Delapan

827 107 19
                                    

Semakin keras usahaku untuk menghindar dan acuh terhadapnya, semakin aku sadar bahwa aku memang telah jatuh. Kwon Soonyoung dan segala eksistensinya, aku telah... jatuh.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi aku masih tetap berada di dalam kelas, menumpu sebelah tangan pada wajahku sambil menatap ke luar jendela. Merasa bosan setengah mati karena menunggu Soonyoung yang sudah mewananti-wanti agar aku tidak pulang sendirian, tapi lihatlah, dia bahkan terlambat!

"Ingat yah, jangan pulang sebelum aku menjemputmu!"

Aku hanya mendecih, tapi tetap saja mengangguk.

"Awas kalau aku melihatmu menunggu di luar kelas. Duduk yang manis saja di dalam kelas, aku akan menghampirimu. Paham?"

Mendesah jengah, lagi-lagi aku mengangguk, "Aku berjanji Kwon Soonyoung, jadi bisakah kau menyingkir dari hadapanku dan biarkan aku masuk kelas sekarang juga." Ujarku setengah kesal.

Soonyoung masih sempat-sempatnya tertawa, "Eiiiy, jangan cemberut seperti itu." Katanya sambil menepuk-nepuk ujung kepalaku. "Cukup kemarin kau membuatku khawatir setengah mati, jangan lagi. Janji?"

Otomatis memoriku kembali memutar kejadian kemarin, awal dari segala sikap menyebalkan Soonyoung yang bertambah dua kali lipat dengan dalih khawatir.

Dua hari yang lalu, tepatnya hari jumat kemarin, aku pulang agak sore karena harus menyelesaikan revisi proposal untuk pensi bulan depan. Seperti biasa, aku akan berjalan menuju halte yang tidak terlalu jauh dari gerbang sekolah. Tapi mungkin sedang sial, segerombolan anak sekolah dengan seragam yang sama denganku, menghampiriku lalu mencegatku sebelum sampai ke halte. Mereka, yang seingatku berjumlah enam orang; tiga perempuan dan tiga orang laki-laki menyeretku ke arah gang sempit yang jarang di lalui oleh orang-orang yang berada di ujung jalan tak jauh dari sekolah.

Sebenarnya tidak banyak yang mereka lakukan, hanya menatapku dengan tatapan meremehkan, lalu bertanya perihal Soonyoung dan kebenaran berita jika kami berdua berkencan.

"Aku tidak merasa mengenal kalian, jadi aku tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan kalian. Itu semacam privasi. Kalian mengerti tentang privasi 'kan?"

Seorang perempuan yang berdiri tepat di sampingku langsung mendelik tidak suka, bahkan salah satu tangannya mendorong lenganku, "Berani sekali anak ini! Mana tata krama dan rasa hormatmu pada kakak kelas, hah?"

Aku praktis tertawa hambar, "Tidak usah berbicara tentang sopan santun di hadapanku, jika kalian saja masih menyeretku dengan jumlah yang tidak seimbang."

Tapi sepertinya jawabanku yang memang sengaja dibumbui dengan sedikit nada pongah membuat mereka kebakaran jenggot, dan akhirnya berlaku anarkis.

Seorang perempuan lainnya langsung maju dan  menamparku, lalu dua orang perempuan yang berada di sampingku dengan sigap menahan kedua lenganku. Sedang tiga orang laki-laki itu hanya bertugas untuk menjaga keamanan, takut bila bila ada yang melihat. Tidak masalah sebenarnya, tidak terlalu sakit juga, tapi masalahnya tiga lawan satu benar-benar tidak adil!

Dan bayangkan apa yang lebih mengejutkan, saat itu, aku tiba-tiba saja mengingat Soonyoung. Tersudut dan berhadapan dengan orang-orang sok jagoan yang menatapmu dengan tatapan meremehkan. Aku jadi berpikir bahwa mungkin ini salah satu alasan kenapa Soonyoung selalu berakhir berkelahi setiap harinya.

"Sebenarnya aku tidak punya masalah denganmu. Tapi, kekasih brengsekmu itu benar-benar membuatku marah, Zelo bahkan harus dirawat di rumah sakit. Dan itu semua karena ulah Kwon Soonyoung, si Sialan itu!" Ujar perempuan yang menamparku. Tatapan kebencian terlihat jelas dari kedua netra hazelnya.

[2] Hello | Kwon Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang