Empat

917 137 2
                                    


Semua orang tahu bahwa Soonyoung adalah orang yang berbahaya, terlepas dari betapa menyebalkannya ia terhadapku, dia tetaplah Kwon Soonyoung, Si Berandal yang tidak tersentuh sama sekali.

***

"Soonyoung!" Aku menghempaskan tangan Soonyoung yang seenaknya saja menarikku di sepanjang koridor dari gudang belakang.

"Apa yang kau lakukan, hah?!" Teriakku kesal.

Soonyoung tidak menjawab, tangannya berusaha meraih lenganku, namun secepat dia berusaha, secepat itu aku menepisnya. Aku kesal sekali padanya.

"Sudah berapa kali aku bilang, berhenti melukai dirimu sendiri, kau bodoh atau apa?!" Aku berteriak untuk kedua kalinya. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Soonyoung, kenapa dia tidak mau mendengar sama sekali?

"Aku tidak apa-apa, sungguh." Soonyoung mencicit, namun sorot matanya berusaha meyakinkanku bahwa dia memang baik.

"Kau pembohong!"

Soonyoung tersenyum jenaka, "Kau kenapa?"

Aku mendengus, "Aku baik Soonyoung, sangat baik hingga aku ingin sekali mencakar wajah lebammu itu!"

"Kau khawatir?"

"Tentu sa-, tidak!"

Soonyoung tersenyum jenaka, "Terima kasih, tapi aku baik, sungguh." Kali ini Soonyoung tersenyum, sangat tulus.

Aku menghela napas, "Seharusnya kau mendengarkanku Kwon, berhenti melukai dirimu sendiri, sini kulihat." Kataku lalu meraih jemari Soonyoung yang lebam di beberapa bagian.

"Lihat, bahkan luka kemarin masih belum sembuh, dan sekarang kau malah menambahnya." Lanjutku.

"Tidak apa, karena sekarang aku punya dokter pribadi, hehe." Soonyoung menimpali dan aku memilih diam.

Ingat, dia adalah Kwon Soonyoung.

"Kali ini, obati lukamu sendiri, aku ada urusan." Ujarku lalu menyerahkan salep luka beserta plasternya kepada Soonyoung. "Dan, kembali ke kelasmu sekarang juga."

***

"Jihyun!" Ahreum memanggilku sambil berlari ke arahku, aku bahkan tidak mengerti, ini masih pagi, tapi kenapa semua orang sudah berlari?

"Ap-"

"Aku tahu kau ingin menanyakan kenapa semua orang berlari sepagi ini, tapi aku tidak punya waktu, sebab sekarang keadaannya sangat genting." Ahreum bahkan berbicara sambil menarikku, entah ke mana.

Aku berbalik menatap Wonwoo yang berjalan santai di belakang kami, tapi laki-laki itu hanya menggendikkan bahu sambil menggumamkan kata "Soonyoung."

"Ahreum-ah, bisakah kita pelan-pelan, kakiku sa-"

Bruk!

Aku tidak punya waktu untuk menyelesaikan pertanyaanku, sebab di depan sana, aku melihat Soonyoung sedang menghampiri seorang siswa yang tersungkur di tanah, dan lagi, sebelah kepalan dari Soonyoung sudah teracung di udara.

"KWON SOONYOUNG!" Teriakku secara spontan, bahkan tanpa kusadari sama sekali, aku sudah berada di tengah-tengah mereka.

Aku berbalik melihat siapa laki-laki yang tengah berusaha bangun di belakang sana, dan terkejut bukan main saat tahu bahwa dia adalah Minhyun.

Minhyun bangkit, lalu menyeringai saat pandangan kami bertemu, "Oh jadi dia?"

Dan secepat itu Soonyoung menarikku pergi dari taman gudang belakang yang tiba-tiba jadi arena perkelahian antara Soonyoung dan Minhyun.

***

"Kau mau?"

Minhyun mengangkat kepalanya, dan aku meringis diam-diam saat melihat kondisi wajahnya tidak jauh berbeda dengan Soonyoung, luka dan lebam dimana-mana.

"Hm?" Aku kembali menyodorkan sekotak susu pisang ke arah Minhyun yang masih menatapku tidak mengerti.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Minhyun bersuara, dan aku memilih meletakkan kotak susu pisang itu di sampingnya.

"Aku? Hanya menghampirimu, sebab kelas sudah berlangsung lima menit yang lalu."

Minhyun berdecih, "Aku tidak peduli."

Lagi-lagi aku meringis, mereka berdua tidak ada bedanya sama sekali.

Tapi setidaknya Soonyoung lebih cerewet, dan untungnya dia mau mendengar sedikit.

"Minhyun-ah, aku tidak tahu apa masalahmu dengan Kwon Soonyoung, tapi setahuku, teman tidak seperti ini," Jelasku lalu berbalik melihatnya, "Dan, semoga kita juga bisa berteman." Lanjutku lalu melenggang pergi setelah meletakkan salep dan plaster luka tepat di samping kotak susu pisang di samping Minhyun.

***


"Jihyun?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Aku melengos melihat Soonyoung yang berdiri tak jauh di hadapanku. "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini saat jam pelajaran?"

Soonyoung terkekeh, "Aku bosan, butuh udara segar dan se-"

"Bercanda, hehe."

Soonyoung cengengesan saat melihatku melipat tangan di dada, bersiap untuk memarahinya.

"Kau dari mana?"

Aku menggendikkan bahu, "Menemui seseorang."

Alis Soonyoung tertekuk, "Seseorang?" Tanyanya penasaran.

Aku mengangguk lalu berniat pergi, namun Soonyoung menahan lenganku, sejenak ia membuka mulutnya, namun tak lama kembali tertutup, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi di urungkan.

"Apa yang ingin kau kat-"

"Aku minta maaf."

Tidak, aku tidak salah dengar, Soonyoung baru saja menggumamkan kata maaf, dan hei, ada apa dengan wajah menyesal itu? Apa kepalanya terbentur saat berkelahi tadi?

"Tapi aku benar-benar tidak bisa menempatkanmu dalam posisi berbahaya, terlebih itu semua karena mereka tahu aku menyukaimu."

Aku tersedak diam-diam, Soonyoung kenapa sih?

"Kau juga berbahaya." Timpalku.

"Maksudku, apa bedanya mereka dengamu? Kau juga berbahaya, dan buktinya aku baik-baik saja di dekatmu, jadi berhenti mengkhawatirkan hal yang tidak penting."

"Tidak bisa. Mereka akan menyakitimu untuk membalasku, jadi kumohon, menjauh dari mereka."

"Tidak mau."

"Ayolah Ji, menurut sedikit padaku."

"Memangnya kau siapa?"

"Aku?"

Soonyoung berpikir sejenak.

"Sudahlah Kwon, aku akan baik-baik saja. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Aku sudah belajar banyak untuk menghadapi orang sepertimu, kau tahu?"

Soonyoung terlihat akan menyela, tapi akhirnya dia tersenyum lalu mengangguk. "Aku anggap itu sebagai janji." Ujarnya lalu mengusak-usak puncak kepalaku.

"Rambutku, bodoh!"

H-Hei, kenapa tenggorokanku tiba-tiba kering?

***

[2] Hello | Kwon Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang