👨 Ayah yang Cerewet 👨 (kisah singkat)

113 12 0
                                    

Ada seorang pemuda yang sudah tidak betah tinggal di rumahnya. Karena menganggap kalau Ayahnya terlalu cerewet, karena kalau dia keluar kamar, Ayahnya selalu bertanya, "Lampu sudah dimatikan? AC, TV, kipas angin, radio, keran air di bak dan lain-lain sudah mati?"

Pokoknya Ayahnya cerewet dan disiplin sekali. Sampai akhirnya dia mendapat tawaran lamaran kerja, dan sangat berharap akan diterima, jika diterima dia akan keluar dari rumahnya, supaya terjauh dari Ayahnya.

Pada saat dia masuk ke kantor tempat melamar, di resepsionis tidak ada orang, hanya ada tulisan, "Wawancara di lantai 1". Begitu masuk dia melihat ada selang yang lagi dipake menyiram, tapi tidak ada orang, sampai airnya luber kemana-mana, dia matikan kerannya, lalu dia naik ke atas.

Di atas, lampu masih menyala, padahal sudah cukup terang, mungkin bekas tadi malam, belum dimatikan. Dia dekati stop kontaknya, lalu matikan. Karena teringat perintah Ayahnya.

Dia masuk ke ruang tunggu, barisan depan penuh, barisan belakang kosong tapi di bagian belakang, fan menyala semua. Dia matikan juga fan yang tidak diperlukan, karena teringat pesan Ayahnya, "Matikan fan/AC kalau tidak ada orang sama sekali di ruangan.."

Dilihat ada keset tulisan welcome tapi ngadepnya gak karuan, melintang. Dia perbaiki posisi keset tersebut. Orang yang menunggu giliran wawancara tidak tahu, apakah sudah ada yang diterima atau belum? Karena orang yang selesai diwawancarai keluar melalui pintu yang berbeda.

Begitu masuk ke ruang wawancara, pewawancara langsung bertanya, "Kapan Anda bisa mulai kerja?" Orang yang mau diwawancara ini marah dan protes, "Perusahaan apa ini? Belum wawancara, belum tahu spesialisasi/keahlian saya apa, kok sudah diterima? Saya lihat banyak kejanggalan di kantor ini. Air dibiarkan mengalir, lampu dan fan dibiarkan menyala, di resepsionis tidak ada orang, hanya pengumuman, keset posisi kebalik?"

Pewawancaranya menjawab, "Justru karena anda satu-satunya orang yang peduli pada masalah tersebut, kami melihat/memantau perilaku Anda melalui CCTV makanya Anda kami terima. Kami tidak butuh menilai keahlian anda, yang kami butuhkan adalah kebiasaan dan perilaku Anda."

Dia langsung teringat Ayahnya, karena ternyata kedisiplinan beliaulah akhirnya dia diterima di suatu perusahaan, jadi orang yang bertanggungjawablah yang selama ini ditekankan oleh Ayahnya. Orang bisa diterima di suatu perusahaan atau dinilai bukan hanya karena keahlian dia, tapi juga karena sikap, kebiasaan dan perilakunya.

Jadi kalau Ayah atau orangtua cerewet pasti ada tujuan, agar anaknya memiliki masa depan yang lebih baik. Batu akan tetap menjadi batu jika tidak diolah menjadi patung yang indah dan berharga. Ayah/orangtua adalah guru terbaik untuk anak-anaknya.

Mudah-mudahan bermanfaat

Ambil hikmahnya❤
Source : BC WhatsApp

Kamis, 12 Juli 2018

Islamic Notes and Life LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang