Enam

861 131 6
                                    


Aku terlihat seperti menghindarinya, bahkan mungkin terlihat mengingkari. Tapi aku sadar bahwa sebenarnya aku senang berada di dekatnya. Si bodoh yang begitu terus terang, benarkah aku tidak memiliki rasa padanya?

***

Hari ini jadwal piketku bersama dengan Ahreum, tapi gadis itu terus merengek untuk pulang cepat karena Wonwoo mengajaknya keluar. Kencan pertama katanya.

Sebenarnya aku tidak rela, Mingyu sudah pasti mangkir, Joshua sedang sakit, dan Eunwoo? Laki-laki itu sedang menjalani masa karantinanya untuk olimpiade pekan depan. Jadi kalau Ahreum juga mau pulang, aku tentu saja harus membersihkan seorang diri.

"Jihyuunn, kumohon, ya ya ya?" Ahreum dan kemampuan aegyo-nya.

Tapi maaf, aku tidak terpengaruh.

"Kau tega padaku?"

"Kau juga tega padaku?"

Ahreum tersenyum lima jari, kedua tangannya kemudian memeluk lenganku, apa lagi kali ini?

"Maka dari itu, aku memanggilkanmu bala bantuan." Ujarnya mantap.

Mataku mengerjap tak mengerti, "Hah?"

Ahreum melirik arloji di pergelangan tangannya, "Sebentar lagi mereka datang." Katanya lalu meraih tasnya, "Aku duluan, aku menyayangimu. Semangat!" Teriaknya sebelum berlalu dengan langkah sedikit berlari.

Tak lama setelah kepergian Ahreum, terdengar suara langkah kaki di ikuti oleh sapaan nyaring yang membuatku sedikit terlonjak. "HAI!!"

Aku semakin tidak mengerti saat menemukan Bambam tersenyum lebar di ambang pintu kelasku, sepertinya dia yang  menyapa sambil berteriak. Di samping kanannya ada Jun dan Minghao yang juga tersenyum, lalu di samping kirinya ada Haein yang masih sibuk dengan ponselnya sambil sesekali mengumpat, dan tak lama kepala Soonyoung menyembul dari belakang sambil berteriak, "Kejutan!!"

Ketiga laki-laki itu langsung bertepuk tangan meriah untuk menanggapi ucapan Soonyoung, aku bahkan sampai melongo dibuatnya. Mereka kenapa sih?

"Kalian? Kenapa ke sini?" Tanyaku.

"Ahreum meminta tolong, katanya kau butuh bantuan." Haein berucap setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Bambam mengangguk menyetujui, "Lagipula imbalannya sepadan, jadi tidak masalah."

Lalu kepalanya di sentil oleh Jun. "Aku benar-benar tidak tahu jika mulutmu sebocor itu."

Minghao hanya terkekeh kalem sebelum berbalik melihatku, "Jadi kita mulai darimana?"

"Eh, kalian serius?"

Soonyoung maju diantara teman-temannya, mulutnya mencebik lucu, kenapa lagi dia?

"Kau seharusnya senang karena pekerjaanmu akan cepat selesai, tapi sepertinya kau mengabaikanku."

Aku memandangnya seolah mengatakan, 'Memangnya kau siapa?'

"Bukan begitu, aku hanya tidak enak dengan kalian. Itu saja."

Bambam menggeleng cepat, sebuah sapu sudah berada digenggamannya. "Sudah kubilang, Ahreum memberikan imbalan yang setimpal, jadi tidak masalah. Lagipula, setelah ini kita akan menonton balapan Soonyoung, iya 'kan?"

Suasana tiba-tiba hening setelah Bambam menyelesaikan kalimatnya. Minghao langsung menggeleng, sementara Jun sudah memiting leher Bambam dengan kesal.

Soonyoung diam-diam memandangku yang sudah berkacak pinggang. "Aku akan menjelaskannya." Sambarnya cepat saat melihatku sudah membuka mulut, siap untuk mengomelinya.

"Terserah." Timpalku lalu berbalik dan mulai membersihkan kelas. Sementara mereka berlima masih ribut tidak jelas.

***

Saat Soonyoung menjelaskan padaku tentang balapan yang akan diikutinya, aku tidak pernah menyangka jika ini adalah semacam balapan liar dengan sebuah imbalan dari hasil taruhan. Sebenarnya bukan tidak menyangka, lebih tepatnya tidak mau menyangka. Memangnga apa yang kuharapkan dari balapan versi anak sekolah menengah atas?

Dan kurasa keputusanku untuk ikut menonton adalah satu hal yang sangat buruk, sebab sepanjang dua puluh menit, dadaku terus bergemuruh dengan perasaan tidak tenang yang mencokol di dalam hatiku dan aku tentu tidak suka. Aku benci perasaan khawatir seperti ini.

Jauh di depan sana, Soonyoung tentu saja memimpin, dan hal itu sedikit banyak bisa membuatku tenang, tapi saat melihatnya disalip oleh dua motor yang membuat motor Soonyoung nyaris terpeleset, jantungku rasanya mau keluar, aku bahkan sempat memekik tertahan karena begitu takut Soonyoung akan jatuh dan terluka, tapi sepertinya laki-laki itu konsisten dengan janjinya untuk tidak terluka, sebab lima menit sebelum pertandingan selesai Soonyoung sudah kembali memimpin.

"Tenanglah, Soonyoung sudah biasa seperti itu, dia akan baik-baik saja." Haein terus saja menenangkanku, terkadang juga terkekeh karena melihatku yang begitu tegang katanya.

"Tidak lucu Haein." Tegurku lalu bangkit dan menghampiri Soonyoung di pinggir jalan yang tiba-tiba berubah menjadi arena balap. Soonyoung segera turun dari motornya saat melihatku. Laki-laki itu tersenyum sebelum menggiringku ke tempat yang lebih sepi.

"Kau gila!" Desisku. Aku sudah tidak tahan, aku benar-benar khawatir tapi dia hanya tersenyum kikuk di hadapanku seolah dia tidak melakukan apapun.

"Kalau kau jatuh bagaimana hah? Kau bosan hidup? Sini, aku yang akan membunuhmu." Kataku lalu menghampiri Soonyoung.

Soonyoung menggapai lenganku, "Hey, hey tenanglah. Buktinya aku baik-baik saja."

"Tapi tadi aku melihatmu hampir jatuh, kau pikir aku tidak ketakutan, hah? Berkelahi dengan berandalan di luar sana jauuuuh lebih baik daripada melihatmu naik motor seperti orang gila. Aku tidak akan melihatnya lagi!"

Soonyoung terkekeh lalu menarik kedua pipiku, "Manisnyaaaaa."

Aku menghempaskan kedua tangannya lalu menatapnya dengan galak. "Aku serius bodoh!"

Soonyoung mengangguk, "Baiklah baiklah."

"Jangan melakukannya lagi, aku benar-benar khawatir." Cicitku tanpa sadar.

Hening.

Tapi Kwon Soonyoung pada dasarnya tetaplah Kwon Soonyoung yang teramat sangat menyebalkan, tiba-tiba dia langsung menimpali, "Seperti menghawatirkan pacarmu sendiri, eh?"

"Enyahlah, bodoh!" Teriakku kesal.

Tawa Soonyoung semakin meledak, dan tanpa sadar aku juga ikut tersenyum melihatnya. Kedua matanya yang terlihat seperti garis membuat seluruh rasa kesal dan gugupku tiba-tiba menguap entah ke mana. Hilang, tak bersisa.

Wait, what?

Gugup?

A-Aku?

Hah, yang benar saja!

Aku menatap Soonyoung sekali lagi. Kali ini laki-laki itu telah berhasil menetralkan tawanya. "Kau benar-benar tidak terpesona padaku?" Tanyanya serius.

Aku hanya tersenyum lalu menggeleng.

"Benar, karena sepertinya aku yang semakin terpesona padamu."

***

Uwu🙄

[2] Hello | Kwon Soonyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang