melihat adik ekskulku berpacaran saat latihan, Rio dan Resa. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuatkan grup band baru untuk angkatan 67. Sehingga dengan ini, kami angakatn 66 hanya bertugas mengawasi mereka, dan jadwal latihan kami juga pada hari yang berbeda, sehingga aku tak perlu melihat Rio dan Resa berpacaran, dan aku bisa profesional dengan tanggung jawabku di ekskulku ini.Resa, hanya dia satu-satunya wanita yang berhasil dan sukses merebut hatiku, mengisi notif di WA ku, dan mengubah tampilan layarku menjadi wajahnya, karena hubunganku dengannya, aku sedikit tertutup. Tapi, setelah aku putus dengannya, aku sudah kembali terbuka dan tak ada lagi rahasia yang harus kututupi dari semuanya. Sampai saat ini, rahasia itu masih tersimpan rapi, dan terjaga antara aku, Resa, Iren, Zaki dan mungkin Rio. Setidaknya terimakasih untuk 10 bulan yang membuatku mengerti tentang cinta, sebuah pelajaran yang tak akan pernah kudapatkan jika aku tidak memberanikan diri untuk mengejarmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajariku
Ficțiune adolescențiBertemu dengannya adalah sebuah anugerah. Sorot matanya selalu membuatku nyaman ketika berada disampingnya. Dan senyumnya itu adalah senyum yang akan selalu kurindukan. Seperti hal nya sebuah cinta pada biasanya, zaman SMA adalah zaman keemasan b...