Ingin Bertemu

265 16 3
                                    

Seorang anak laki-laki berusia sekitar 8 tahun duduk ditaman dengan menatap sendu anak-anak yang riang bermain dengan keluarganya. Bersenda gurau dengan saudaranya, mendapat elusan sayang dari sang ibu, dan tatapan penuh cinta dari sang ayah. Alangkah indahnya jika hal serupa juga ia dapat. Ia menginginkan kehadiran kedua orang tuanya. Ia menginginkan senyuman saudaranya ketika bersamanya.

"Tuan muda Naruto, mengapa anda meninggalkan sekolah terlebih dahulu? Saya khawatir saat mendapati ketidakberadaan anda di sekolah.", itu adalah suara pelayan pribadinya. Khawatir yang ia maksud adalah jika lepas tanggung jawab, maka tuan besar yang notabene adalah ayah dari sang anak tak akan melepaskannya dengan mudah. Tuan besarnya memang terkenal tenang, dingin dan berwibawa. Namun, apabila sesuatu mengusiknya dan keluarganya, dapat dipastikan dia adalah orang pertama yang harus dilalui.

Seorang pernah mengatakan jika seburuk-buruknya orang tua, dia tidak akan pernah menjerumuskan anaknya. Sedingin dan setidak peduli  apapun orang tua kepada anaknya, mereka tidak akan pernah menelantarkan anak mereka ke jalanan. Kasih  sayang setiap orang tua berbeda. Cara menyampaikannya juga berbeda. Namun, terkadang menunjukkan kasih mereka secara langsung sangat diperlukan bagi sang anak.

Naruto hanya menatap sekilas pelayan pribadinya, namun ia tak menanggapi lebih. Ia memang langsung ke taman seusai sekolah tanpa memberi tahu guru ataupun temannya. Hemm.. Teman ya? Ia meringis kecil dengan kata tersebut. Anak-anak seusianya terlalu takut padanya, err.. pada ayahnya tepatnya. Ayahnya merupakan salah satu pengusaha terbesar di jepang. Tidak hanya ditakuti karena perangainya, namun juga karena kekuasaannya. Bahkan seorang raja di negeri ini akan bersedia untuk meletakkan lututnya di hadapan ayahnya.

"Aku hanya bosan. Maaf sudah membuatmu khawatir. Ayo pulang paman!", dengan senyuman, Naruto mendahului menuju mobil mewah yang terparkir di depan gerbang sekolah. Yah, meskipun hidup Naruto terdengar monoton dan diatur, Naruto masih bersyukur karena memiliki keluarga yang lengkap. Meskipun rasa iri selalu memenuhi relung hatinya, ia masih dapat menikmati kehadiran keluarga setiap saat. Dengan melihat mereka, Naruto sadar jika ia jauh lebih beruntung daripada anak-anak yatim piatu di luar sana.

.

.

.

-----Happy Reading-----

Whose Fault
Pairing: sasunaru
Rate: M
Warning: Yaoi/boyxboy/homo, mengandung kekerasan, bahasa tidak jelas, EYD tercerai berai.

Informasi usia :

Naruto : 20 tahun
Uchiha Sasuke : 20 tahun
Namikaze Kurama : 24 tahun
Uchiha Itachi : 25 tahun

-----Happy Reading-----

.

.

.

"Naruto, kau pasti mengenal 'Uchiha Sasuke'.", keringat dingin menetes dari dahi Naruto. Nama itu. Nama yang selalu ada di pikirannya selama ini. Mana mungkin Naruto lupa dengan Sasuke. Tak pernah sedikitpun ada niatan ia untuk melupakan Sasuke. Sasukenya. Karena keegoisan Naruto, semua masalah yang ada di hidupnya juga berdampak pada Sasuke.

"Kau tahu Naruto, Sasuke sangat merindukanmu.", Neji menatap iba Naruto. Selama ini ia bekerja keras untuk membantu sahabatnya. Sasuke bukan hanya sosok rekan kerja atau teman biasa bagi Neji. Sasuke, Kiba, Shikamaru, dan dirinya sudah mengenal sejak mereka masih kecil. Hubungan keempatnya saling melengkapi seperti saudara kandung sendiri. Jika ada satu orang dalam masalah, maka yg lain akan berusaha untuk menolongnya. Ya, sedekat itulah mereka.

"Ba..bagaimana anda dapat mengenal Sasuke?", tanya Naruto penasaran. Memang dulu ia tak begitu mengenal Sasuke. Bahkan ketika ia mengetahui nama belakang Sasuke dari sang ayah. "Sasuke adalah sahabatku. Kami sudah lama saling kenal. Dan sebagai sahabatnya, aku sangat ingin menolongnya.".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Whose Fault [sasunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang