Tujuh

847 121 7
                                    


Kwon Soonyoung terlalu abu-abu. Dia mungkin terlihat konyol dan menyebalkan di hadapanku, tapi hal itu tentu berbanding terbalik dengan sifatnya selama ini yang pembangkang dan tukang onar. Dan, diam-diam aku penasaran, mana Kwon Soonyoung yang sesungguhnya?


***

Setelah selesai memarahinya dan berakhir dengan semangkuk es krim yang Soonyoung belikan dengan alasan uang hasil balapan liarnya cukup banyak, aku memaksanya untuk segera pulang.

"Pulang Kwon, kau bau keringat."

Soonyoung otomatis mencium lengan bagian atasnya, "Tidak, aku tidak bau."

"Kau iya."

"Tidak."

"Kalian ini, jangan mulai." Haein langsung menengahi perdebatanku dan Soonyoung dengan tatapan memperingatkan.

Bambam yang masih sibuk melahap es krim keduanya tiba-tiba menyeletuk, "Ayo ke rumah Soonyoung."

Jun langsung bertepuk tangan, "Benar, sudah lama kita tidak ke sana."

Minghao tidak berkomentar, dia hanya berbalik menatap Soonyoung, meminta persetujuan sang pemilik rumah.

Soonyoung terlihat ragu, "Jika Jihyun ikut, aku tidak masalah."

Jadi mereka ak-TUNGGU!

Kenapa ada namaku?

Hei, hei, apa-apaan tatapan itu?!

Aku praktis menggeleng saat Haein, Jun dan Bambam menaikturunkan alisnya secara bersamaan.

"Tidak ada penolakan!" Haein bangkit lalu menarik tanganku, sementara Bambam langsung meraih tasku yang tergeletak di atas meja.

Aku berbalik dan melihat Soonyoung yang berjalan di belakang kami. Laki-laki itu hanya melambai sambil tersenyum penuh kemenangan. Hhh, dasar licik!

***

Begitu sampai di rumah Soonyoung, aku terkejut saat melihat betapa megahnya rumah anak itu. Sebenarnya aku sudah menduga bahwa Soonyoung bukan anak sembarangan setelah kejadian di rumah sakit hari itu, juga tindakannya yang suka seenaknya saat berhadapan dengan orang-orang, tapi tetap saja, aku masih terkejut. Di depan rumahnya saja ada dua orang penjaga dengan setelan jas hitam yang menyambut kami, belum lagi para maid ketika kami masuk.

Hhh, drama macam apa ini?

Aku melirik Haein, Jun, Bambam dan Minghao yang berjalan di sampingku, mereka terlihat biasa saja, sementara aku sudah merasa risih sedari tadi, aku menyimpulkan bahwa ke empat orang itu sudah terbiasa ke sini.

Bambam dan Jun langsung berbelok ke dapur entah untuk apa, Soonyoung hanya berpesan pada salah satu maid yang kebetulan mengikuti kami untuk menyiapkan cemilan dan memberikannya pada Bambam dan Jun. Sedang kami berempat berjalan ke kamar Soonyoung.

Haein berbalik menatapku setelah kepergian maid tadi, kedua tangannya lantas memeluk lenganku, "Kau risih?"

Oh, pengertian sekali sepupuku ini.

Aku mengangguk, "Sangat."

Haein tersenyum, "Well, inilah alasan Soonyoung jarang mengajak kami ke rumahnya, kecuali jika kami memaksa. Dia takut teman-temannya akan merasa risih."

"Kau sudah berapa kali ke sini?"

Haein terlihat berpikir, "Tidak terlalu sering, tapi sudah cukup untuk membuatku dikenal oleh beberapa maid."

[2] Hello | Kwon Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang