Entah apa yang ada di luar sana, yang pasti Hans suka sekali melihatnya. Bukan melihat, namun melamun tepatnya. Son yang duduk di sampingnya pun kadang tidak digubris, apalagi si Chandra yang gemar mengusili Hans. Mereka berdua heran, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan si muka datar a.k.a Hans. Son melihat Chandra dengan gerakan kepala yang di dongakkan ke atas sambil sesekali melihat Hans. Chandra hanya membalas dengan menggendikkan bahu. Son pun menepuk pundak Hans.
"Hans, mau sampai kapan lu kayak gini?"Son memulai pembicaraan.
"Apa gunanya kau punya teman kalau nggak mau cerita masalah yang kau alami."Chandra berusaha serius.
"Hmm"jawaban Hans yang terlihat sedang mempertimbangkan kata-kata Son dan Chandra.
"Baiklah, kalau kau nggak mau menceritakannya, apa kau mau aku membantumu?"tawar Chandra.
"Lu BG apa gimana Chan, lu aja gak tau masalahnya Hans. Gimana mau ngebantu? Ngarang lu ya."jawab Son heran.
Bukan hanya Son yang terheran-heran, nampaknya Hans pun juga memandang Chandra dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana tidak? Chandra kan tidak tau masalah Hans, dia juga anak baru.
"Aku tau kalian tidak percaya. Tapi aku percaya semua yang dipikirkan Hans tidak sepenuhnya menyakitkan jika Hans tau kebenaran dibalik masalahnya."jawab Chandra.
"Bagaimana kamu dapat berbicara seperti itu? Apa yang kamu tahu?"Hans pun mulai penasaran.
"Kalau kamu mau aku membantumu, datanglah ke bukit belakang gudang lama nanti sore. Itu jika kau bersedia."jawab Chandra.
"Baiklah, aku bersedia."Hans akhirnya menyetujui.
"Emm teman-teman. Apa gue boleh ikut? Gue kan juga teman Hans. Boleh ya?"
"Sebaiknya kau jangan ikut Son. Ini adalah misi khusus untuk Hans. Biar dia menyelesaikan masalahnya sendiri."Chandra memberi penjelasan.
"Hm. Baiklah. Kalau begitu semoga lu berhasil ya Hans."ucap Son menyemangati Hans.