Sembilan

856 90 22
                                    

Bagaimana rasanya ketika dia berada di sekitarmu? Lalu bagaimana rasanya ketika kau tidak bisa menjangkaunya dengan pandanganmu? Kwon Soonyoung memberiku jawaban atas itu.

***

"Jika aku bercerita, kau mau jadi kekasihku?"

Setelah Soonyoung mengatakan itu, aku tidak menjawab apa-apa, begitupula Soonyoung. Kami berdua hanya diam hingga Soonyoung bangkit terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya, mengajak pulang bersama.

Di bus juga demikian. Jika biasanya Soonyoung akan ribut tentang banyak hal, bahkan jika aku mengabaikannya, dia akan tetap bercerita sesuka hatinya, tapi saat ini, Soonyoung begitu pendiam. Pandangannya bahkan terus terpaku pada pemandangan di luar jendela.

"Ji..."

Kepalaku serta merta berbalik, lalu terhenyak sepersekian detik saat melihat Soonyoung menatapku tanpa raut jenaka seperti biasanya. "I-iya?" Suaraku tiba-tiba tercekat.

"Kau benar-benar tidak percaya denganku yah?" Soonyoung bertanya. Ekspresi wajahnya tak terbaca.

Keningku berkerut bingung. Anak ini bicara apa?

Soonyoung tiba-tiba menggeleng, "Lupakan saja." Ujarnya lalu memalingkan wajahnya dariku, memilih menatap objek lain, mengabaikanku yang masih kebingungan.

dan aku tiba-tiba tidak suka dengan sikap Soonyoung.

***

"Haein-ah."

Haein yang sedang khidmat menikmati makan siangnya lantas mendongak menatapku. "Kenapa?"

"Sendiri saja?"

Haein mengangguk, "Jun, Minghao dan Bambam sedang ada urusan dengan anak basket, jadi aku sendirian." Jawabnya.

"Soonyoung?" Timpalku.

Haein lantas meletakkan sumpitnya. Kedua netranya menatapku jahil, "Merindukannya, eh?"

Kedua bola mataku lantas berotasi jengah, "Jangan mulai. Aku serius."

Gadis itu terkekeh sejenak sebelum menarikku untuk duduk di hadapannya, "Sebentar, kuhabiskan dulu." Ujarnya lalu melirik nampan makanannya yang masih tersisa sedikit.

Setelah selesai, Haein langsung menatapku penasaran, "Kenapa tiba-tiba bertanya?"

Bahuku menggendik tanda tidak tahu, "Aku hanya kesal karena tidak bisa menemukannya dimanapun."

Haein sontak tertawa renyah, "Wah benar-benar. Jadi kau mulai menyadari kehadirannya?"

Secepat tawa renyah Haein muncul, secepat itu pula nada bicaranya berubah serius.

Keningku berkerut bingung. Tidak mengerti ke arah mana pembicaraan Haein.

"Jihyun-ah, aku tidak tahu apa yang sedang kau cari dari Soonyoung, entah itu ketulusan atau apa. Tapi satu yang harus kau tahu, Si Bodoh itu benar-benar tulus padamu, dan jangan mencoba untuk membohongiku dengan mengatakan kau tidak menyadarinya." Haein berujar, masih menatapku dengan tatapan serius. "Dan jujur saja, aku merasa kesal denganmu."

Telunjukku serta merta terangkat dan mengarah tepat di wajahku sendiri. "Aku?" Tanyaku heran.

Haein mengangguk. "Sadar atau tidak, kau seperti mempermainkan perasaan Soonyoung."

Perasaan aneh langsung menyelinap dalam hatiku. Perasaan yang bahkan tidak bisa kujabarkan dengan kata-kata. Aneh, penuh dan terasa sesak.

Sebaris kalimat sederhana Haein seolah menyadarkanku, menarikku ke dalam kilas balik perjalanan hubunganku dengan Soonyoung beberapa bulan ini. Lalu berbagai pertanyaan mulai bermunculan dalam benakku,

[2] Hello | Kwon Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang