Ini hari pertama Hans berada di dimensi masalalu. Dimulai di dalam sebuah rumah megah. Rumah itu milik ayahnya. Pagi ini adalah pagi yang sangat sibuk untuk seluruh keluarga Hans karena tengah mempersiapkan pernikahan Grace (ibu Hans) dan Rolf Adinata (ayah Hans).
Mereka semua tampak bahagia. Acara perayaan pun dimulai. Para tamu mulai berdatangan. Grace dan Rolf menyambut semua tamu dengan ramah. Hei tunggu dulu. Sepertinya ada yang terlewat. Ada seorang perempuan tua dipojok sana. Raut mukanya tak terlihat seperti orang-orang yang lain. Dia terlihat kesal. Apa dia yang menyebabkan masalah selama ini? Oh tidak, tunggu sampai pertunjukan ini selesai. Hans tidak boleh mengambil kesimpulan terburu-buru. Tak berselang lama, kakek Hans, opa Pradipta menghampiri perempuan tua itu.
"Hei istriku. Apa kau menikmati pesta perayaan ini? "tanya opa Pradipta.
Dia memanggilnya 'istri'. Itu berarti perempuan itu adalah nenek Hans. Tapi selama ini Hans tidak pernah tau seperti apa neneknya. Lagipula tidak ada yang pernah bercerita mengenai masalalu itu.
"Aku sama sekali tak menginginkan pernikahan ini dari awal. Seharusnya Rolf itu memilih wanita lain sebagai istrinya. Paling tidak yang setara dengan level keluarga kita."jawab sang Nenek ketus.
"Yah. Mau bagaimana lagi? Ini keinginan putra tersayangku."
"Kalau kau menganggapnya putra tersayang kau tak mungkin membiarkannya menikahi perempuan itu."
"Sudahlah. Ini semua sudah terjadi. Tak ada gunanya juga kau bilang seperti itu."
Hans memang tahu sedikit mengenai perbedaan kasta antara ayah dan ibunya. Dulu ibunya hanya seorang anak 'abdi-keluarga' nya opa Pradipta. Keluarga Grace, ibu Hans, sudah turun temurun menjadi abdi-keluarga yang setia kepada keluarga Pradipta. Hanya pada suatu hari Rolf mulai menyukai Grace lalu sampai saat ini menikahinya. Memang terdengar seperti dongeng-dongeng sebelum tidur. Tapi itu hal yang nyata.
Selama Hans berada di pesta itu tidak ada hal yang aneh lagi. Hans pun pergi ke tempat duduk yang kosong untuk beristirahat.
"Duduk dulu ah. Toh juga tidak ada yang bisa li-HAT!!? Apa itu barusan? Tidak mungkin. Ini mustahil. Kata Chandra aku tidak bisa dilihat oleh orang lain. Chandra membohongiku!"gumam Hans.
Hans beranjak dari duduknya lalu mengejar perempuan yang melihatnya tadi. Ah, sungguh sial. Ini kedua kalinya Hans kehilangan jejak seseorang, dan keduanya perempuan?
"Ada apa dengan semua perempuan di dunia ini. Tidak di masa depan tidak di masalalu sama saja. Tunggu. Benar sekali, s-a-m-a-s-a-j-a. Berarti ada yang aneh dengan penguntit itu. Dia memakai jepit rambut yang sama. Tidak mungkin kan dia adalah orang yang sama?"tanya Hans pada dirinya sendiri.
"Oh sudah hampir jam 12. Aku harus cepat kembali. "
Hans pun kembali ke dimensi normal. Disana masih ada Chandra yang sedang menunggunya.
"Pulanglah Hans. Kau pasti letih."ucap Chandra.
"Tidak. Aku ingin menanyakan satu hal padamu. "bantah Hans.
"Jika kau ingin bertanya, besok saja. Ini sudah tengah malam. Lagi pula tubuhmu perlu istirahat karena sudah menempuh perjalanan waktu yang lumayan lama. Pulanglah."
"Aku akan menemuimu besok saat kita di sekolah."ucap Hans.
Hans pulang. Ia sebenarnya sangat kecewa pulang dengan tangan kosong. Tapi tak apa. Masih ada dua kesempatan yang Hans punya. Dia sangat mengharapkan kesempatan itu untuk berhasil.
Siapa kira-kira si penguntit itu?